tirto.id - Skor 3-0 atas Bournemouth di pekan 18 Premier League 2016/2017 mengguratkan rekor baru bagi Chelsea. Hasil mantap tersebut menjadi kemenangan beruntun terpanjang dalam sejarah klub penghuni Stamford Bridge itu, yakni selalu meraih poin sempurna dalam 12 pertandingan berturut-turut.
Rekor yang dipecahkan Eden Hazard dan kawan-kawan adalah 11 kemenangan tanpa putus yang pernah ditorehkan pada 2009. Bedanya, saat itu Chelsea melakukannya dalam dua musim: 5 kemenangan diraih di sisa paruh kedua musim 2008/2009, ditambah 6 kemenangan lainnya di awal musim 2009/2010.
Nah, kali ini The Blues melewati 12 laga dengan perkasa hanya dalam setengah musim, dan itu belum berakhir. Chelsea sangat berpeluang untuk menyamai atau bahkan melampaui catatan Arsenal sebagai pemilik rekor kemenangan terpanjang di Premier League dengan mengoleksi 14 kali menang beruntun pada 2002 silam.
Mengamuk Usai Terpuruk
Musim ini seolah menjadi ajang pelampiasan Chelsea yang tampil buruk musim lalu. Setelah menjadi juara Premier League 2014/2015, The Blues justru terpuruk di musim berikutnya dengan menempati posisi 10 di klasemen akhir Premier League 2015/2016. Sang manajer Jose Mourinho pun dipecat di tengah jalan.
Kehadiran Antonio Conte usai menunaikan tugasnya bersama tim nasional Italia di Piala Eropa 2016 membawa optimisme tinggi bagi warga Stamford Bridge. Keyakinan itu ternyata terbukti, setidaknya hingga pekan ke-18, sang manajer anyar sukses membawa Chelsea terbang tinggi.
Mengawali musim baru sejak 15 Agustus 2016, ramuan mantan kapten Juventus itu langsung manjur. Debut Conte berlangsung manis berkat kemenangan 2-1 atas West Ham. Hasil positif juga diraih di dua laga berikutnya kala bertandang ke markas Watford (1-2) dan kemudian menjamu Burnley (3-0).
Setelah ditahan 2-2 oleh Swansea City di pekan ke-4, Chelsea sempat menelan dua kekalahan berantai, yakni ditekuk Liverpool dengan skor 1-2 di kandang sendiri dan digilas 3-0 oleh Arsenal di Emirates. Namun, selepas dua hasil negatif itu, laju The Blues berjalan sangat mulus.
Dari 1 Oktober hingga 26 Desember 2016 yang baru lalu, tidak ada satu pun lawan yang bisa mengimbangi, apalagi mengalahkan pasukan biru. Leicester City yang menjadi jawara musim lalu digasak 3-0, Manchester United yang kini dibesut sang mantan digebuk 4-0, Manchester City pun tak berdaya di Etihad setelah disikat 1-3.
Kans Chelsea untuk menjadi yang terbaik di Inggris musim ini pun terbilang sangat besar. Hingga pekan ke-18, pasukan London Biru cukup kokoh bertahta di puncak klasemen dengan 46 poin, berjarak 6 poin lebih banyak dari pesaing terdekatnya, The Citizen.
Tak hanya rekor kemenangan terpanjang klub saja yang diukir setelah laga kontra Bournemouth lalu. Dua punggawa The Blues, Eden Hazard dan Cesc Fabregas, juga turut mengguratkan rekor khusus.
Satu gol Hazard di pertandingan tersebut menjadikan gelandang Belgia ini sebagai pemain Chelsea keenam yang telah membukukan 50 gol di Premier League setelah Frank Lampard, Didier Drogba, Jimmy Floyd Hasselbaink, Gianfranco Zola, dan Eidur Gudjohnsen.
Catatan emas yang dituliskan Fabregas lain lagi. Usai menjamu Bournemouth, gelandang Spanyol ini telah mengoleksi 98 assist di Premier League dan hanya kalah dari Wayne Rooney (101), Frank Lampard (102), serta Ryan Giggs (162).
Memecahkan Rekor, Mengulang Juara?
25 April 2009, The Blues mengawali rentetan kemenangannya usai membekuk West Ham 0-1 di Upton Park. Kala itu, Chelsea sedang bersaing ketat dengan Liverpool dan Manchester United untuk memperebutkan gelar juara Premier League 2008/2009. Empat laga tersisa pun dituntaskan Michael Ballack dan kawan-kawan dengan sempurna.
Sayangnya, 5 kemenangan beruntun itu tak mampu membawa Chelsea menuntaskan klasemen akhir di posisi puncak. MU tampil sebagai jawara dan disusul The Reds di urutan kedua. Chelsea harus puas finish di tiga besar dan “hanya” merayakan keberhasilan Nicholas Anelka yang tampil sebagai top skor musim itu dengan lesakan 19 gol.
Musim baru 2009/2010, The Blues yang kali ini ditukangi Carlo Ancelotti langsung tancap gas. Enam pertandingan awal diselesaikan dengan sempurna, melanjutkan hasil serupa di 5 pertandingan pamungkas pada musim sebelumnya, dan rekor 11 kemenangan tanpa cela pun berhasil diamankan.
Bermaterikan sederet pesepakbola top kala itu macam Frank Lampard, Ashley Cole, Michael Essien, Ricardo Carvalho, Joe Cole, Didier Drogba, Michael Ballack, Florent Malouda, Paulo Ferreira, Deco, hingga Nicolas Anelka, Chelsea akhirnya sukses membayar hasrat yang sempat kandas dengan merengkuh trofi Premier League 2009/2010.
Modal awal Chelsea di musim 2016/2017 ini lebih menjanjikan, tidak lain tidak bukan ya rekor 12 kemenangan berturut-turut yang baru saja ditorehkan. Spirit untuk mengulang kesuksesan pun sebenarnya sudah ada pada sosok Branislav Ivanovic, Obi Mikel, dan tentunya sang kapten John Terry yang turut berperan di skuad juara 2009/2010 silam.
Satu lagi, yakni fakta dan faktor pelatih. Carlo Ancelotti yang membawa Chelsea menjadi kampiun saat itu adalah orang Italia, sebangsa dengan juru taktik The Blues saat ini, Antonio Conte.
Chelsea memang sering berjodoh dengan Italiano. Selain Ancelotti dan terlepas dari kesialan Claudio Ranieri yang gagal mempersembahkan trofi saat menukangi Chelsea, jangan lupakan dua nama pria Italia lainnya, yakni Gianluca Vialli dan Roberto Di Matteo.
Vialli mengantarkan Chelsea meraih 5 trofi selama kurun 1998-2000, sedangkan Di Matteo adalah satu-satunya pelatih yang sanggup membuat The Blues sebagai raja Eropa alias juara Liga Champions, setidaknya sampai saat ini.
Tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Conte untuk menjaga konsistensi skuad asuhannya yang sangat menawan hingga menjelang tutup tahun 2016 ini. Jika itu dapat dilakukan, peluang untuk mengulang kejayaan 2009/2010 sekaligus sebagai pelampiasan atas terpuruknya Chelsea musim lalu sangat mungkin bisa terwujud.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS