Menuju konten utama

Menjaga Payudara dari Kanker yang Mematikan

Kanker payudara dengan stadium tinggi memicu risiko kematian yang lebih besar. Sayangnya, 70 persen pasien kanker payudara di Indonesia baru datang ke fasilitas kesehatan pada saat kanker sudah sampai stadium lanjut.

Menjaga Payudara dari Kanker yang Mematikan
Gambar framing waru atau simbol cinta didada wanita dengan lencana merah muda untuk mendukung penderita kanker payudara. Foto/Getty Images/iStockphoto

tirto.id - “Please help my friend Yana Zein beat her breast cancer.”

Wulan Guritno menuliskan sepatah kalimat dalam situs kitabisa.com, sebuah situs donasi untuk saling membantu antar sesama. Wulan ingin membantu Yana Zein, seorang artis senior Indonesia yang sedang berjuang melawan kanker payudara.

Yana Zein termasuk yang terlambat mengantisipasi penyakit yang rentan menimpa kaum hawa ini.

Penyakit kanker timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Sel menjadi tumbuh tak terkendali dan pembelahannya melebihi batas normal, menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi ke jaringan tubuh lain melalui sirkulasi darah, atau sistem limfatik.

Penyakit kanker salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyumbang terbesar kematian akibat kanker.

Data International Agency for Research on cancer (IARC) GLOBOCAN pada 2012 mencatat ada 1,7 juta wanita terdiagnosis kanker payudara atau sekitar 11,9 persen dari seluruh insidensi kanker. Kanker payudara merupakan kanker dengan persentase kasus baru yang tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dengan persentase kematian sebesar 12,9%.

Data WHO menunjukkan prevalensi kanker payudara di seluruh dunia mencapai 6,3 juta orang di akhir 2012 dan tersebar di 140 negara. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan dalam Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan secara nasional prevalensi (berdasar diagnosa dokter) penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia mencapai 1,4‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.

Di Indonesia, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1‰. Sementara itu, berdasarkan estimasi, Jawa Tengah merupakan provinsi dengan penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang.

Namun, khusus pada prevalensi kanker payudara, jumlah penderita tertinggi terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4‰. Sedang, berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker payudara, terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Tengah yakni 11.511 orang.

"Di Indonesia, kasus baru kanker payudara menjadi kasus kematian tertinggi dengan angka 21,5 pada setiap 100.000. Yang memprihatinkan, 70 persen pasien kanker payudara baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut," ungkap Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Gumelar September lalu seperti dikutip dari Antara

Infografik Kanker Payudarah

Penyebab Kanker Payudara

Kanker payudara adalah kanker yang paling lazim menghinggapi kaum Hawa, walaupun laki-laki juga bisa mengalaminya. Namun, persentase kanker payudara pada pria hanya sebesar 1% dari jumlah kanker yang menyerang kaum Adam.

Sementara itu, wanita terkena risiko 90% lebih besar terkena kanker payudara, penyakit ini dapat menjangkiti satu dari sepuluh wanita di dunia. Umur menjadi faktor risiko yang paling berpengaruh, karena wanita yang lebih tua yang telah melewati masa menapouse memiliki risiko terbesar terkena kanker payudara. (Buckman dan Whittaker, 2000).

Wanita di usia 25 tahun, memiliki risiko terkena 1 : 20.000, wanita usia 35 tahun, terkena risiko 1 : 600, dan risiko ini bertambah menjadi 1 : 50 di usia 50 tahun. Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan. Pertama, adalah indeks massa tubuh yang tinggi, kedua, kurangnya konsumsi buah dan sayur, ketiga, kurang aktivitas fisik, keempat, merokok, dan terakhir konsumsi alkohol berlebihan.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan faktor perilaku dan pola makan memiliki peran penting terhadap timbulnya kanker. Secara umum, kurangnya konsumsi sayur dan buah merupakan faktor risiko tertinggi pada semua kelompok umur.

Proporsi penduduk yang merokok, obesitas, dan sering mengonsumsi makanan berlemak tertinggi pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Sementara itu, kebiasaan mengonsumsi makanan dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet cenderung lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda.

Karsinogen, atau zat pemicu kanker timbul pada konsumsi makanan dan perilaku merokok serta kebiasaan meminum alkohol. Zat ini akan mengendap dalam tubuh dan bekerja mengubah DNA seseorang sehingga mengganggu proses normal biologis, membuat sel-sel tubuh bermutasi dan berkembang lebih cepat dan menimbulkan kanker.

Risiko terjadinya “mutasi” akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur maka bekerja tak lagi seoptimal saat masih belia. Inilah penyebab kanker diderita oleh orang yang berumur lebih tua.

Dengan memulai hidup sehat, mengubah faktor risiko perilaku dan pola makan akan mencegah lebih dari 30% risiko terkena penyakit kanker. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pencegahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dan risiko penyakit kanker. Sehingga langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini dapat dilakukan dengan tepat.

Sama dengan kanker lainnya, semakin cepat kanker payudara didiagnosis, semakin besar keberhasilan pengobatannya. Salah satu cara untuk memastikan bahwa kanker payudara diketahui sedini mungkin adalah dengan memeriksakan payudara (Buckman dan Whittaker, 2000).

Deteksi dini ini dapat dilakukan sendiri setiap bulannya dengan meraba bagian sekitar payudara. Kanker payudara stadium 1 memiliki ciri-ciri munculnya benjolan di payudara atau bawah ketiak, biasanya akan lebih terasa saat masa menstruasi.

Ciri kedua adalah warna kulit payudara yang berubah menjadi kemerahan, seperti terjadi iritasi, dan tekstur kulit terasa seperti kulit jeruk. Ciri terakhir adalah munculnya perubahan pada bagian puting disertai rasa nyeri, ditandai dengan keluar cairan tidak normal dari puting atau puting melesak. Antisipasi sejak dini bagi para wanita jadi kunci untuk menekan risiko buruk dari kanker payudara.

Baca juga artikel terkait KANKER atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Suhendra