tirto.id - Bukan rahasia umum lagi jika sikap politik Zulkifli Hasan dan Amien Rais kerap berseberangan. Apa yang dilakukan Zulhas, demikian ia biasa disapa, baru-baru ini mempertegas polarisasi itu.
Setelah terpilih kembali menjadi Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) melalui Kongres ke-V yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara, Februari lalu, Zulhas langsung menyingkirkan Amien, senior sekaligus pendiri PAN. Zulhas tak lagi memercayai besannya itu menjadi Ketua Dewan Kehormatan PAN pada kepengurusan periode 2020-2025. Ia lebih memilih Soetrisno Bachir.
Tentu saja Wakil Ketua MPR itu tidak mengatakan tengah menyingkirkan Amien. Sebaliknya, ia justru memuji Amien dengan mengatakan kalau dia adalah "pendiri PAN, pendiri utama, tokoh kita, pemimpin PAN." "Pak Amien itu spesial di PAN," katanya menegaskan, Rabu (11/3/2020) lalu.
Ia juga menegaskan di PAN itu "tidak ada kubu-kubuan." Semua ada dalam satu komando yang sama.
Zulhas akan mengumumkan kepengurusan baru pada 25 Maret 2020. Ia mengaku telah mendapatkan SK Menkumham tentang kepengurusan DPP PAN periode 2020-2025 yang merupakan hasil Kongres ke-V.
Politikus PAN yang dikenal sebagai loyalis Zulhas, Yandri Susanto, tak tahu apakah Amien akan hadir dalam pengumuman itu. "Kalau diundang, beliau pasti diundang. Cuma apakah hadir atau tidak, tanya ke Pak Amien. Masak tanya ke saya?"
Pada Februari lalu, seorang pengamat politik mengatakan terpilihnya Zulhas membuat PAN lebih condong merapat ke pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, alih-alih oposisi seperti PKS. Hal ini sebetulnya sudah terbaca sejak sebelum kongres, tapi upaya tersebut selalu terganjal karena keberadaan Amien.
Maka dengan tersingkirnya Amien, peluang itu semakin terbuka lebar.
"Amien Rais dianggap oleh Zulhas sebagai batu sandungan untuk berkoalisi dengan pemerintah," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin kepada reporter Tirto, Kamis (12/3/2020).
PAN Reformasi
Apa yang dilakukan Zulhas tentu saja membuat kesal loyalis Amien. Mereka pun mengusulkan cerai dari PAN dan membentuk 'PAN Reformasi'--semacam Partai Gelora untuk PKS atau PDI-Perjuangan untuk PDI.
Salah satu kader yang mewacanakan dibentuknya PAN Reformasi adalah Ketua DPW PAN Sumatera Barat Muhammad Asri Anas. Asri Anas mengaku ide pembentukan PAN Reformasi sudah dibicarakan dengan Amien pada Selasa (10/3/2020) malam bersama dengan sejumlah senior PAN.
"Semalam kami rapat dengan Pak Amien Rais, saya dan para ketua DPW dan 20 ketua DPD PAN, dan ada pendiri PAN Putra Jaya, kami mendorong agar dibentuk PAN Reformasi," kata Asri Anas dilansir dari Antara, Rabu (11/3/2020).
Ia mengklaim ada sejumlah Ketua DPW tingkat provinsi dan 20 Ketua DPD tingkat Kabupaten/Kota yang hadir dalam pertemuan tersebut dan sepakat untuk memunculkan PAN Reformasi.
"Mereka ini mendesak Pak Amien, daripada diperlakukan tidak benar oleh Zulkifli Hasan, tidak dihormati, tidak diajak bicara sama sekali, lebih baik bentuk PAN Reformasi," kata Asri.
Asri menegaskan apa yang dilakukan Zulkas sangat tidak etis karena "Pak Amien berdarah-darah membangun partai ini."
Putra Jaya Husin kepada reporter Tirto, Kamis (12/3/2020) membantah bila dirinya ikut mendorong dibentuknya PAN Reformasi. "Tidak benar saya sebagai inisiator partai PAN Reformasi," kata Putra Jaya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan setelah 'digembosi' Zulhas, Amien memang tak akan bisa banyak bermanuver.
Namun di sisi lain, PAN Reformasi juga sulit terealisasikan karena menurutnya Amien tidak akan meninggalkan PAN. "Pilihannya lapang dada, atau PAN menghadapi badai gejolak," kata Dedi kepada reporter Tirto, Kamis (12/3/2020).
Situasi ini membuat upaya Zulhas bergabung ke koalisi Jokowi nampaknya tak akan semulus yang dibayangkan. Faktornya lagi-lagi keberadaan Amien.
Ujang mengatakan Jokowi dan partai pendukungnya akan tetap melihat Amien sebagai orang yang "kritis terhadap pemerintah," dan karenanya tak strategis jika diajak berkoalisi.
Karena itulah Ujang menilai Zulhas juga perlu memastikan ke koalisi Jokowi bahwa Amien sudah tidak punya kuasa apa-apa lagi terhadap partai.
Editor: Rio Apinino