tirto.id - Nama Mike Grella mungkin kurang dikenal di kancah sepakbola dunia. Tapi, orang ini telah memercikkan sedikit noda dalam perjalanan karier Frank Lampard yang nyaris sempurna. Dalam suatu perjumpaan di Major League Super (MLS), Grella sukses memperdaya mantan bintang Chelsea itu, mengolongkan bola melewati kedua kaki Lampard.
Aksi tersebut terjadi dalam duel derby paling panas di Liga Amerika Serikat pada 10 Agustus 2015 silam. Grella yang memperkuat New York Red Bulls turut membawa timnya membekuk New York City yang dibela Lampard dengan skor 2-0.
Sebenarnya itu bukanlah masalah besar dan tidak terlalu menjadi persoalan. Lampard juga manusia, jadi wajar jika sekali-kali ia diperdaya pemain lain di lapangan. Yang menjadi sorotan, aksi nutmeg Grella itu malah tersebar luas dan ramai dibicarakan sesaat setelah Lampard menyatakan gantung sepatu pada 2 Februari 2017 lalu.
Si pembuat gara-gara ternyata New York Red Bulls. Akun resmi Twitter klub yang pernah dihuni Thierry Henry itu mengunggah video pendek ketika Lampard kena tipu Grella, ditambah ucapan singkat “bye” dengan tanda pagar #NYisRED. Ini tentunya bukan salam perpisahan yang menyenangkan bagi Lampard atau siapapun.
Lampard sendiri belum bereaksi, biarkan publik yang menghakimi.
Gagal Pulang Kandang
Keputusan pensiun Lampard boleh dibilang cukup mendadak. Setelah hengkang dari AS setelah New York City gagal ke final MLS Wilayah Timur musim lalu, ia belum memberikan indikasi pensiun. Sejumlah klub dikabarkan berminat kepadanya, bahkan sang pemain sendiri mengisyaratkan ingin kembali ke Chelsea, klub yang telah membesarkan namanya.
“Jika nanti waktunya tiba, saya akan segera memberi keputusan. Pastinya saya sangat mencintai klub itu (Chelsea), namun segalanya tidak selalu seperti yang kita inginkan,” ucap Lampard pada 24 Desember 2016 lalu seperti dikutip dari The Guardian.
Tapi, gayung rupanya tak bersambut. Chelsea yang sedang perkasa di Premier League adem-ayem saja kendati Lampard telah mengirimkan sinyal kerinduan. Bahkan, selama jendela transfer musim dingin 2016/2017, The Blues melewatkan peluang untuk memulangkan mantan bintangnya itu.
Lampard sebenarnya berkesempatan merumput di tanah kelahirannya lagi. Tapi tawaran yang datang dari Swansea City tidak terlalu membuatnya antusias. Manajer The Swans, Paul Clement, mengakui bahwa pihaknya memang mendambakan Lampard, namun ternyata bertepuk sebelah tangan.
"Tentunya akan sangat menyenangkan andaikata Lampard ada di sini. Saya tidak menyangkal bahwa kami sudah mencoba membujuknya. Tapi, saya rasa ia sudah menuju keputusan yang akhirnya dia pilih (gantung sepatu),” aku Clement kepada Soccerway.
Swansea bagi Lampard barangkali bukan klub yang paling cocok untuk pungkasan kariernya meskipun ia sempat memperkuat The Swans pada 1995/1996 sebagai pemain pinjaman dari West Ham United. Relasinya dengan Clement yang pernah menjadi asisten pelatih Chelsea di era Carlo Ancelotti ternyata juga gagal menarik minat Lampard.
Ketika berbagai tawaran yang datang tidak sesuai yang dikehendakinya, dan Chelsea yang diharapkan justru memilih diam, Lampard akhirnya berkeputusan untuk mengakhiri kariernya sebagai pesepakbola di usia 38 tahun.
Bintang Ibukota
Lampard adalah anak asli ibukota. Ia lahir, besar, dan tenar di London. Lampard pernah sangat dipuja oleh warga kota yang dihuni oleh lebih dari 8,6 juta jiwa itu. Ia merintis karier bersama West Ham sejak 1995 sampai 2001, kemudian berlabuh ke klub tetangga, Chelsea, dan menjadi andalan di sana selama lebih dari 13 tahun berikutnya.
Pemilik nama lengkap Frank James Lampard ini memang sempat merumput di luar London bareng Swansea, juga ke Manchester City setelah pergi dari Stamford Bridge, hingga hijrah ke Amerika pada 2015. Namun, tetap saja West Ham dan Chelsea adalah dua klub yang paling berkesan bagi Super Frank.
“Terima kasih kepada West Ham yang telah memberi saya debut pada 1996. Terima kasih kepada mereka yang mempercayai saya di usia muda,” sebut Lampard dalam ucapan pensiunnya.
Bersama The Hammers, Lampard tampil dalam 187 laga di semua ajang dan mencetak 39 gol. Ia juga turut mengantarkan West Ham meraih gelar juara Piala Intertoto 1999. Meskipun hanya menjadi kampiun di turnamen antar klub kasta ketiga Eropa, namun tetap berkesan karena itu adalah trofi pertama Lampard dalam kariernya.
Tampil cemerlang di West Ham selama 6 musim, Chelsea tertarik merekrutnya pada 2001 dengan mahar sebesar 17,8 juta euro. Di sinilah Lampard mengalami era keemasannya. Sederet gelar juara turut diraihnya bersama The Blues beserta sejumlah rekor pribadi yang terbilang mengesankan.
Menanti Reaksi Chelsea
Lampard adalah sosok gelandang yang lengkap. Meskipun beroperasi di lini tengah, ia justru menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa yang pernah dimiliki Chelsea. Selama di London Biru, Lampard telah mengoleksi 211 gol. Pesaing terdekatnya adalah Bobby Tambling yang mencetak 202 gol Chelsea pada kurun tahun 1959 hingga 1970.
Rekor Lampard lainnya di Chelsea masih teramat banyak. Ia pernah 5 kali menjadi top skor klub dalam semusim, yakni 2004/2005, 2005/2006, 2007/2008, 2011/2012, dan 2012/2013.
Lampard juga pencetak gol terbanyak selama Chelsea ikut Piala FA (26 gol). Selain itu, ia pula yang paling sering mencetak gol lewat penalti untuk The Blues dengan torehan 49 gol.
Dalam hal penampilan terbanyak di Chelsea, Lampard menempati posisi 4 dengan 648 pertandingan, masih kalah dari Ron Harris (795 laga), Peter Bonetti (729 laga), serta rekan seangkatannya, John Terry (712 laga). Tapi, di level tim nasional, Lampard merupakan pemain Chelsea yang paling sering tampil untuk Inggris dengan 106 caps dan 29 gol.
Untuk urusan koleksi trofi, jangan ditanya lagi. Lampard adalah salah satu aktor utama kejayaan Chelsea di rezim Roman Abramovich. Total, 13 gelar juara telah dipersembahkannya, dari ajang remeh-temeh macam Community Shield hingga trofi prestisius seperti jawara Premier League dan Liga Champions.
Dengan sumbangsih yang cukup besar itu, tentunya sudah layak jika Lampard masuk ke jajaran legenda The Blues. Di seberang sana, Liverpool telah bergerak nyata dengan merangkul pulang Steven Gerrard. Kini, tinggal menanti kepekaan para petinggi The Blues, setidaknya sebagai balas jasa untuk pengabdian Lampard.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti