Menuju konten utama

Nada-Nada yang Singgah Lama di Kepala Kita

Earworm lazim banyak orang alami. Nada-nada catchy untuk beberapa saat mengambil alih isi otak kita tanpa diminta.

Nada-Nada yang Singgah Lama di Kepala Kita
Ilustrasi earworm. Istock

tirto.id - “So, baby, pull me closer

In the back seat of your Rover

That I know you can't afford

Bite that tattoo on your shoulder

Pull the sheets right off the corner

Of that mattress that you stole

From your roommate back in Boulder

We ain't ever getting older”

Bagian reff lagu The Chainsmoker berjudul Closer di atas terngiang-ngiang terus di kepala Nadia Araditya (23), penikmat musik sekaligus manajer band independen, Glaskaca. Di banyak waktu, dia mendendangkannya tanpa sengaja sampai membuatnya merasa sebal sendiri. Nada catchy lagu yang berada di puncak Billboard Hot 100 2016 selama 12 minggu beruntun itu sukses memperdaya dirinya tanpa sanggup dilawan. Dia dihinggapi "earworm", pengalaman atas nada yang secara spontan terpanggil dan diulangi dalam pikiran.

"Gue pribadi sering banget ngalamin earworm. Kadang enggak sadar nyanyi bagian itu terus atau mainin bagian itu pakai alat di sekitar, misal pulpen atau ngetuk-ngetuk jari ke meja. Biasanya terjadi setelah gue dengerin bagian lagu yang catchy atau suara instrumen yang menonjol di sebuah lagu, tapi sering juga terjadi tanpa alasan," ucap Nadia.

Earworm datang tanpa diundang, muncul di luar kendali, dan seolah berputar tanpa tahu kapan berakhir. Peneliti James J. Kellaris dari University Cincinnati Amerika Serikat yang pertama kali mengemukakan istilah ini pada 2001, menyerap dari bahasa Jerman "Ohrwurm". Dalam studinya, Kellaris menemukan hampir 98 persen orang mengalami earworm. Lagu dengan lirik sebanyak 73,7 persen punya peluang hinggap di kepala orang, jingle atau iklan mencapai angka 18,6 persen, dan lagu instrumen sebesar 7,7 persen.

Para psikolog musik dari Universitas Goldsmith, Inggris yang konsisten mengkaji fenomena ini menyebut besaran persentase serupa, sedikitnya 90 persen orang dihinggapi nada setiap pekan. Biasanya, lagu yang tertanam dalam benak adalah lagu yang mudah untuk dipakai bergumam atau dinyanyikan, sekalipun selera masing-masing individu tetap memengaruhi.

Belum bisa diketahui bagian otak mana tempat terjadinya earworm. Sebab, saat orang memanggil kembali irama musik dengan saat orang mendengarkan musik, jaringan neurologi yang aktif sama saja. Menariknya, semakin orang berusaha tidak memikirkan lagu tersebut, lagu malah susah pergi dari benak.

Earworms

Lagu yang beritme cepat, berstruktur melodi nada yang naik-turun, dan disertai pengulangan, secara umum mudah menyebabkan orang menjadi terngiang-ngiang. Juga lagu yang mengejutkan, karena punya interval yang tidak biasa, turut bisa memicu ini terjadi. Tingkat kebaruan dan popularitas lagu turut berpengaruh. Sebab, lagu yang sering berada di tangga lagu dan punya peringkat tinggi, berpotensi menyebabkan earworm.

Penelitian anyar mereka yang rilis pada awal November tahun lalu, memunculkan lagu "Bad Romance" milik Lady Gaga paling banyak menginvasi korteks auditori otak 3.000 responden mereka. Disusul "Can’t Get You Out of My Head" dari Kylie Minogue, "Don’t Stop Believin" dari Journey, "Somebody That I Used to Know" milik Gotye, "Moves Like Jagger" dari Maroon 5, "California Gurls" milik Katy Perry, dan lagu legendaris Queen, “Bohemian Rhapsody”. Dua lagu Lady Gaga lainnya, "Alejandro" dan "Poker Face" juga masuk daftar sembilan lagu penyebab earworm.

“Kami tahu, disamping kesuksesan kesuksesan lagu di tangga lagu, ada beberapa hal tertentu dari melodi yang memengaruhi. Lagu-lagu yang hinggap di kepala ini memiliki tempo yang cepat dengan bentuk melodi yang umum, serta interval atau pengalaman yang tidak biasa sepertif reff pembuka dari “Smoke on The Water” dari Deep Purple atau pada chorus “Bad Romance” milik Lady Gaga,” kata ketua penelitian, Kelly Jakubowski kepada Independen.

Setiap pemusik pasti punya formula masing-masing untuk menciptakan lagu yang enak didengar. Ini berkaitan pula dengan aliran musik apa yang diusung.

“Kalau mau bikin lagu yang catchy dan gampang diinget, sering aja dengerin hits single. Secara enggak langsung kita bisa nangkep nada-nada mana yang enak,” ucap Ditto Pradwito, gitaris Barefood, band alternatif rock yang tenar lewat EP Sullen.

Sedangkan Edy Khemod dalam film biografi Seringai, Generasi Menolak Tua menuturkan, “Karena kita sering berada di perspektif penonton, kita coba bikin yang, ‘Di sini lu pasti enak buat headbang, di sini lu pasti enak buat moshing, nah di sini lu istirahat dulu ya, ambil nafas.’”

Ternyata, ada formula supaya mudah meresap di sanubari orang lain yang telah dirumuskan Bede Williams, peneliti Universitas St. Andrews, AS. Ada lima komponen yang memengaruhi pembentukan earworm: kejutan, kertertebakan, pengulaman ritmik, potensi melodi, dan resepsi pendengar (bagaimana pendengar merasakan lagu).

Rumusnya begini: Resepsi pendengar + (ketertebakan-kejutan) + (potensi melodi) + (pengulangan ritmik x1,5) = earworm.

Namun, nada-nada yang hinggap di kepala itu menyimpan potensi menyebalkan bagi orang yang mengalaminya. Memang terkesan hal remeh, terjadi sekelebat dan bisa berlalu dalam waktu dekat. Tetapi, earworm juga bisa menyimpan problem yang tidak bisa disepelekan.

Pada tahun 1980, terjadi pembunuhan yang dipicu karena earworm. Seorang kepala sekolah bernama Jean Harris tega menghabisi nyawa suami keduanya yang seorang dokter, Herman Tarnover akibat lagu “Put the Blame on Mame” dalam film Gilda (1946). Lagu itu kerap berputar di memorinya sepanjang 33 tahun. Saking akutnya, Harris bisa menghentikan percakapan yang sedang dia lakukan kalau ingatannya memanggil lagu tersebut. Lagu “Put the Blame on Mame” yang berkisah nasib perempuan yang selalu disalahkan diduga kuat menjadi original soundtrack di kepala Harris saat melakukan pembunuhan.

Menghilangkan earworm bisa dilakukan dengan beragam cara. Misalnya, bermain anagram seperti scrabble dan sudoku yang bisa mengasah ingatan. Kegiatan verbal, seperti membaca novel atau puisi, juga bisa jadi solusi. Fokus dalam mengerjakan tugas yang punya beban kognitif berat niscaya pula mampu menghilangkan earworm. Sebab, aktivitas yang cenderung santai memudahkan earworm muncul.

Pendekatan lain, dengan mendengarkan lagu tersebut kembali secara utuh, karena earworm lazim terjadi hanya di bagian-bagian lagu tertentu. Di Britania Raya, mendengarkan lagu nasional “God Save The Queen” yang dinyanyikan secara lambat diyakini beberapa orang cocok menghilangkan earworm. Temuan paling gres, mengunyah permen karet turut bisa berguna sebagai pemecah masalah ini.

Omong-omong, lagu apa yang tengah terngiang-ngiang di kepala anda saat ini?

Baca juga artikel terkait EARWORM atau tulisan lainnya dari Rahman Fauzi

tirto.id - Musik
Reporter: Rahman Fauzi
Penulis: Rahman Fauzi
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti