Menuju konten utama

Menkeu Waspada, Ada 50 Perusahaan Properti Cina Hampir Bangkrut

Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta Indonesia waspada saat kondisi Cina yang sedang mengalami kesulitan di sektor properti.

Menkeu Waspada, Ada 50 Perusahaan Properti Cina Hampir Bangkrut
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Wamenkeu Suahasil Nazara (kiri) membungkukkan badan ke arah para anggota DPR sebelum Rapat Paripurna ke-6 Masa Persidangan I 2023-2024 di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/9/2023).ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan, saat ini risiko ketidakpastian perekonomian global meningkat. Dia mencontohkan seperti Cina yang mengalami kesulitan keuangan di sektor properti.

"Cina property itu mengalami masalah yang cukup serius kemarin kalau kita lihat financial time menyebutkan 50 perusahaan di RRT di bidang properti sebagian besar mengalami kesulitan keuangan bahkan default," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (25/10/2023).

Dia menuturkan dengan adanya pelemahan tersebut Indonesia harus waspada. Sebab, dia menuturkan Cina merupakan negara penggerak terbesar motor pertumbuhan ekspor.

"Ini akan memengaruhi Indonesia," ungkap Sri Mulyani.

Kemudian, Sri Mulyani juga menyoroti kondisi Eropa tengah mengalami tekanan. Salah satunya Jerman beberapa kali memasuki zona kontraksi dan hampir memasuki resesi.

Tidak hanya Eropa, Sri Mulyani juga menuturkan pada September hingga Oktober 2023 Amerika mengalami gejolak dari US Treasury 10 tahun atau kenaikan imbas hasil surat utang AS mengalami lonjakan yield hingga diatas 5 persen.

"Biasanya AS yield nya rendah karena suku bunga selama terutama sejak global financial krisis sangat rendah, fed policy itu hanya 25 bps atau 0,25 persen," kata Sri Mulyani.

Sebelumnya, pada 13 Juni 2023, Sri Mulyani mengimbau para pelaku usaha untuk mengantisipasi tantangan geopolitik global. Hal itu seiring dengan terjadinya ketegangan di Amerika Serikat dan China sebagai dua sumber ekonomi terbesar di dunia.

Dia menuturkan globalisasi akan membuat pelaku ekonomi memiliki pola pikir dunia tidak memiliki batasan. Pelaku ekonomi lebih berfokus pada hal-hal yang menguntungkan, efisien, dan membuat pertumbuhan bersama.

Namun, situasi akan berbeda ketika peperangan antara Amerika Serikat dan China pecah. Negara-negara ASEAN kemungkinan besar akan terjebak dalam kondisi untuk memilih keberpihakan kepada salah satunya, terutama dalam konteks perdagangan. Lebih lanjut, dia berharap peperangan tidak terjadi.

Sementara itu, Sri Mulyani juga mengimbau para pelaku usaha untuk menyiapkan skenario antisipasi dari situasi tersebut.

“Kalau tidak, kalau banyak yang memilih untuk memikirkannya nanti, mungkin bisa gelundung,” ujar Menkeu.

Baca juga artikel terkait SEKTOR PROPERTI atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Flash news
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin