tirto.id - Frank Lampard, manajer Chelsea, tidak bisa tak antusias jelang menghadapi Manchester United dalam pekan pembuka Liga Inggris (EPL) di Stadion Old Trafford, Minggu (10/8/2019) malam.
“Aku selalu menikmati kunjungan ke Old Trafford,” ujar Lampard dalam konferensi pers di Manchester, Jumat (9/8/2019) waktu setempat. “Mereka punya stadion yang hebat, sejarah yang kuat.”
Melawan MU sebagai manajer sebenarnya bukan hal yang asing bagi bekas gelandang Timnas Inggris ini. 26 September tahun lalu, saat menjabat pelatih Derby County, Lampard sukses menyingkirkan Setan Merah dalam putaran ketiga Piala FA.
Sebagaimana kedatangannya musim lalu, dia berkunjung ke Old Trafford dengan status pelatih tim non-unggulan. Sanksi larangan transfer bikin sejumlah pengamat sepakbola menyebut kans Chelsea bersaing dalam perebutan gelar relatif tipis.
Analis sepakbola Bleacher Report, Sam Tighe, bahkan memprediksi musim ini Chelsea cuma akan finis di peringkat delapan klasemen akhir.
Tapi Lampard tidak menganggap itu sebagai beban. Dia justru senang musim ini Chelsea tak diunggulkan.
“Itu artinya ada tantangan, dan tidak ada yang lebih menyenangkan dalam sepakbola selain membuktikan kalau pandangan seseorang [para pengamat sepakbola] keliru,” aku Lampard.
Terlepas dari status Chelsea, pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer mengaku siap menghadapi perlawanan tim tamu. Tak ada persiapan taktis khusus, katanya. Dia pun senang karena kembali bertemu Lampard yang bukan lagi jadi pemain.
“Aku senang besok Lampard sudah bukan pemain lagi, karena kalau iya dia bisa mencetak gol. Dan itu akan menyulitkan.”
Menurut hitung-hitungan di laman resmi MU, Ole sudah 11 kali bersua Lampard saat keduanya masih jadi pemain. Keduanya tercatat berada di lapangan yang sama selama 367 menit.
Dan Ole punya rekam jejak bagus dalam pertandingan-pertandingan itu. Eks juru taktik Cardiff ini tercatat lima kali membawa MU meraih kemenangan, tiga laga imbang, dan cuma tiga kali kalah. Ole bisa mencetak empat gol dalam semua laga.
Meski demikian, bukan berarti pertandingan nanti serta merta menjadi partai yang mudah untuk Ole dan MU.
Tanpa Lukaku
Musim lalu MU kebobolan 54 gol di EPL. Angka ini jadi sorotan karena jadi yang terburuk selama Setan Merah merumput di Liga Inggris sejak 1978/1979.
Perbaikan coba dilakukan manajemen Setan Merah pada bursa transfer. Mereka mengeluarkan uang 130 juta paun hanya untuk mendatangkan dua pemain, Harry Maguire (bek tengah) dan Aaron Wan-Bissaka (bek kanan). Maguire bahkan memecahkan rekor transfer termahal untuk seorang bek.
Namun analis sepakbola The Times, Paul Hirst, yakin masalah MU belum tuntas. Soalnya, Setan Merah menjual ujung tombak Romelu Lukaku tanpa membeli nama lain sebagai pengganti. Situasi ini berpotensi bikin lini depan MU lebih tumpul.
Pendapat Hirst beralasan. Meski terkenal sebagai pemain yang memiliki sentuhan pertama buruk, Lukaku punya andil besar bagi MU dalam dua musim terakhir. Pemain berpaspor Belgia itu menjaringkan total 42 gol di semua kompetisi, melebihi pemain MU mana pun pada periode yang sama.
Dua tandem Lukaku musim lalu, Anthony Martial dan Marcus Rashford, terlihat belum siap jadi tumpuan. Jika dijumlahkan, pada musim lalu keduanya cuma menyumbang 21 gol.
Solskjaer lantas berkilah peran Lukaku sangat mungkin diisi oleh dua pemain MU yang musim lalu jarang dapat kesempatan, Mason Greenwood dan Alexis Sánchez. Itu pula alasan mengapa Ole tak mendatangkan striker lain saat bursa transfer.
“Jalan Greenwod untuk lebih terlibat dalam tim akan terhambat jika kami mendatangkan penyerang baru. Aku punya keyakinan Mason layak tampil dan terlibat lebih banyak dan jika itu terjadi dia pasti akan mencetak [banyak] gol,” kata Ole.
Sementara soal Alexis, Ole berkata tidak akan melepaskannya ke klub lain walau bursa transfer untuk Liga Spanyol dan Liga Italia masih dibuka.
“Aku berharap dia bertahan, ya, sehingga kami memiliki lebih banyak penyerang dan bisa menambah beberapa gol,” ucap dia.
Alexis tidak akan tampil saat pertandingan melawan Chelsea lantaran mendapat jatah tambahan libur usai Copa America. Lantas, bagaimana dengan Greenwood?
Sepanjang tur pramusim, Greenwood tampil menjanjikan dengan mencetak dua gol dari enam pertandingan. Jika Ole menerapkan skema 4-2-3-1 seperti yang dia lakukan pada sebagian besar tur pramusim, kemungkinan Greenwood tampil terbuka lebar.
Namun, jika yang dipakai Ole adalah 4-4-2 berlian, Greenwood barangkali masih akan disimpan. Dalam skema ini Ole punya kecenderungan menyokong duet Marcus Rashford dan Anthony Martial dengan gelandang sayap yang punya atribut bertahan bagus.
Saat menerapkan 4-4-2 berlian dalam uji coba terakhir melawan AC Milan misal, Ole lebih memilih memasang Andreas Pereira dan Nemanja Matić sebagai gelandang sayap.
Mount atau Barkley?
Jika Ole punya pekerjaan rumah di lini depan, maka yang masih dipikirkan Lampard adalah posisi gelandang nomor 10 dalam skema 4-2-3-1 racikannya.
Ini bukan karena tak ada stok pemain bagus. Malah sebaliknya. Sepanjang tur pramusim, dua gelandang nomor 10 Chelsea, Mason Mount dan Ross Barkley, sama-sama tampil bagus.
Dalam tujuh laga pramusim, dua pemain inilah yang diberi waktu bertanding paling banyak. Lampard memberikan kesempatan 326 menit bermain untuk Mount, sementara Barkley 287 menit.
Meski Barkley punya rapor sedikit lebih bagus ketimbang Mount karena mencetak empat gol dan tiga asis, namun jurnalis The AthleticLiam Twomey yakin faktor itu tidak akan serta merta mengatasi kebingungan Lampard.
Mount punya sesuatu yang tidak banyak dimilik Barkley: pemahaman mendalam terhadap taktik sang pelatih.
Mount, yang musim lalu dipinjamkan ke Derby County, merupakan senjata utama Lampard (yang saat itu juga pelatih Derby) dalam mengarungi Divisi Championship. Keistimewaan Mount bukan semata dibuktikan dari 11 gol yang dia sumbangkan untuk tim, tapi juga pemahamannya kapan harus menyerang, mengumpan, dan bertahan.
Menurut jurnalis FourFourTwo Conor Pope, pemahaman Mount soal pendekatan Lampard bukanlah sesuatu yang begitu saja jatuh dari langit. Mount--yang merupakan jebolan akademi Chelsea--merupakan penggemar berat Lampard sejak kecil dan oleh sebab itu dia tahu betul apa yang diinginkan pelatihnya.
“Dia adalah orang yang selalu aku kagumi dan aku selalu melihat sekaligus belajar dari setiap pertandingannya,” tutur Mount dalam wawancara dengan Pope.
Sebenarnya Lampard tidak melulu harus memilih salah satu. Dalam partai uji coba terakhir melawan Borussia Monchengladbach, Sabtu (3/8/2019) lalu, dia sempat bereksperimen dengan memainkan Mount dan Barkley bersama selama 36 menit. Dalam laga itu posisi nomor 10 ditempati Mount, sedangkan Barkley jadi winger kiri. Masalahnya, jika melakukan hal serupa, Lampard harus membangku cadangkan pemain bintang sekaligus winger kiri andalannya, Christian Pulisic.
Dua masalah inilah: penyerang di sisi MU, dan pemain nomor 10 di sisi Chelsea, yang mesti dijawab oleh Lampard dan Ole. Tidak berlebihan jika yang memenangkan pertandingan nanti, adalah siapa yang dapat menemukan jawaban tepat atas teka-teki itu.
Editor: Rio Apinino