tirto.id - Rangkaian Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 sudah rampung. Pasangan terpilih Joko Widodo-Ma'ruf Amien tinggal menunggu tanggal pelantikan. Perhatian publik kini beralih pada siapa saja sosok-sosok yang akan dipilih masuk dalam kabinet Jokowi selanjutnya.
Di tengah penantian itu, Jokowi mengisyaratkan bakal memilih menteri milenial atau anak muda dalam kabinet 2019-2024. Jokowi mengatakan kabinet ke depan memerlukan orang-orang yang dinamis, fleksibel dan mampu mengikuti perubahan zaman uang sangat cepat.
"Bisa saja ada menteri umur 20-25 tahun. Tapi, dia harus mengerti manajerial, manajemen, mampu mengeksekusi program yang ada. Umur 30-an juga akan banyak," kata Jokowi seperti dikutip dari Harian Kompas Edisi Selasa (2/7/2019).
Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Eriko Sotarduga memastikan Jokowi serius untuk menggaet menteri dari kalangan milenial. Ia mengatakan perlu ada pergantian orang di kabinet agar kinerja pemerintahan bisa lebih baik ke depan.
"Beliau [Jokowi] perlunya menteri-menteri muda, menteri yang milenial, yang cepat, agresif dan siap terima tantangan karena perubahan ini sudah harus dipahami lagi," kata Eriko di kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Dalam kesempatan berbeda, Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni mengatakan pelibatan milenial dalam kabinet akan menguntungkan Jokowi. Ia beralasan anak muda diharapkan bisa membantu kabinet beradaptasi dengan perkembangan zaman di berbagai sektor.
Antoni menuturkan saat ini penduduk Indonesia didominasi anak muda usia produktif kisaran 20-30 tahun yang melek dan bergantung pada teknologi. Ia khawatir bila tantangan itu tak bisa dijawab pemerintah, maka pemerintah Jokowi 5 tahun ke depan bisa terganjal banyak hambatan.
“Memberikan posisi yang proporsional yang tepat pada anak muda tentu bakal membantu Pak Jokowi dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat," ujarnya.
Bukan Sekadar Wacana
Arief Rosyid, juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf percaya menteri dari kalangan milenial di kabinet mendatang bukan sekadar wacana. Ini karena menurutnya Jokowi ingin ada terobosan-terobosan dalam pengambilan keputusan.
“Pak Jokowi percaya dengan adanya menteri muda, misalnya menteri milenial itu akan ada terobosan berani memutuskan sesuatu,” ujarnya.
Selain itu, keseriusan Jokowi merekrut menteri dari kalangan milenial menurut Arief juga tampak dari pernyataan-pernyataan Jokowi. Ia misalnya bukan saja terus mengulang wacana ini tapi juga secara spesifik menyebut kriteria usia. "Harusnya (tentang menteri dari milenial) ini sangat serius karena buktinya pernyataan itu diulang-ulang," katanya.
"Ini jadi sinyal."
Menurut Arief anak muda perlu diberi kesempatan berperan dalam proses pengambilan kebijakan. Ini penting agar mereka tidak melulu menjadi objek tapi juga subjek yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Arief mengatakan dikotomi representasi tua dan muda, parpol atau nonparpol dalam mengisi jabatan di kabinet sudah tidak lagi relevan. Menurutnya yang dibutuhkan sekarang adalah kemampuan mengelola pemerintahan dengan baik, benar, profesional, dan cepat. "Makanya salah satunya punya kemampuan manajerial, memliki track record, dan kualitas mumpuni," kata mantan Ketua Umum PBHMI ini.
Soal wacana dirinya menjadi salah satu kandidat calon menteri dari kalangan milenial Arief mengatakan ia menyerahkan hal itu kepada Jokowi. "Tugas kita hanya memastikan Pak Jokowi terpilih. Semua terserah beliau," ujarnya.
Jangan Cuma Gagah-gagahan
Namun, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komaruddin mengingatkan Jokowi agar pelibatan anak muda di kabinet jangan cuma sebatas gagah-gagahan. Ia mengatakan dua aspek yang mesti diperhatikan Jokowi. Aspek yang pertama yakni ahli di bidang yang dipercayakan.
Menurut Ujang, untuk melihat seseorang ahli atau tidak di bidang tertentu bisa dilihat dari jejak rekamnya. Ia mengatakan mulai dari latar belakang pendidikan hingga punya prestasi secara profesional.
"Misalnya Nadiem Makarim itu [CEO] Gojek, dia kan ahli dalam membantu khalayak mendapatkan pekerjaan. Itu kan disebut ahli, jadi manfaatnya banyak untuk bangsa," kata Ujang, Jumat (5/7/2019).
Aspek berikutnya adalah kematangan secara psikologis. Ujang mengatakan mereka tentu akan menemui pejabat yang lebih senior secara usia di kementerian atau lembaga tertentu. Bila anak muda ini tidak bisa beradaptasi dengan birokrasi dan lingkungan kerja, lanjut dia, kementerian yang dipimpin malah tak bisa bekerja optimal.
"Kan belum tentu yang muda ini diterima oleh senior-senior yang tua di birokrasi,” tutur ujang.
Ujang menyebut menyebut beberapa kementerian yang bisa diisi menteri milenal, di antaranya Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Sosial dan Menteri Ketenagakerjaan.
"Jangan hanya Menteri Pemuda dan Olahraga. Tapi yang muda ini harus kompeten untuk berkontribusi memperbaiki masalah di negara ini," ujarnya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Gilang Ramadhan