Menuju konten utama

Mudji Sutrisno Ajak Seluruh Masyarakat Maknai Kemerdekaan

Dalam acara yang bertemakan “Refleksi Kemerdekaan dan Nilai-Nilai Kebinekaan”, Mudji Sutrisno mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sama-sama memaknai arti kemerdekaan.

Mudji Sutrisno Ajak Seluruh Masyarakat Maknai Kemerdekaan
(Ilustrasi) Sejumlah warga berpakaian busana tradisional mengikuti karnaval kemerdekaan di Desa Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc/16.

tirto.id - Budayawan sekaligus rohaniawan, Prof Mudji Sutrisno mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sama-sama memaknai arti kemerdekaan. Hal tersebut disampaikan dalam pidato kebudayaan yang bertemakan “Refleksi Kemerdekaan dan Nilai-Nilai Kebinekaan”.

“Kita punya pendiri-pendiri bangsa yang memaknai bangsa ini dalam membuat dasar pancasilanya dengan induksi dan deduksi, betapa dasyatnya itu,” kata Mudji Sutrisno di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Jumat (19/8/2016).

Soekarno, kata dia, begitu memaknai nilai-nilai kemanusiaannya sewaktu diasingkan di Ende. Saat itu Soekarno banyak bergaul dengan para misionaris, orang-orang kecil dan orang islam. Pergaulan itulah yang pada akhirnya melahirkan sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sementara itu, Rektor Universitas Sanata Dharma, Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. berpendapat, meskipun kemerdekaan telah berlangsung selama 71 tahun, namun kemerdekaan itu belum sepenuhnya kita rasakan.

“Kita belum sungguh merdeka dalam arti mandiri,” kata Eka Priyatma.

Hal tersebut, kata dia, bisa dilihat dari tidak adanya gadget produk Indonesia yang kita gunakan saat ini, semuanya adalah produk asing. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan pendidikan dalam melahirkan generasi yang mandiri.

“Kita tidak berhasil melepaskan generasi ini dari mentalitas inlander, seolah-olah bahkan mentalitas itu terus kita wariskan, artinya seolah-olah terjajah masih ada disekitar kita, padahal sudah tidak ada,” lanjutnya.

Untuk dapat mengatasi hal tersebut, kata dia, kita perlu membangun sistem pendidikan yang berwawasan dan bervisi kemerdekaan.

Dalam kesempatan yang sama, sejarawan dari Universitas Sanata Dharma, Dr. Baskara T. Wardaya juga menyampaikan rasa prihatinnya terhadap ancaman toleransi dan kemajemukan bangsa yang masih marak terjadi di Indonesia.

“Kerusuhan bernada religius di Tanjung Balai, Sumatera Utara, yang terjadi beberapa waktu yang lalu, tidak hanya mengoyak rasa persatuan kita sebagai bangsa yang majemuk, melainkan juga mengingatkan kita pada kasus-kasus serupa yang terjadi di masa lalu.” kata Baskara.

Untuk itu, Baskara juga mengajak seluruh masyarakat untuk sama-sama merenungi dan merefleksikan nilai-nilai kebinekaan dan kemerdekaan agar terciptanya masa depan yang lebih baik.

Baca juga artikel terkait HARI KEMERDEKAAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto