tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah akan mengantisipasi dampak konflik antara Amerika Serikat-Iran pada harga minyak dunia. Arifin bilang eskalasi konflik di wilayah itu bisa menggiring harga minyak naik dan menimbulkan risiko pada importasi minyak yang masih diperlukan Indonesia.
“Mudah-mudahan enggak ada eskalasi lagi. Harga minyak naik ada risiko ke neraca pembayaran,” ucap Arifin dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/1/2020).
Kekhawatiran Arifin memang tak berlebihan. Pasca terbunuhnya Jenderal Iran bernama Qasem Soleimani, ada tren kenaikan harga minyak. Pada Senin (6/1/2020), harga minyak jenis Brent sempat menyentuh 70 dolar AS. Tren harga ini sempat menurun meski kembali menyentuh 70 dolar AS lagi pada Selasa (8/1/2020).
Arifin mengatakan sebagai antisipasi, perlu ada efisiensi. Tujuannya agar pemakaian dilakukan secukupnya sehingga tak menimbulkan kenaikan permintaan berlebihan.
Kendati demikian, Arifin bilang saat ini ia tak terlalu khawatir karena harga minyak Brent sudah berangsur menurun ke kisaran 66-67 dolar AS per barel. Per Kamis (9/1/2020), harga minyak memang relatif menurun di level tersebut.
Menariknya, penurunan ini terjadi meski di hari sebelumnya Iran membalas serangan AS dengan menyerang salah satu pangkalan militer milik Paman Sam di Irak. Hal yang sama juga berlaku usai berbagai wacana mengambil langkah balas dendam atas kematian Jenderal Soleimani oleh pejabat tinggi di Iran.
“Ketegangan AS-Iran udah reda lagi. Brent udah turun lagi,” ucap Arifin.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino