Menuju konten utama
Side Job

Menimbang Pekerjaan Sampingan sebagai Joki Antrean

Jasa joki antrean merebak di berbagai negara, juga di sejumlah kota di Indonesia. Ini bisa jadi pekerjaan sampingan, tapi ada yang perlu dipertimbangkan.  

Menimbang Pekerjaan Sampingan sebagai Joki Antrean
Header Side Job Joki Antrean. tirto.id/Fuad

tirto.id - Di era modern yang serba cepat, waktu menjadi salah satu aset paling berharga yang dimiliki setiap individu. Setiap detik yang terbuang sia-sia bisa berarti hilangnya kesempatan untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif atau bermanfaat.

Sementara dalam keseharian, kita sering dihadapkan pada situasi yang memaksa kita untuk mengantre, entah untuk keperluan administrasi, pembelian tiket, atau mengakses layanan publik.

Dalam layanan pelanggan, seperti di bank atau restoran, pelanggan mungkin memilih untuk berpindah ke antrean yang lebih pendek. Begitu juga di supermarket, pelanggan sering berpindah ke kasir yang terlihat lebih cepat dalam melayani pelanggan lain.

Malas mengantre? Di sinilah joki antrean hadir sebagai solusi.

Joki antrean adalah seseorang yang dibayar untuk mengantre atau menunggu dalam barisan untuk orang lain. Profesi ini sering kali digunakan pada saat-saat sibuk, seperti hendak berobat, peluncuran produk baru, konser musik, atau tiket terbatas lainnya.

Di Kuba, istilah joki antrean dikenal dengan sebutan celeros. Sejak pandemi Covid-19, beberapa warga Kuba memilih profesi tersebut untuk mencari nafkah. Marco Jimenez, salah satu dari para celeros, mengatakan bahwa berdiri pada antrean untuk orang lain bisa menghasilkan 50 CUP atau 33 ribu rupiah per klien.

Sementara di Inggris, Freddie Beckitt, seorang penulis fiksi sejarah berusia 31 tahun memperoleh penghasilan £20 (400 ribuan rupiah) per jam sebagai petugas antre profesional, dengan potensi menghasilkan £160 atau senilai tiga juta rupiah lebih dalam sehari. Dia mengantre untuk acara dan pameran populer beberapa pelanggan kaya raya.

Selain membantu orang-orang yang malas dan atau tak mau membuang-buang waktu saat mengantre, joki antrean juga menolong orang-orang yang lemah secara fisik atau punya keterbatasan, seperti lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas. Ini biasanya terdapat di rumah sakit, seperti yang dijalani Murni di sebuah rumah sakit di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

“Saya tahu bagaimana rasanya harus antre berjam-jam, apalagi untuk orang tua yang kondisi kesehatannya tidak memungkinkan,” ujar Murni lewat pesan singkat.

Murni pernah merasakan kesulitan saat harus mengantre untuk keluarga. Pengalaman itu membuatnya ingin membantu orang lain yang berada dalam situasi serupa. Bagi Murni, membantu mereka bukan sekadar pekerjaan, tapi juga bentuk kepedulian.

Murni menambahkan bahwa ada julukan lain selain joki antrean rumah sakit, “Kami sering disebut ‘kader’ oleh pasien lainnya.”

Dari beberapa pasien yang menjadi pelanggannya, ia mengaku tak mematok harga. Sementara rekan-rekannya yang lain sering memasang tarif di kisaran 50 hingga 100 ribu rupiah untuk satu kali layanan.

Ilustrasi Antrean

Ilustrasi Jasa Antre. foto/istockphoto

Syarat dan Peluang

Menurut Murni, menjadi seorang joki antrean memerlukan beberapa persyaratan dan strategi untuk dikenal di pasaran. Yang pasti, kita harus siap untuk menghabiskan waktu lama dalam antrean, terkadang dalam kondisi cuaca yang tidak nyaman. Juga harus memiliki kesabaran dan ketahanan mental yang baik.

Lalu, tambahnya, kita juga harus bisa bekerja pada jam-jam sibuk atau lebih pagi ketika antrean biasanya mulai mengular. Mengenal lokasi dan prosedur antrean di tempat-tempat tertentu juga jadi pondasi penting untuk menjadi seorang joki antrean.

Untuk mempromosikan diri, seperti halnya berjualan, kita bisa memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram, termasuk memanfaatkan jaringan pribadi untuk mendapatkan klien, seperti lewat teman atau keluarga untuk merekomendasikan jasa kita.

Lain itu, mampu berkomunikasi dengan jelas dan sopan dapat membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

Ke depan, tidak menutup kemungkinan jasa joki antrean akan semakin berkembang seiring kemajuan teknologi.

Studi yang dipublikasikan Finansial Times pada 2019 menemukan bahwa dorongan untuk tetap mengantre demi kolaborasi fesyen, peluncuran teknologi, dan barang-barang eksklusif lainnya merupakan fenomena budaya yang menentang kenyamanan belanja daring. Lain itu, didorong oleh keinginan untuk menyesuaikan diri, menonjol, dan menjadi bagian dari suatu komunitas.

Jasa joki antrean bisa semakin canggih dan efisien bila terintegrasi dengan sistem digital. Kemunculan berbagai platform digital yang menghubungkan klien dengan joki antrean bisa menjadi saluran yang lebih cepat, transparan, dan tepercaya.

Misalnya, klien dapat dengan mudah mencari joki antrean yang sesuai dengan kebutuhan mereka, melihat profil, rating, dan ulasan dari joki tersebut, serta melakukan pembayaran secara daring.

Selain itu, jasa joki antrean tidak hanya terbatas pada antrean fisik, tetapi juga bisa digunakan untuk mengantre secara virtual, seperti dalam pendaftaran online atau reservasi tempat.

Dalam skenario ini, joki antrean dapat memanfaatkan sistem tersebut untuk memberikan layanan yang lebih terstruktur dan terukur. Klien dapat memberikan akses kepada joki untuk mengambil nomor antrean atas nama mereka, memantau perkembangan antrean, dan bahkan memberikan notifikasi ketika giliran mereka hampir tiba.

Bahkan bisa saja lebih berkembang lagi dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan analisis data, platform joki antrean dapat memberikan rekomendasi kepada klien tentang waktu terbaik untuk mengantre atau instansi mana yang memiliki antrean terpendek pada hari tertentu.

Dengan demikian, joki antrean tidak hanya menjadi solusi praktis bagi individu, tetapi juga jadi solusi pada pembangunan sistem yang lebih efisien dan inklusif di masa depan.

Ilustrasi Antrean

Ilustrasi Jasa Antre. foto/istockphoto

Pertanyaan tentang Etika

Meskipun memiliki banyak manfaat, penggunaan joki antrean juga menimbulkan beberapa pertanyaan terkait etika dan keadilan. Ini bisa jadi pertimbangan sebelum menggunakan layanan joki antrean.

Beberapa orang beranggapan bahwa jasa joki antrean dapat memberikan keuntungan bagi mereka yang mampu membayar, sementara yang lain merasa tidak adil karena harus mengantre secara manual.

Antrean, meskipun sering dianggap sebagai hal yang merepotkan, sebenarnya adalah bentuk kesetaraan di mana semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan.

Misal ada orang yang mungkin butuh layanan publik lebih mendesak, tapi karena tidak mampu membayar joki, mereka harus rela antre berjam-jam. Sedangkan mereka yang dapat membayar joki, justru tengah berleha-leha di tempat lain, lalu datang, dan langsung mendapatkan layanan tersebut begitu joki mendapatkan nomor antrean. Padahal, hak mereka sama, kan? Tapi faktanya, uang bisa bikin seseorang lebih "diutamakan".

Faster Capital dalam laporannya menilai bahwa dari sudut pandang psikologis, joki pada antrean mencerminkan toleransi individu untuk menunggu, persepsi tentang keadilan, dan tingkat urgensi. Secara sosiologis, ini dapat menjadi indikasi sikap budaya terhadap waktu, ruang pribadi, dan hierarki sosial.

Kasus tersebut dapat memperlebar kesenjangan sosial dan menciptakan sistem yang tidak adil, di mana akses terhadap layanan yang semula setara lewat antrean (setiap orang mengalami hal yang sama seperti bosan, kesal, dan capek), menjadi ditentukan oleh kemampuan finansial dengan membayar joki sehingga tak perlu repot mengantre.

Baca juga artikel terkait ANTREAN atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Mild report
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi