tirto.id - Barcelona berada di atas angin selepas menang telak 3-0 kontra Liverpool di leg pertama semifinal Liga Champions pekan lalu. Ini akan jadi modal besar ketika mereka kembali berhadapan pada leg kedua di Stadion Anfield, Rabu (8/5/2019) dini hari waktu Indonesia.
Namun, pelatih Ernesto Valverde tidak mau skuatnya gegabah. Pengalaman musim lalu adalah pelajaran berharga buat mereka. Ketika itu mereka sempat unggul telak 4-1 lawan AS Roma, tapi lantas takluk 3-0 pada pertemuan kedua. Barca pun mesti rela tersingkir karena kalah gol tandang.
Valverde tidak ingin kenangan buruk itu terulang. Karena itu ia menekankan para pemain agar tidak terbawa suasana.
"Kami perlu mengabaikan hasil leg pertama, mengingatnya hanya akan bikin pikiran kacau. Suatu kesalahan jika menganggap itu membantu," ujarnya.
Atas dasar itu pula juru taktik berpaspor Spanyol itu mengistirahatkan para pemain bintangnya pada pertandingan terakhir Liga Spanyol. Satu-satunya pemain kunci yang absen karena cedera adalah Ousmane Dembélé.
Pada sisi lain, Liverpool dalam kondisi compang-camping. Mereka punya jeda istirahat lebih sedikit karena para pemain kunci baru saja tampil menghadapi Newcastle United di EPL akhir pekan lalu.
Sehari sebelum pertandingan, pelatih Jürgen Klopp bahkan mengabarkan kalau penyerang andalannya, Mohamed Salah, tidak dapat tampil karena cedera usai berbenturan dengan kiper Newcastle, Martin Dúbravka.
"Kondisinya, dari sudut pandang medis, tidak terlalu bagus. Salah sebenarnya sangat ingin bermain, tapi kami tidak bisa mengizinkannya," ujar Klopp.
Kabar tersebut menjadi pelengkap pukulan telak untuk Liverpool. Sebelumnya mereka dipastikan tak bisa memainkan striker Roberto Firmino dan gelandang Naby Keïta. Satu nama lain, Adam Lallana juga diragukan tampil karena belum pulih sepenuhnya.
Liverpool Mungkin Tidak Ubah Strategi
Kendati kehilangan sosok kunci di lini depan dan tengah, Liverpool kemungkinan besar tidak akan mengubah formasinya, 4-3-3. Klopp bukan pelatih yang cukup piawai membikin strategi alternatif.
Buktinya, jika mengacu pada catatan Whoscored, dari 11 pertandingan Liga Champions musim ini Liverpool cuma pernah memainkan dua formasi: 4-3-3 dan 4-2-3-1. Klopp 10 kali memulai laga dengan 4-3-3 dan cuma sekali memakai satu skema lain.
Pengamat sepakbola Inggris, Tony Cascarino, juga pernah bilang kalau Klopp memang tidak piawai membikin rencana B. Atau dalam bahasa Tony, Klopp bukan tipe pelatih yang luwes seperti kebanyakan yang lain.
"Dia selalu ingin bermain dengan cara yang dia anggap terbaik, dan itu adalah hak prerogatifnya [sebagai pelatih]," kata Tony.
Jika benar formasi 4-3-3 yang akan dipakai, Divock Origi merupakan pemain yang punya kans terbesar menggantikan Firmino sebagai penyerang tengah. Sementara posisi Salah sebagai winger akan diisi Xherdan Shaqiri atau Alex-Oxlade Chamberlain.
Shaqiri punya kans diturunkan lebih besar karena musim ini dia mendapat menit bermain lebih banyak. Pada laga menghadapi klub sekelas Barcelona, Klopp tentu tak ingin berjudi dengan memasang pemain yang jarang tampil.
Untuk pos yang ditinggalkan Keita, Jordan Henderson adalah pilihan paling realistis. Masalahnya, Henderson adalah pemain yang gayanya cenderung berbeda dibanding Keita. Jika Klopp memainkan gelandang kelahiran Inggris itu, bukan tidak mungkin permainan Liverpool akan sedikit goyah jika dibandingkan leg pertama.
Alexander-Arnold Layak Dapat Panggung
Tampil dengan strategi yang sama sebenarnya bukan pilihan buruk bagi The Reds. Faktanya, meski kalah 3-0, skuat klub yang berdiri pada 1892 ini tidak bermain buruk. Mereka bahkan mendominasi penguasaan bola dan jumlah tembakan.
Hanya saja, jika ingin menyulitkan Barcelona, Klopp perlu memberi kesempatan bermain bagi fullback kanan andalannya: Trent-Alexander Arnold.
Pada leg pertama Arnold ditepikan dan diganti Joe Gomez karena satu alasan: Liverpool ingin mengantisipasi penetrasi Barca ke sisi kanan pertahanan mereka, alias main sedikit lebih konservatif. Kali ini Liverpool tidak butuh bermain dengan cara demikian. Mereka punya tugas membikin gol sebanyak-banyaknya (minimal 4 dan tidak kebobolan), dan oleh sebab itu peran Arnold dibutuhkan.
Jika tampil, Arnold kemungkinan akan berhadapan langsung dengan Philippe Coutinho dan Jordi Alba. Dalam hal bertahan, Arnold barangkali sedikit kewalahan. Namun soal menyerang, keberadaannya bisa jadi berkah karena potensi remaja 19 tahun kelahiran Inggris ini sangat besar.
Hitung-hitungan Whoscored menyebutkan Arnold telah mendulang 13 assist di semua kompetisi musim ini. Angka tersebut membuktikan betapa berbahayanya dia dalam hal mengkreasi peluang di tepi pertahanan lawan.
Barcelona Bisa Andalkan 4-4-2
Data yang dihimpun Whoscored menyebutkan musim ini Barcelona sangat bergantung dengan formasi 4-3-3. Bukan cuma di Liga Spanyol, dalam kompetisi Liga Champions, dari 11 pertandingan Blaugrana melakoni 10 di antaranya dengan formasi tersebut.
Kendati demikian, pekan lalu Ernesto Valverde mengambil pendekatan yang tidak biasa. Alih-alih 4-3-3, dia memutuskan Barca bermain dengan skema 4-4-2, dengan duet Luis Suárez dan Lionel Messi di lini depan.
Melampaui ekspektasi, strategi itu berujung kemenangan. Kendati kalah dominan secara permainan tim, formasi 4-4-2 sangat cocok untuk menyulitkan Liverpool.
Alasannya cukup sederhana: formasi ini memungkinkan Barcelona memaksimalkan potensi Lionel Messi. Soalnya, memasang Messi lebih dekat dengan kotak penalti bisa bikin pemain asal Argentina itu punya kesempatan lebih banyak menyulitkan pertahanan lawan.
Atas dasar itu pula, bukan tidak mungkin dini hari nanti Valverde akan bermain dengan 4-4-2 sejak menit pertama. Formasi ini memberi keuntungan lain karena menawarkan jumlah gelandang yang lebih banyak untuk Barcelona.
Dengan lebih banyak gelandang, Barca punya potensi lebih besar untuk menguasai lapangan tengah dan mendikte tempo pertandingan.
Kans Semedo Main Sejak Awal
Jika tetap mengandalkan formasi 4-4-2, ada baiknya Valverde mempertimbangkan tampil dengan fullback kanan Nélson Semedo sejak menit pertama.
Pekan lalu, Barcelona mengandalkan Sergi Roberto sebagai starter di posisi bek kanan. Hasilnya tidak buruk, namun jelas di bawah ekspektasi. Hingga pertengahan babak kedua, mereka keteteran menangani serangan-serangan duet sayap kiri Liverpool, Sadio Mané dan Andrew Robertson.
Baru ketika Nelson Semedo diberi kesempatan tampil pada menit ke-60, Barcelona bisa memainkan ritme dengan lebih baik.
Kehadiran Semedo saat itu menawarkan sejumlah keuntungan sekaligus. Pertama, dengan kemampuan tekel, postur ideal, dan karakter lebih konservatif, Semedo bisa menghadirkan proteksi lebih baik di tepi lapangan.
Kedua, saat Barcelona membangun serangan, Semedo dan kemampuan olah bolanya membikin Liverpool perlu jumlah pemain lebih banyak untuk melakukan pressing.
Terakhir dan yang paling penting, Semedo bisa mengirim umpan panjang lebih baik ketimbang Sergi Roberto. Aspek ini penting karena dengan umpan panjang, Semedo bisa merusak timing mundur Andrew Robertson.
Menurut pengamat sepakbola SkySports, Emma Hayes, berantakannya tempo Liverpool dalam transisi bertahan di penghujung laga sangat membantu kepercayaan diri lini depan Barca. Telat mundurnya Robertson membuat bek Liverpool, Virgil van Dijk, kurang mendapat dukungan yang cukup untuk menghambat Messi.
"Keberadaan Semedo membuat Messi bisa lebih banyak bergerak menyulitkan pertahanan Liverpool, dan bagi saya itu adalah momen penting yang membantu Barcelona memenangkan pertandingan [pekan lalu]," ungkapnya.
Jadi, akankah Liverpool bisa lolos dari lubang jarum dan tampil di final? Atau justru Barcelona semakin menunjukkan kedigdayaannya? Kita tunggu nanti malam.
Editor: Rio Apinino