tirto.id - Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara mengalami kebakaran pagi ini. Nyala api dikabarkan telah menjalar ke sebagian besar bangunan. "Betul sekali (ada kebakaran). [Nyala api] lumayan besar," kata seorang petugas jaga Pemadam Kebakaran Jakarta Utara saat dihubungi Tirto, Selasa (16/1).
Pihak Pemadam Kebakaran Jakarta Utara menerima laporan kebakaran di Museum Bahari pada pukul 8.55. Hingga saat ini proses pemadaman masih terus dilakukan. Sang petugas mengatakan puluhan mobil pemadam kebakaran telah diterjunkan untuk menjinakka si jago merah. "Masih pemadaman. Kami terjunkan 21 unit mobil pemadam," ujarnya.
Museum Bahari diresmikan pada tahun 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Pengawasan dan pengelolaan museum berada di Dinas Kebudayaaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Buku Museum-Museum di DKI Jakarta yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta menyebutkan gedung ini dibangun oleh VOC secara bertahap. Tahap pertama 1718, tahap kedua, ketiga, dan keempat tahun 1173 dan 1774. "Museum ini satu-satunya di Indonesia yang menampung koleksi berupa perahu-perahu tradisional yang ada di daerah seluruh Indonesia," isi keterangan di buku tersebut
Ade Mulyani dalam Jakarta: Panduan Wisata Tanpa Mal menyebut Museum Bahari menyimpan berbagai koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Seperti koleksi miniatur kapal moderen, alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar, dan aneka meriam. Teknologi pembuatan perahu tradisional sampai berbagai cerita yang menyertainya juga ada di museum ini. Selain itu ada juga informasi tentang kekayaan laut Indonesia mulai dari beragam jenis biota sampai peta penyebarannya. Termasuk juga informasi tentang tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapak KPM Batavia Amsterdam.
Pada awalnya bangunan Museum Bahari berfungsi sebagai gudang penyimpanan, pemilihan, dan pengepakan rempah-rempah seperti kopi, teh, dan sejumlah komoditi lain seperti tembaga, timah dan tekstil milik VOC. Sisi barat Museum Bahari dulunya dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat. Sedangkan sisi timur disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur.
Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.
Di zaman penduduk Jepang, bangunan Museum Bahari dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.