Menuju konten utama

Nadiem Makarim Bacakan Surat dari Guru Inspiratif

Lima dari 6.689 surat yang datang dari penjuru Indonesia dibacakan Mas Menteri Nadiem Makarim.

Nadiem Makarim Bacakan Surat dari Guru Inspiratif
Tayangan Youtube Mendikbud saat Membacakan Surat Terpilih dari Guru & Murid Inspiratif. foto/kemendikbud rilis

tirto.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membacakan lima surat inspiratif yang ditulis oleh dua orang guru penggerak dan tiga orang murid, Selasa (26/5). Ditayangkan langsung di akun YouTube Kemendikbud RI, lima surat itu dipilih dari 6.689 surat yang berdatangan dari seluruh penjuru Indonesia.

Surat pertama yang dibacakan Nadiem berasal dari Santi Kusuma Dewi, guru di SMP Islam Baitul Izzah, Nganjuk, Jawa Timur. Santi yang merupakan guru penggerak ini melakukan inisiatif apik, yakni mengajak para muridnya untuk menggalang donasi lewat media sosial. Dari donasi yang mereka kumpulkan, sebanyak 75 paket sembako sudah disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.

Menurut Santi, media sosial punya kekuatan besar yang bisa menggerakkan kebaikan hati banyak orang. Kegiatan beramal lewat media sosial bisa mengajarkan tentang arti berbagi dan peduli pada sesama. Ini penting dilakukan untuk merawat simpati dan empati.

“Kegiatan donasi ini tetap berjalan di tengah pandemi, di mana para siswa saya tetap belajar secara daring, dan dalam pekan ini sudah mulai melaksanakan Penilaian Akhir Tahun,” tulis Santi.

Santi merupakan guru penggerak, sebuah program guna mendorong para guru dengan kemampuan mengajar yang berorientasi pada murid untuk mengikuti pelatihan intensif.

Konsep ini pertama kali dipaparkan oleh Nadiem di acara Hari Guru Nasional (22/9/19). Saat itu, Nadiem mengungkapkan pentingnya konsep merdeka belajar dan guru penggerak. Merdeka belajar berarti sekolah, guru-guru, dan murid punya kebebasan untuk berinovasi, belajar dengan mandiri dan kreatif. Sedangkan guru penggerak adalah reformasi pendidikan yang dilakukan oleh para guru di masing-masing sekolah.

“Guru penggerak ini beda dari guru lain. Apa sih bedanya? Guru penggerak adalah guru yang mengutamakan murid dari apa pun, bahkan dari kariernya. Ia mengutamakan murid dan pembelajaran murid,” ujar Nadiem.

Meski begitu, Santi tetap menghadapi tantangan ketika melakukan inovasi di sekolahnya. Dia sempat dianggap aneh di sekolah karena mengajarkan coding pada para siswa, padahal Santi mengampu pelajaran Bahasa Inggris. Namun perlahan, kegigihannya menampakkan hasil. Kolega di sekolah turut pula mengikuti jejak Santi dan terus meningkatkan kemampuan mereka dalam mengajar.

“Bahagia sekali melihat teman sejawat mulai belajar sedikit demi sedikit tentang beberapa platform pembelajaran, padahal biasanya mereka hanya berpegang pada buku pegangan guru saja,” tutur Santi.

Surat kedua datang dari Maria Yosephina Morukh, guru honorer di SD Kaenbaun yang terletak di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Maria mengisahkan betapa pandemi membuat kegiatan belajar mengajar terhambat, karena keterbatasan alat dan infrastruktur.

“Jangankan Android, Nokia saja tak punya,” tulis Maria.

Karena itu, Maria memilih untuk keluar rumah dan mendatangi kediaman para murid. Maria membuat jadwal kunjungan rutin, bergantian dari rumah murid satu ke rumah murid yang lain. Pada hari kunjungan itu, Maria akan memberikan pelajaran sekaligus tugas bagi para murid.

“Mereka tampak semangat sekali. Bahkan ada yang bertanya, ibu kapan kita masuk sekolah? Saya terharu sekali mendengar kata-kata itu.”

Selain itu, Maria selalu mengingatkan para murid dan orangtua murid untuk terus menjaga kebersihan dan kesehatan, termasuk mencuci tangan secara rutin dan memakai masker tiap akan keluar rumah.

Baik Maria maupun Santi tak menyangka suratnya akan dibaca oleh Nadiem. “Saya merasa gugup, tapi senang sekali,” kata Maria dengan senyum lebar.

Sedangkan Santi menitipkan pesan pada Mas Menteri, akan perlunya peningkatan kualitas Bahasa Inggris bagi para murid di Indonesia. Menurut Santi, kemampuan berbahasa Inggris penting di era globalisasi dan perkembangan teknologi seperti saat ini. Maria dan Santi juga punya pesan pada koleganya sesama guru di Indonesia.

“Saya berharap mari tetap saling menginspirasi, jaga kesehatan, karena kita ujung tombak negara,” pungkas Santi.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis

Artikel Terkait