tirto.id - “36,2 derajat. Normal, ya.”
Kalimat singkat itu diucapkan seorang petugas yang menyambut saya di Stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, Jumat (6/3/2020) sekitar pukul 09.30 WIB.
Di tangan petugas itu, termometer digital yang baru saja ia sorongkan menampilkan berapa derajat suhu tubuh saya sebelum memasuki stasiun.
Pengecekan suhu ini diterapkan setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus Corona atau COVID-19 pertama di Indonesia, Senin (2/3/2020) lalu. MRT melakukan itu dalam rangka turut serta menangkan penyebaran virus yang telah membunuh ribuan orang itu.
PT MRT Jakarta akan melarang mereka yang memiliki demam tinggi menggunakan transportasi ini.
"Pemeriksaan akan dilakukan di setiap area pintu masuk stasiun. Bagi penumpang yang menunjukkan gejala demam tinggi tidak diperbolehkan masuk ke area stasiun MRT Jakarta," jelas Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin.
Di tempat-tempat yang jadi pusat keramaian, pengecekan suhu seperti yang dilakukan oleh PT MRT Jakarta memang menjadi standar minimal untuk mencegah meluasnya Corona. Apalagi, Corona mudah menyebar ruang publik seperti layanan kereta, sebagaimana dilansir dari kantor berita NHK dari Jepang.
Menariknya, saat ditelusuri lebih lanjut, langkah antisipasi PT MRT Jakarta tampak hanya terbatas pada titik tertentu. Saya menyaksikan langsung bagaimana pengecekan suhu di stasiun Bundaran HI hanya dilakukan pada 2 pintu, padahal ada total 4 titik masuk di stasiun itu.
Pengecekan suhu tubuh lainnya juga sudah dilakukan PT MRT Jakarta di stasiun Lebak Bulus. Di dua titik masuk, ada petugas yang berjaga dengan alat pengukur suhu tubuh atau thermal scanner.
Namun, saat saya mengecek stasiun lainnya dalam kurun waktu 10.00 WIB sampai 12.30 WIB, pengecekan suhu tubuh ternyata tidak dilakukan. Di stasiun MRT Fatmawati, Haji Nawi, Cipete Raya, Blok A, Blok M, sampai Senayan dan Dukuh Atas, misalnya, tak terdapat aktivitas pengecekan suhu tubuh.
Ketika dikonfirmasi, Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin tak membantah temuan itu. Ketika dihubungi, Jumat (6/3/2020) ia mengatakan, “pengecekan suhu tubuh sedang kami tambah staf dan alatnya untuk mencakup semua spot masuk MRT.”
Selain pengecekan suhu tubuh, Kamaluddin juga menyebut MRT Jakarta telah melakukan antisipasi lainnya. Salah satunya penyediaan cairan hand sanitizer di tiap stasiun dan sudah sesuai dengan yang saya temui.
Lalu ada juga penyemprotan dan pembersihan spot yang sering disentuh penumpang seperti pegangan tangan, tiang, sampai kursi yang terdapat di kereta dan stasiun dengan disinfektan. Bahkan eksterior kereta juga dibersihkan menggunakan carian disinfektan.
Sejumlah aktivitas ini saya temui di sejumlah stasiun MRT. Seorang petugas kebersihan, yang enggan disebut namanya, mengaku setidaknya tiga kali mereka harus menyemprotkan disinfektan dan melakukan bersih-bersih dengan standar yang telah ditetapkan.
Namun, mengenai prosedur dan kesiapsiagaan MRT bila ada penumpang yang memiliki suhu tinggi atau memiliki karakteristik terjangkit Corona, Kamaluddin tak menjawab. Padahal, ujar seorang petugas yang saya temui di stasiun, prosedur itu sudah ditetapkan. “Ada standarnya tapi itu harus corsec yang beri tahu.”
Bersih-Bersih LRT
Di samping MRT Jakarta, aktivitas pembersihan kereta juga dilakukan oleh PT LRT Jakarta.
Kepada wartawan saat sesi site visit depo kereta, Jumat (6/3/2020), Manajer perawatan rolling stock LRT Jakarta Heri Susandi menunjukkan langsung prosesi pembersihan kereta yang dilakukan sekitar pukul 23.00 WIB atau tiap jam operasi terakhir.
Ada total 4 train set yang harus menjalani pembersihan melalui alat pembersih otomatis. Pembersihan ini, tutur Heri, sudah berjalan sejak LRT beroperasi dan sudah menjadi rutinitas.
Ketika Corona mulai jadi keresahan massal, pembersihan dilakukan lebih detail dengan melibatkan pengecekan manual.
Ketika ditanya mengenai penggunaan disinfektan pada area luar kereta, Heri mengatakan pembersihan hanya dilakukan dengan sabun khusus berstandar industri kereta api.
Namun, ia mengklaim, “sabun yang digunakan memiliki kemampuan sama dengan disinfektan yang digunakan perusahaan lainnya.”
Selain eksterior kereta, General Manager Corporate Secretary LRT Jakarta Arnold Kindangen menyebut adanya aktivitas pembersihan area dalam gerbong kereta di dua stasiun paling akhir, yakni di stasiun Velodrome dan Pegangsaan Dua.
Saat saya mengunjungi kedua stasiun itu, tampak petugas memang melakukan pembersihan internal kereta mulai dari kursi, pegangan di dinding sampai pegangan bagi penumpang yang berdiri.
Supervisor kebersihan LRT Jakarta Riyanto menuturkan, pembersihan interior kereta dilakukan menggunakan cairan disinfektan. Tiap sifnya ada dua petugas yang berjaga di masing-masing stasiun.
“Kami diberi waktu 7 menit selama kereta belum berangkat,” kata Riyanto ditemui di depo LRT Jakarta.
Di sejumlah stasiun yang saya temui seperti Velodrome, Boulevard Selatan, Boulevard Utara, sampai Pegangsaan Dua, seorang petugas sudah berjaga di pintu masuk kereta berbekal thermal scanner.
Di dalam stasiun juga sudah disediakan cairan hand sanitizer bagi penumpang.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Arnold Kindangen mengatakan pengecekan suhu tubuh ini sudah dilakukan sejak akhir bulan Februari 2020, ketika tingkat persebaran virus Corona dikabarkan belum menurun. LRT Jakarta, kata dia, menerapkan batas temperatur 38,5 derajat Celcius.
Jika ada penumpang yang bersuhu tubuh melewati batas itu, Arnold menambahkan ada ruang medis yang bisa dipakai di setiap stasiun berikut petugas kesehatan yang selalu berjaga.
“Di atas itu penumpang tidak boleh masuk. Petugas harus berani memberi tahu. Tapi saat ini belum ada laporan lewati batas,” ucap Arnold kepada wartawan saat ditemui di Depo LRT Jakarta.
Namun, ketika ditelusuri lebih lanjut, tampaknya proses pengecekan suhu tubuh penumpang di stasiun LRT Jakarta masih kurang menyeluruh. Hal ini saya temukan ketika ingin menggunakan lift untuk mengakses stasiun LRT Boulevard Utara dan mendapati petugas tak mengecek suhu tubuh saya seperti di pintu masuk bertangga.
Ketika dikonfirmasi kepada Arnold, ia justru belum tahu mengenai kekurangan itu. “Oh belum ada, ya. Nanti kita tambahkan. Kemarin-kemarin memang ada kendala lapangan,” akunya.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana