tirto.id - Bayangkan ada sebuah transportasi darat yang bisa melesat dari Merak-Banyuwangi yang berjarak lebih dari 1.000 km dalam waktu kurang dari 1 jam atau lebih cepat dari pesawat udara. Tantangan itu barangkali akan menjadi mimpi yang jadi kenyataan dengan kereta berkecepatan sangat tinggi bernama hyperloop.
Di Indonesia, hyperloop kini menjadi buat bibir. Ini gara-gara Hyperloop Transportation Technologies (HTT) mengumumkan dengan partner lokal mereka di Indonesia membentuk PT Hyperloop Transtek Indonesia—mereka berencana membangun moda hyperloop di Indonesia.
Hyperloop Transportation Technologies atau HTT dalam surel yang diterima, menyebut bahwa mereka akan melakukan studi kelayakan selama 3-6 bulan di Indonesia. Dalam studi tersebut, tim HTT dan PT Hyperloop Transtek Indonesia juga akan melakukan kajian berapa dana yang dibutuhkan dan rute mana yang akan dikerjakan.
HTT menyebutkan bahwa mereka akan melakukan proyek pembangunan tersebut dengan melibatkan sekitar 800 profesional tim global HTT dan juga akan melibatkan talenta-talenta lokal Indonesia. Namun, sebelum bermimpi lebih jauh, perlu tahu bahwa hyperloop tak terlepas dari sosok Elon Musk, ia adalah sosok Tony Stark (Iron man) di dunia nyata.
Hyperloop dan Elon Musk
Elon Musk adalah orang kunci di balik perusahaan teknologi semacam SpaceX, Tesla, dan SolarCity. Pada 2013, Musk mengemukaan sebuah ide dan konsep bernama hyperloop. Secara sederhana, hyperloop menurut Musk adalah, “persilangan antara Concorde, railgun, dan permainan meja hoki.” Hyperloop merupakan sebuah tabung transportasi yang memungkinkan kereta bisa melesat dengan kecepatan tinggi.
Penumpang yang akan menggunakan hyperloop, akan masuk ke dalam suatu kapsul seukuran mobil. Tabung akan menyedot kapsul yang berisi penumpang memanfaatkan listrik, magnet, dan tekanan udara. Cara kerja hyperloop, secara sederhana, mirip dengan vacum cleaner atau penyedot debu. Diperkirakan, Hyperloop bisa membawa penumpangnya hingga kecepatan 1.223 km per jam.
Alih-alih membuatnya sendiri, Musk malahan melempar ide dan konsep tersebut ke publik. Alasannya sederhana, ia sibuk mengurusi berbagai perusahaan teknologi kelas wahid. Ia kemudian menantang siapa pun untuk dapat mewujudkan idenya tersebut. Dengan kata lain, ide dan konsep hyperloop bikinan Musk, ia jadikan “open source” bagi siapa pun yang berminat.
Belakangan, ada dua perusahaan yang gencar mencoba mewujudkan mimpi dari Musk tersebut. Mereka adalah Hyperloop Transportation Technologies dan Hyperloop Technologies yang kemudian berganti nama menjadi Hyperloop One. Ia melalui perusahaannya SpaceX kemudian menyusul dua perusahaan tersebut membuat kompetisi desain Hyperloop Pod di Texas, Amerika Serikat. Tim dari Massachusetts Institute of Technology menjadi pemenangnya. Desain dari pemenang, rencananya akan diujicoba di fasilitas milik SpaceX.
Dalam perlombaan mewujudkan mimpi Musk, Hyperloop One berada di garis depan. CEO Hyperloop One, Rob Lyod mengatakan, “Kami percaya ini adalah perusahaan satu-satunya yang akan mewujudkan hyperloop pertama kali.” Secara tidak langsung, Elon Musk pun terkait dengan Hyperloop One.
Hyperloop One, bekerja sebagaimana perusahaan rintisan lain. Mereka membangun tim, melakukan riset, dan tentunya mencari pendanaan. Pada Mei 2016 lalu, Hyperloop One memperoleh uang tambahan sekitar US$80 juta.
Meskipun sama-sama lahir di Los Angeles, Hyperloop One berbeda dengan Hyperloop Transportation Technologies. HTT memperoleh sedikit pemberitaan media daripada Hyperloop One. Hal tersebut salah satu penyebabnya adalah cara kerja HTT yang cukup radikal daripada perusahaan rintisan kebanyakan.
HTT bekerja seperti sebuah yayasan, dalam email yang mereka kirimkan, HTT mengaku melakukan pendekatan crowdsourced atau urun daya dalam mewujudkan mimpi Hyperloop. Mereka memiliki ratusan pekerja tapi mayoritas berstatus sebagai pekerja paruh waktu dan tanpa ada gaji. HTT hanya menawarkan saham bagi siapa pun yang ingin bekerja bagi mereka. Seseorang yang bekerja pada HTT setidaknya harus memberikan waktu lebih dari 10 jam per minggu untuk bisa mengkonversi jam kerja tersebut menjadi saham di perusahaan.
Para pekerja paruh waktu yang dimiliki HTT tersebar di seluruh dunia dengan berbagai latar belakang. Mereka berkolaborasi mewujudkan mimpi Hyperloop melalui email, layanan berbagi berkas, dan melakukan konferensi video.
Dirk Ahlborn, pendiri sekaligus CEO HTT mengatakan, “Kami memulai perusahaan, memasukkan tim kecil bersama, dan bertanya pada tiap orang siapa yang ingin bergabung dan bekerja dengan opsi pertukaran saham dengan minimum 10 jam kerja per minggu.” Ia menambahkan, “Kami menerima lebih dari 200 lamaran dan berakhir dengan sebuah tim yang memiliki 100 teknisi dan memulai pekerjaan studi kelayakan.”
HTT belum gencar melakukan pencarian dana sebagaimana dilakukan Hyperloop One. Ahlborn beralasan, “Kami sesungguhnya tidak ingin mengumpulkan uang apapun, meskipun kami memiliki 600 (potensial) investor yang menginginkan berinvestasi pada perusahaan ini. Tapi kami belum siap. Uang bukanlah masalah untuk proyek ini.”
Ahlborn membandingkan perusahaannya dengan Hyperloop One. “Mereka (Hyperloop One) menginginkan pendanaan sebanyak uang yang memungkinkan, mengelurkan (uang) secepat yang bisa dilakukan, dan melihat kemungkinan besar. Pertama mereka berpikir telah membeli tabung, tapi sesungguhnya mereka belum menyelesaikan apapun dengan itu.”
Meskipun HTT seakan mencibir apa yang dilakukan Hyperloop One, sebagaimana diberitakan Techcruch, Hyperloop One telah membangun lintasan percobaan skala penuh di Nevada, Amerika Serikat. Mereka menamainya “DevLoop”. Pembangunan tersebut merupakan persiapan bagi Hyperloop One yang akan dibangun di Uni Emirat Arab yang menggabungkan Dubai dan Abu Dhabi.
Selain itu, Hyperloop juga telah melakukan penawaran kepada negara-negara lain. Hyperloop One juga membuat suatu acara bertajuk “Hyperloop One Global Challenge”. Dalam acara tersebut, mereka mengundang para ahli untuk mencari titik ideal di seluruh dunia, di mana Hyperloop bisa dibangun. Dari acara tersebut, rute-rute di negara-negara yang cukup dekat dengan teknologi mendominasi.
HTT mengaku telah melakukan kesepakatan pembangunan di beberapa negara di dunia. Mereka mengaku akan melakukan pembangunan hyperloop pada negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Slovakia, Republik Ceko, Perancis, dan Indonesia
Saat ini, hyperloop belum hadir secara nyata di dunia dan masih jadi mimpi dari Elon Musk. Hyperloop One maupun HTT sedang dalam perlombaan mewujudkan moda transportasi revolusioner tersebut. Siapakah yang menjadi pemenangnya? Dalam beberapa tahun ke depan mungkin kita akan tahu jawabannya. Termasuk jawaban apakah hyperloop benar-benar akan hadir di Indonesia—negara yang masih belum selesai untuk urusan merealisasikan mimpi membangun kereta cepat konvensional.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra