Menuju konten utama

Menkes Budi Positif COVID-19, Epidemiolog: Pandemi Belum Berakhir

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyatakan bahwa ancaman dan sebaran dari COVID-19 ini masih terjadi, termasuk di Indonesia.

Menkes Budi Positif COVID-19, Epidemiolog: Pandemi Belum Berakhir
Seorang tenaga kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 di Lapangan Taruna Remaja, Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (9/4/2022). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/wsj.

tirto.id - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyatakan bahwa ancaman dan sebaran dari COVID-19 ini masih terjadi, serta pandemi COVID-19 di dunia termasuk di Indonesia belum berakhir. Hal ini merespons adanya kabar soal Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin terkonfirmasi positif COVID-19.

“Ancaman dari COVID-19 ini dan sebaran dari COVID-19 ini masih terjadi, pandemi ini masih belum berakhir. Dan bahkan mendekati akhirnya ini yang sekarang masih agak-agak sulit jadinya ya,” ucap Dicky ketika dihubungi Tirto pada Selasa (30/8/2022) pagi.

Dia menuturkan sempat optimistis pada awal 2023 mendatang bahwa status pandemi COVID-19 akan dicabut. Namun, ternyata dunia ini tidak atau belum seragam dalam merespons pandemi tersebut.

“Cakupan vaksinasi belum merata, distribusinya juga tidak merata, respons public health (kesehatan masyarakat)-nya juga tidak merata dan konsisten dan kuat. Itu yang membuat dan memungkinkan virus ini terus menyebar, bersirkulasi,” beber Dicky.

Selain itu, lanjut dia, memungkinkan juga virus COVID-19 itu bermutasi dan melahirkan varian atau subvarian baru. Lalu pada gilirannya karena pengabaian dan pelonggaran, serta banyak aspek yang makin terlihat jelas misalnya, berkaitan dengan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas) dan kualitas dari udara baik sirkulasi ventilasi di banyak tempat atau negara, ini akan menyebabkan gelombang COVID-19 berikutnya dan varian yang lebih serius.

“Inilah yang akhirnya membuat ancaman akan adanya gelombang berikut, akan adanya varian yang lebih serius, lebih cepat menular, lebih memberikan gejala, bahkan bisa juga berpotensi lebih serius dalam aspek jangka panjang ya,” kata Dicky.

Dia menambahkan, tampaknya kecil kemungkinan tingkat kematiannya. Meski begitu, adanya keterlambatan penanganan pasien COVID-19, itu yang akan menyebabkan keparahan dan membuat jatuh korban meskipun sudah vaksinasi.

Menurut Dicky, Indonesia tidak harus terus dalam pembatasan yang ketat. Namun, harus melakukan perubahan, yaitu perubahan dengan kenormalan baru.

“Kita harus melakukan perubahan ya, perubahan yang disebut dengan kenormalan baru, itu jangan ditinggalkan, itu yang ditata, itu yang semakin dibuat konsepnya secara jelas. Karena itulah yang akan dibutuhkan, bukan hanya untuk pandemi ini saja tapi untuk beragam wabah,” ujar Dicky.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengumumkan bahwa Menkes Budi terkonfirmasi positif COVID-19. Hal ini setelah dilakukan pemeriksaan tes usap (swab) polymerase chain reaction (PCR) atau reaksi polimerase berantai dan didapatkan hasilnya positif COVID-19.

Melansir dari rilis yang diterima Tirto pada Senin (29/8/2022), Budi saat ini sedang melakukan isolasi mandiri (isoman). Dia mengatakan bahwa keterbukaan terhadap status COVID-19 merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai pejabat publik, agar penularan COVID-19 bisa segera diputus dan tidak semakin meluas.

“Karena siapapun dapat tertular dan menularkan COVID-19. Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk membantu memutus rantai penularannya dengan segera melakukan swab tes dan, jika hasil tesnya positif, langsung melakukan isolasi mandiri,” kata Budi.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri