Menuju konten utama

Mensos Harap Mahasiswa KKN Bisa Mendata Warga Miskin

Mensos Khofifah menyebutkan dengan melakukan penyisiran secara terus menerus terhadap warga miskin maka diharapkan akan semakin mempercepat penanganan kemiskinan di suatu daerah.

Mensos Harap Mahasiswa KKN Bisa Mendata Warga Miskin
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. ANTARA FOTO/Syaiful Arif.

tirto.id - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa mahasiswa bisa ikut membantu pemerintah dalam melakukan penyisiran terhadap masyarakat miskin di desa tempat mereka melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN). Dengan penyisiran secara terus menerus maka diharapkan akan semakin mempercepat penanganan kemiskinan di daerah tersebut.

Hal tersebut disampaikan Mensos saat menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang Pengembangan Model Desa Sejahtera Mandiri yang melibatkan 16 perguruan tinggi melalui KKN di Kampus Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM).

"Dengan demikian, tidak ada masyarakat miskin yang tercecer yang tidak memperoleh bantuan sosial sebagaimana amanat Nawacita," kata Khofifah di Ambon, Maluku, dikutip dari Antara, Kamis (9/2/2017).

Khofifah berharap bahwa KKN di satu titik desa bisa dilaksanakan secara terus menerus, minimal dua sampai tiga tahun, hingga desa tersebut menjadi desa yang mandiri.

"Kalau ada yang rumahnya tidak layak huni, kami ada program Rutilahu [rumah tidak layak huni], atau jika ada lansia miskin dan penyandang disabilitas Kemensos juga punya bantuan untuk mereka," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa desa akan menjadi sasaran utama pemerintah mengingat angka kemiskinan di desa dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan di kota. Selain itu, aksesibilitas terhadap layanan publik pun sangat minim.

"Persentase penduduk miskin di desa mencapai 13,96 persen, sementara di kota hanya 7,73 persen," katanya.

Untuk itu, Khofifah berharap, kerja sama yang dilakukan UKIM bisa diikuti oleh perguruan tinggi lainnya di Indonesia, sehingga dapat mengurangi kemiskinan.

Di sisi lain, Khofifah menyoroti kondisi desa saat ini yang berbeda dengan masa lampau. Salah satunya, kata dia, kearifan lokal yang dulu begitu dijunjung tinggi, pelan-pelan mulai hilang dan tercerabut dari akarnya.

Selain itu, menurutnya nilai-nilai toleransi, setia kawan, solidaritas, gotong royong, tenggang rasa, dan saling menghormati semakin terkikis. Masyarakat semakin intoleran, individualistis, acuh, dan saling curiga.

Padahal, kata dia, kearifan lokal menjadi modal utama pembangunan di tengah kemajemukan Indonesia.

"Jadi, meskipun berbeda suku, agama, dan ras pemikirannya tetap satu membangun desa menjadi lebih permai dan sejahtera," kata Mensos.

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto