tirto.id - Selama memimpin AS delapan tahun lamanya, Barack Obama berhasil melewati masa-masa sulit great recession. Saat berkuasa Obama sempat punya program bernama Obamacare, yang tidak mendapat banyak respons positif sejak kali pertama diluncurkan
Saat pergantian tampuk kepemimpinan kepresidenan AS dari Obama kepada Donald Trump, Obamacare atau Undang-undang (UU) Perlindungan Pasien dan Perawatan Terjangkau/ACA) kembali menjadi buah bibir di AS. Partai Republik sebagai penguasa baru telah mengincar untuk mencabut program ini sejak awal.
Alih-alih mendapat dukungan, masyarakat AS terbelah, tidak sedikit yang meminta program ini dipertahankan. Padahal sebelumnya, Obamacare merupakan program yang tidak populer selama Obama menjabat sebagai presiden.
Dalam sebuah polling oleh CNN/ORC International yang dirilis Kamis (19/1/2017) waktu setempat, untuk kali pertama lebih banyak masyarakat AS yang memandang positif Obamacare daripada mereka yang memandang negatif sejak program ini disahkan pada 2010.
Time menulis bahwa respons ini menunjukkan masyarakat AS tidak tahu apa yang mereka dapatkan setelah (hampir) kehilangan program ini. Ibarat pengalaman sedih ditinggalkan oleh sang kekasih, sikap warga AS dari hasil dari polling menggambarkan sebanyak 49 persen menyukai UU ini, sedikit lebih banyak dari 47 persen yang menentangnya.
Respons positif terhadap Obamacare merupakan yang kali pertama terjadi setelah setidaknya 18 polling sejenis sejak Maret 2010. Ini terjadi di tengah semakin menguatnya wacana untuk mencabut UU ini saat pergantian pucuk pimpinan AS dari Obama kepada Trump. Trump yang baru saja resmi jadi presiden AS, pada masa kampanye sempat terus-menerus mengulang janji untuk mencabut UU ini.
Sebanyak 82 persen responden berpikir bahwa janji Trump akan mencabut dan mengganti program tersebut akan menjadi nyata. Dengan catatan, mayoritas dari responden--sebanyak 55 persen--lebih berharap Partai Republik hanya mencabut sebagian dari UU tersebut dan hanya jika penggantinya dapat diberlakukan pada saat yang bersamaan.
Dalam polling ini, terlepas dari para responden semakin menyukai UU itu, mereka memang melihat bahwa program ini merupakan program yang gagal dengan 37 persen mengatakan demikian. Meski persentasenya naik, hanya 23 persen yang menyatakan program ini berhasil, namun dengan catatan bahwa kenaikan ini terjadi di kalangan demokrat, dengan 46 persen yang mengatakan demikian, naik dari 19 persen dari 2015.
Polling ini dilakukan via telepon pada periode 12-15 Januari 2017 terhadap 1.000 orang dewasa dengan margin sampling error plus minus 3 poin persentase. Hasil lain survei ini mengungkapkan perawatan kesehatan sebagai prioritas telah naik di mata masyarakat AS. Sebanyak 14 persen menyebutkan bahwa perawatan kesehatan sebagai isu yang paling penting di AS.
Polemik Obamacare
Obamacare sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia. Seperti dikutip dari BBC, UU ACA ingin menjangkau sekitar 15 persen dari masyarakat AS yang belum tersentuh oleh asuransi kesehatan, mereka yang tidak mendapat asuransi dari para pemberi kerja dan tidak dilindungi oleh program kesehatan AS untuk lansia dan mereka yang miskin (Medicare dan Medicaid).
UU ACA mewajibkan semua masyarakat AS untuk memiliki asuransi kesehatan. Dan untuk mencapai hal itu, UU ini menawarkan subsidi guna perlindungan kesehatan yang lebih murah dan mengurangi biaya asuransi dengan membawa orang-orang muda dan lebih sehat bergabung ke dalam sistem perlindungan medis. UU ini juga mewajibkan perusahaan yang memiliki lebih dari 50 karyawan penuh waktu untuk menawarkan asuransi kesehatan.
UU ini juga menciptakan tempat jual beli perlindungan kesehatan (marketplace) yang dikelola oleh negara, yakni www.healthcare.gov. Di sanalah masyarakat AS dapat membandingkan harga dan membeli perlindungan kesehatan.
Pada akhirnya, UU ini bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan pengeluaran perawatan kesehatan di Negeri Paman Sam tersebut, sebab saat ini tingkat pengeluarannya merupakan yang tertinggi di dunia.
Sayangnya di lapangan, UU ini mendapati banyak permasalahan. Seperti dikutip dari Fortune, beberapa di antaranya yakni tidak terjadinya transisi yang baik dari mereka yang sebelumnya baru bergabung pada Medicaid menuju pembeli umum perlindungan kesehatan pada Obamacare, dan mahalnya rencana perlindungan kesehatan Obamacare bagi masyarakat kelas menengah.
Sebagai catatan, Obamacare memang memperluas persyaratan Medicaid. Pada awalnya, diharapkan orang yang bergabung di Medicaid, seiring dengan kenaikan pendapatan mereka, dapat beralih pada rencana perlindungan umum kesehatan di Obamacare. Hal ini tidak berjalan baik. Mereka yang mendaftar di Medicaid membludak. Hal ini membuat anggaran negara AS menjadi terancam.
Di sisi lain, mahalnya premi yang harus dibayarkan oleh masyarakat kelas menengah membuat pendaftar program ini jauh di bawah proyeksi awal. Tahun lalu, berdasarkan keterangan Congressional Budget Office (CBO), hanya sekitar 12 juta keluarga yang ikut dalam program ini dan diproyeksikan akan mencapai 19 juta keluarga di 2020 dan akan menurun pada 2025. Bandingkan dengan proyeksi mereka yang ikut dalam Medicaid di bawah ACA yang akan mencapai 15 juta keluarga. Proses subsidi silang yang diharapkan kemudian menjadi tidak berjalan di program ini.
Hal itu masih ditambah dengan denda untuk mereka yang tidak memiliki perlindungan asuransi terlalu sedikit untuk mendorong masyarakat kelas menengah AS bergabung dalam program ini. Seiring dengan sedikitnya pendaftar, hal itu kemudian membuat perusahaan asuransi secara perlahan mundur dari partisipasi mereka di program Obamacare.
Terlepas dari kekurangan yang ada, Obamacare menjadi populer karena UU ini melarang perusahaan asuransi untuk menolak perlindungan kesehatan pada orang-orang dengan kondisi kesehatan yang sudah mereka miliki seperti diabetes, kehamilan, atau bahkan kanker. UU ini juga membolehkan orang muda untuk tetap berada dalam rencana perlindungan kesehatan orang tua mereka hingga mencapai usia 26 tahun.
CNBC bahkan melaporkan terjadi kenaikan pendaftar sebesar 100.000 orang pada 2017 ini jika dibandingkan dengan tahun lalu.
"Dengan hampir 9 juta orang mendaftar untuk perlindungan di tahun 2017 hanya di HealthCare.gov menegaskan, jelas bahwa marketplace perlindungan [kesehatan] adalah produk yang diinginkan dan diperlukan oleh rakyat Amerika," kata Sylvia Burwell, Menteri Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS.
Populernya program ini di penghujung pemerintahan Obama, membuat Donald Trump mengatakan akan mempertahankan beberapa elemen-elemen yang ada pada Obamacare dalam program perlindungan kesehatan yang akan dibuatnya untuk menggantikan program ini.
Apakah warisan Obama di bidang kesehatan ini gagal? Setidaknya, Obama berhasil membuka wacana masyarakat AS tentang penting dan vitalnya jaminan kesehatan di Paman Sam.
"Selamat datang Trump, terima kasih Obama." ini barangkali yang akan diucapkan oleh para peserta Obamacare yang jadi program yang dicintai tapi juga dibenci.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Suhendra