Menuju konten utama

Meski Pandemi, Laba Bersih BCA Naik 7% jadi Rp7 T pada Q1 2021

BCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp7 triliun atau tumbuh 7% secara tahunan pada kuartal I 2021.

Meski Pandemi, Laba Bersih BCA Naik 7% jadi Rp7 T pada Q1 2021
Pekerja membersihkan menara BCA di Jakarta, Selasa (12/3/2019). Bank Indonesia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 akan berada di kisaran 5-5,4 persen. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

tirto.id - PT Bank Central Asia (BCA) Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp7 triliun atau tumbuh 7% secara tahunan pada kuartal I 2021. Dengan perekonomian yang berangsur pulih selama pandemi, total kredit dan obligasi korporasi telah relatif stabil sejak Desember 2020, mencapai Rp610 triliun per 31 Maret 2021.

Hal itu didukung oleh penempatan pada obligasi korporasi yang meningkat sebesar 6,9% dibandingkan posisi Desember 2020. Sementara itu, BCA membukukan pertumbuhan kredit yang positif pada segmen korporasi, ditopang permintaan pada industri telekomunikasi, minyak nabati dan hewani, serta perkebunan.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, kinerja solid BCA dan entitas anak usahanya tidak lepas dari dukungan para nasabah, regulator, dan seluruh pihak terkait.

"Bersamaan dengan stimulus pemerintah untuk memacu permintaan kredit konsumer, BCA Online Expoversary diselenggarakan pada Maret 2021 untuk memberikan penawaran khusus KPR dan KKB bagi segmen ritel. Selama satu bulan pelaksanaan expoversary ini, hasilnya sangat menggembirakan, di mana mencatatkan 1,2 juta pengunjung serta pengajuan aplikasi KPR dan KKB masing-masing Rp15 triliun dan Rp5 triliun," kata dia dalam konferensi pers, Kamis (22/4/2021).

Hal tersebut, kata Jahja, menjadi sinyal bahwa daya beli masyarakat masih ada di pasar. "Kemudian, untuk mendukung pemulihan ekonomi di segmen UMKM, kami juga menggelar pameran online BCA UMKM fest yang diikuti sekitar 1.700 merchant yang memasarkan lebih dari 18.000 produk ke pasar domestik maupun ekspor,” kata dia.

Berdasarkan hasil paparan, fasilitas kredit untuk bisnis naik hingga 6% secara YoY. Meski demikian, aktivitas bisnis yang belum pulih sepenuhnya menyebabkan fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga total kredit BCA terkoreksi menjadi Rp586,8 triliun di akhir Maret 2021.

Kredit korporasi mencapai Rp262,6 triliun pada Maret 2021, naik 0,9% secara YoY. Sementara itu, kredit komersial dan UKM turun 6,4% YoY menjadi Rp178,9 triliun.

Kemudian total kredit konsumer terkontraksi 10% YoY menjadi Rp139,5 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,4% YoY menjadi Rp89,4 triliun, serta KKB berkurang 23,7% YoY menjadi Rp36,0 triliun.

Saldo outstanding kartu kredit turun 10,2% YoY ke Rp11,1 triliun. Pengajuan aplikasi kredit konsumer baru dari BCA Online Expoversary diharapkan akan berkontribusi bagi penyaluran kredit baru pada triwulan II tahun ini. Dari total portofolio kredit, sekitar 21,4% atau Rp126,0 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan.

Dari sisi dana pihak ketiga, Current account and savings account (CASA) naik 15,4% YoY mencapai Rp655,8 triliun, berkontribusi bagi kenaikan total dana pihak ketiga yang sebesar 14,6% YoY menjadi Rp849,4 triliun.

Sementara itu, deposito berjangka meningkat 12,2% YoY menjadi Rp193,6 triliun. Kuatnya pertumbuhan dana pihak ketiga mendorong total aset tumbuh 12,1% YoY menjadi Rp1.090,4 triliun di akhir Maret 2021.

Tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya franchise bisnis perbankan transaksi sebagai hasil pengembangan solusi digital secara konsisten, telah memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank.

CASA berkontribusi sebesar 77,2% dari total dana pihak ketiga. BCA memproses 40,5 juta transaksi per hari secara rata-rata pada triwulan I 2021, naik dari 31,5 juta dari periode yang sama tahun lalu. Seiring pergeseran tren masyarakat ke arah digitalisasi, BCA terus mencatatkan pertumbuhan pesat pada jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking.

Solidnya pertumbuhan dana pihak ketiga memungkinkan BCA untuk mencetak pendapatan bunga yang lebih tinggi dari aset treasury, sehingga menyeimbangkan penurunan imbal hasil (yield) dan outstanding kredit yang lebih rendah.

Selain itu, sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia, BCA mampu menurunkan suku bunga produk deposito, yang mana berdampak pada beban bunga yang lebih rendah.

BCA pun membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,3% YoY menjadi Rp14,1 triliun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga berkurang menjadi Rp4,9 triliun, atau turun 14,5% YoY karena pendapatan non-bunga pada triwulan I tahun lalu sebagian besar didorong oleh keuntungan tidak berulang dari penjualan reksa dana.

Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp19,1 triliun atau terkoreksi 2,0% YoY, sementara laba bersih tumbuh 7,0% YoY menjadi Rp7,0 triliun.

Permodalan BCA tetap berada di posisi 24,5%, lebih tinggi dari ketetapan regulator, serta likuiditas tetap memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 65,2%.

Rasio kredit bermasalah ada di tingkat 1,8%, dibandingkan triwulan I tahun lalu yang sebesar 1,6%, didukung oleh relaksasi kebijakan restrukturisasi.

Normalisasi restrukturisasi kredit akan menjadi salah satu fokus BCA pada tahun 2021. Sebagai tambahan, rasio pengembalian terhadap aset tercatat sebesar 3,1%, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas sebesar 15,8%.

Baca juga artikel terkait BCA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz