tirto.id -
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi kembali meminta dukungan Badan PBB untuk Urusan Pengungsi /United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk bersama-sama mempercepat penanganan pengungsi dan pencari suaka yang saat ini berada di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Retno Marsudi di sela-sela Konferensi Menteri Regional "Bali Process" ke-6 tentang Penyelundupan Manusia, Perdagangan Orang dan Kejahatan Lintas Negara atau BRMC VI di Bali pada Selasa (22/3/2016).
Melalui siaran pers yang diterima Kantor Berita Antara pada Rabu ( 23/3/2016), Retno Marsudi menekankan pentingnya pertemuan Bali Process untuk mencari solusi komprehensif bagi isu migran irreguler.
"Sebagai negara transit, Indonesia menghargai peran dan dukungan UNHCR terhadap penanganan pengungsi," kata Menlu RI dalam pernyataan pers bersama.
Pada pertemuan itu, kedua pejabat juga membahas rencana kerja sama untuk mencari solusi penanganan akar masalah "migran ireguler" di kawasan, baik bagi negara yang terkena dampak dan masyarakat internasional berdasarkan prinsip berbagi beban (burden sharing) dan berbagi tanggung jawab (shared responsibility).
Berdasarkan data dari UNHCR, sampai Februari 2016 terdapat total 13.829 orang migran yang berasal dari 44 negara berada di Indonesia. Dari total 13.829 migran tersebut terdiri atas 7.560 pencari suaka dan 6.269 pengungsi.
Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 1.030 pengungsi dan pencari suaka berasal dari Myanmar, termasuk yang tiba di Aceh pada Mei 2015. Penampungan pencari suaka dan pengungsi dilakukan di 13 rumah detensi imigrasi (rudenim) yang tersebar di seluruh Indonesia. (ANT)