tirto.id - Raja Salman akan melakukan tur ke Asia. Indonesia termasuk salah satu tujuan, selain Malaysia, Cina, Jepang, Maladewa, dan Yordania.
Di antara sekian negara itu, Indonesia menjadi negara paling lama yang dikunjungi Raja Salman dari 1 sampai 9 Maret. Kunjungan Raja Salman ke Indonesia agak berbeda, dengan di negara-negara lain.
Di Malaysia, Cina, dan Jepang rombongan saudagar-saudagar Arab itu hanya akan membicarakan masalah bisnis. Sementara di Maladewa, mereka hanya akan berlibur—dijadwalkan paling akhir dari tur sebulan di Asia sebelum ikut pertemuan tahunan Liga Arab di Jordania awal April.
Khusus di Indonesia, Raja Salman dan rombongannya akan mengusung dua misi sekaligus: kesepakatan investasi plus berlibur ke Bali.
Kedua agenda besar kunjungan Arab Saudi ini tentu saja menggembirakan Indonesia. Sekretaris Kabinet Pramono Anung bahkan mengatakan, Presiden Joko Widodo akan menyambut secara istimewa, langsung menjemput Raja Salman di Bandara Halim Perdanakusuma.
“Presiden akan menganugerahkan bintang kehormatan tertinggi Republik Indonesia kepada Raja Salman. Karena ketika Presiden melakukan kunjungan ke Saudi Arabia, Presiden juga mendapatkan kehormatan tertinggi dari kerajaan Saudi Arabia," kata Pramono.
Presiden Jokowi memang pernah berkunjung ke Arab Saudi pada September 2015 lalu. Saat itu, Indonesia dan Arab Saudi menghasilkan beberapa kesepakatan. Salah satunya, Indonesia diberi kesempatan membangun rumah sakit di Arab Saudi. Hal ini bertalian dengan kepentingan Indonesia terhadap jamaah haji Indonesia yang menunaikan rukun Islam kelima setiap tahun.
Kesepakatan lain, Arab Saudi akan terlibat dalam pembangunan kilang minyak di Cilacap Jawa Tengah, Balongan Jawa Barat dan Dumai Riau.
Di luar proyek minyak, Arab Saudi menjajaki kemungkinan untuk dapat bekerja sama di bidang investasi keuangan melalui kerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI), perusahaan pembiayaan infrastruktur yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia.
Arab Saudi memang menyambut baik niat Indonesia karena sesuai dengan “Vision 2030” mereka, program jangka panjang untuk merestrukturisasi ekonomi dan modernisasi masyarakat. Intinya Arab Saudi berusaha keras untuk melepas ketergantungan terhadap minyak semenjak harga komoditas itu remuk sejak 2012 lalu. Capital Economics, bahkan mencatat pendapatan Arab dari ekspor minyak turun sekitar 200 miliar dolar AS.
Bagi Indonesia, Vision 2030 dan kunjungan balasan Arab Saudi ke Indonesia itu disambut baik. Indonesia akan menawarkan potensi kerja sama perbankan dan pariwisata ke Arab Saudi.
"Itu sesuai dengan visi pemerintah Saudi Arabia 2030, yang isinya antara lain, ingin meningkatkan investasi di luar minyak dan gas," kata Wapres JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (24/2).
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga girang karena Raja Salman membawa sekitar 1.500 orang dalam kunjungannya. Ia mengatakan kunjungan itu menjadi peluang besar bagi pariwisata Indonesia. Arief menyebut mereka sebagai endorser bagi pariwisata Indonesia.
"Jadi kami sudah siapkan berita-beritanya. Begitu sampai ke Timur Tengah, tidak hanya Arab Saudi, pasti impact-nya akan sangat besar. Akan menarik kunjungan orang-orang Timur Tengah untuk mengunjungi Bali khususnya atau Indonesia pada umumnya," ujar Arief.
Kegirangan Arief masuk akal. Menurut data Kementerian Pariwisata, selama ini kunjungan wisatawan asal Timur Tengah mengalami pertumbuhan dari rata-rata 160.000 pada 2015 menjadi 178.435 sampai dengan November 2016. Memang bukan angka yang terbesar, tetapi dari jumlah belanja yang dikeluarkan turis Arab Saudi merupakan yang terbesar.
Selain itu berdasarkan Survei Pengeluaran Wisatawan Mancanegara, Kementerian Pariwisata, rata-rata pengeluaran per kunjungan wisatawan asal Arab Saudi pada 2015 menembus 2.241,37 dolar AS per orang. Nilai ini merupakan pengeluaran tertinggi dibandingkan wisatawan asal negara asing lainnya yang berkunjung ke Indonesia.
Bisa dihitung berapa fulus yang bisa diraup Indonesia dengan kedatangan Raja Salman beserta 1.500 rombongannya, termasuk di dalamnya 25 pangeran dan 10 Menteri. Hitungan pengeluaran paling kasar: 1500x2241,37x13.336=Rp 44.836.365.500. (Menggunakan kurs 1 dolar: Rp13.336). Perolehan dari pengeluaran ini tentunya bisa lebih besar mengingat yang datang adalah rombongan raja, bukan sekadar turis Arab Saudi biasa.
Satu hal lain lagi yang patut dicatat Raja Salman dikenal paling royal ketika berlibur ke sebuah negara. Gaya hidupnya tak berubah meski Arab Saudi diterpa ancaman krisis harga minyak.
Saat berlibur ke selatan Perancis pada 2015 lalu, Raja Salman menutup 300 meter vila tempatnya menginap. Ditambah lagi dengan menyewa vila di Vallauris, vila legendaris di Perancis. Untuk transportasi Raja Salman dan rombongan menggunakan 400 sedan lux.
Pangeran-pangeran Arab sendiri dikenal boros. Putera Raja Salman, Pangeran Mohammad bin Salman, dikabarkan pernah menghabiskan 8 juta dolar AS saat menggelar pesta tertutup di sebuah pulau privat di Maladewa. Saat itu ia menggelar pesta mewah bersama Pitbull, Jennifer Lopez, dan Shakira.
Saat liburan sendirian ke Maladewa pada 2014, Raja Salman sendiri diperkirakan menghabiskan duit sekitar 30 juta dolar AS atau sekitar Rp400.080.000.000 sesuai kurs saat ini.
Dengan menilik rekam jejak tersebut, maka bukan tidak mungkin Indonesia juga akan kecipratan rezeki nomplok saat Raja Salman dan rombongan mampir ke Indonesia selama 9 hari.
Penulis: Agung DH
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti