tirto.id - Manchester United (MU) dan Barcelona akan berhadapan dalam leg pertama perempat final Liga Champions di Stadion Old Trafford, Kamis (11/4/2019) dini hari waktu Indonesia. Barcelona diyakini bakal tampil terbuka guna mengejar produktivitas gol tandang. Pelatih Ernesto Valverde bahkan menegaskan timnya tidak berniat main aman, alias menargetkan kemenangan meski tampil di kandang lawan.
"Barcelona memang belum pernah meraih kemenangan di Old Trafford. Tapi, saya memiliki keyakinan kami akan segera mengubah tren itu," ujarnya kepada laman resmi klub.
Di sisi lain, Manchester United belum terlihat ingin mengubah cara bermain mereka. Pelatih Ole Gunnar Solskjaer bakal mengandalkan pertahanan yang disiplin dan serangan-serangan balik cepat yang jadi ciri khasnya sejauh ini. Dalam konferensi pers, niat tersebut diindikasikan Ole dengan memberi penekanan jika skuatnya bakal berjuang 'menghentikan' barisan penyerang berbahaya yang dimiliki tim tamu.
"[Selain Messi] ada Suarez, Coutinho, Rakitic, Vidal, dan banyak pemain berbahaya di Barcelona. Kami tahu harus melawan seluruh penyerang mereka. Suarez, Coutinho dan Messi akan memacu pertahanan kami agar tampil disiplin, jadi lihat saja besok bagaimana kami bereaksi," ungkap Ole.
Walau materi pemain MU tidak semenjanjikan lawan, kepercayaan diri Ole wajar. Di babak 16 besar, skuat MU terbukti mampu menahan gempuran barisan penyerangan PSG yang dihuni nama-nama mentereng macam Edinson Cavani, Kylian Mbappe, sampai Angel Di Maria.
Sementara pada pertandingan nanti, Setan Merah bahkan mendapat suntikan tenaga tambahan. Paul Pogba dan Jesse Lingard yang sebelumnya absen kini siap ditampilkan sejak menit awal. Di lini belakang, MU juga dalam kondisi lebih komplit. Mereka tidak perlu lagi memaksa Eric Baily main di luar posisinya, sebagaimana pada fase sebelumnya.
Pertanyaan yang kemudian muncul, seandainya MU mampu membatasi ruang gerak para penyerang Barcelona, bagaimana alur pertandingan berlanjut?
Alba Sebagai Senjata
Rekam jejak musim ini membuktikan Blaugrana sering mengalami kebuntuan karena para penyerang mereka dikawal ketat tim lawan. Namun, anak asuh Ernesto Valverde acap kali bisa keluar dari situasi tersudut berkat kehadiran dua nama: Lionel Messi dan Jordi Alba.
Untuk nama pertama, agaknya dia tidak perlu dibahas terlalu dalam. Semua orang tahu betapa ajaibnya manusia bernama Lionel Messi. Dia bisa menjadi pembeda lewat berbagai skenario, termasuk dengan cara paling sederhana yakni mengeksekusi tendangan bebas.
Sejauh ini peran vital Jordi Alba belum banyak dibahas. Berposisi sebagai fullback kiri, ketika timnya kesulitan menyerang Alba sering membuat kejutan dengan cara menusuk dan menciptakan ruang di sisi kanan pertahanan lawan. Upaya ini kemudian sering memudahkan pekerjaan Lionel Messi.
Dalam skema 4-3-3 Valverde, Messi memang cenderung diplot sebagai penyerang kanan (di kiri pertahanan lawan). Namun jika dikawal, pemain asal Argentina itu biasanya turun dan bergeser ke sisi berlawanan. Jika sudah begitu, si pemakai kostum nomor 10 kerap menunjukkan kombinasi one-two pass yang mematikan bersama Alba.
Analis sepakbola The Times, Charlie Scott sepakat dengan penilaian tentang betapa berbahayanya alternatif serangan yang bisa dihadirkan Jordi Alba. Dia mencontohkan kejadian pada pertandingan fase grup ketika Barcelona menang 4-2 atas Tottenham. Pada laga itu Messi mencetak dua gol, dan seluruhnya terjadi berkat kombinasi umpannya Jordi Alba.
"Saat itu [ketika dikawal] Messi membawa bola ke tengah dan Alba tiba-tiba muncul mengecoh bek Spurs, Kieran Trippier. Messi melihat Alba dengan jeli lalu memberikan bola ke dengan umpan terobosan cepat. Alba lantas menyilangkannya ke kotak penalti dan seperti hantu, Messi tiba-tiba muncul untuk menyambar umpan itu jadi gol," tulis Scott.
Argumen Scott tentang vitalnya peran Alba bagi alternatif serangan bukan cuma didasari kejadian insidental dalam laga kontra Spurs. Jika kita melihat data, gagasan itu punya penguat lain.
Misalnya, statistik menunjukkan kalau Jordi Alba merupakan pemain bertahan dengan assist terbanyak di Liga Champions musim ini (tiga assist). Selain itu, Alba juga jadi pemain belakang yang paling banyak kedua dalam menciptakan peluang (setelah Alex Telles/Porto) serta terbanyak kedua dalam hal menyentuh bola di kotak penalti lawan (setelah Ismaily/Shaktar).
Bisa Jadi Celah
Namun bukan berarti MU akan langsung mati kutu jika situasi di atas benar-benar terjadi. Peran ganda Alba ini juga bisa dijadikan celah bagi MU untuk mencuri gol. Syaratnya, mereka mesti melakukan counter-attack (serangan balik) seefektif mungkin.
Langkah pertama yang bisa dilakukan Ole adalah memastikan fullback kanannya (kemungkinan besar Ashley Young) tidak berada di posisi kelewat tinggi. Dengan tidak gegabah maju, Young punya kesempatan mengambil timing yang tepat untuk memotong suplai bola atau mengambil alih si kulit bundar dari penguasaan Alba.
Kemudian, jika bola sudah diambil alih, langkah kedua yang perlu dilakukan MU adalah langsung memompanya ke lini depan secepat mungkin. Dalam situasi ini, segalanya kemudian bergantung pada penempatan posisi dan pergerakan para penyerang Setan Merah.
Jika Marcus Rashford atau Romelu Lukaku bisa berdiri di waktu tepat untuk menyambut kiriman bola dari skema serangan balik, bukan tidak mungkin lini belakang Barcelona porak poranda. Apalagi, ketika transisi negatif (dari ofensif ke defensif) secara atribut bek tengah Barcelona tidak terlalu memiliki keunggulan dalam hal akselerasi berlari. Begitu pula dengan gelandang bertahan mereka, Sergio Busquets yang kecepatannya tidak sekencang Rashford maupun Lukaku.
Menurut Charlie Scott, akan lebih tepat bagi MU kalau pendekatan serangan balik ini dilakukan dengan formasi 4-4-2 berlian. Ada dua alasan mengapa skema ini dicap paling cocok. Pertama, formasi itu sudah terbukti manjur membawa MU mengalahkan klub-klub besar. Di laga 16 besar lawan PSG pun, Marcus Rashford dan kawan-kawan menang berkat formasi ini.
Alasan kedua adalah adanya keseimbangan yang ditawarkan dari skema 4-4-2 berlian. Keseimbangan akan sangat penting karena ketika sedang menangkal pergerakan Alba, lini belakang MU tidak boleh kehilangan fokus untuk tetap mengawal pergerakan Messi dan Suarez.
Renggangnya penjagaan terhadap dua pemain itu bisa menimbulkan dampak berbahaya, misalnya timbul celah di dalam kotak penalti atau terjadi pelanggaran di posisi strategis. Celah berisiko menimbulkan gol, sementara pelanggaran bisa membikin Messi punya panggung empuk untuk menambah koleksi gol tendangan bebasnya.
"Pada akhirnya kembali lagi, kesuksesan MU akan sangat bergantung dari bagaimana mereka bertahan, termasuk seperti apa penampilan David De Gea di bawah mistar. Semua aspek mereka butuhkan jika masih ingin mengentikan langkah Messi dan kawan-kawan guna melangkah ke semifinal," pungkas Scott.
Editor: Gilang Ramadhan