tirto.id - Voyeurism adalah sebuah istilah untuk penyimpangan perilaku seksual di mana seseorang telah merasa puas saat mengintip orang lain yang sedang telanjang, mandi, atau sedang berhubungan seksual.
Biasanya, seorang voyeur atau pelaku melakukannya hanya untuk menonton dari pada mengawasi atau menguntit.
Sebagian orang yang diintip tidak merasa jika ada orang lain yang sedang melihatnya. Hal ini terjadi sebab sebagian voyeur melakukan aksinya ketika korban sedang berada di tempat privasinya seperti kamar atau di rumah.
Sampai kadar tertentu voyeurisme adalah hal yang normal dari ketertarikan seksual. Namun, voyeurisme dianggap sebagai perilaku menyimpang ketika hanya mengintip yang menjadi satu-satunya sumber utama kepuasan dilansir dari Brittanica. Bahkan, pelaku akan merasa lebih puas ketika ia tertangkap.
Dilansir dari Medicine Net, voyeurism merupakan penyimpangan seksual yang termasuk dalam kelompok parafilia. Di dalamnya termasuk penyimpangan seksual ekhibisionis, masokis seksual, fetisisme, froteurisme, dan lain-lain.
Paraphilias adalah gangguan emosional yang didefinisikan sebagai fantasi, dorongan, atau perilaku yang membangkitkan gairah seksual yang berulang, intens, terjadi selama periode setidaknya enam bulan.
Parafilia akan menyebabkan tekanan yang signifikan atau mengganggu area fungsi yang penting pada pelaku.
Penderita voyeurisme pada umumnya berusia minimal 18 tahun dan telah menunjukkan perilaku tersebut secara berulang selama kurang lebih enam bulan.
Laki-laki lebih cenderung terlibat dalam kegiatan voyeuristik daripada perempuan. Voyeur yang lebih muda jarang ditangkap tetapi voyeurisme dewasa adalah tindakan kriminal.
Selain itu, ada pula kriteria seorang pengidap voyeurisme dilansir dari Psychology Today:
- Selama periode setidaknya enam bulan, gairah seksual berulang dan intens dari mengamati orang yang telanjang, dalam proses lepas pakaian, atau terlibat dalam aktivitas seksual, sebagaimana diwujudkan oleh fantasi, dorongan, atau perilaku.
- Individu telah bertindak atas dorongan seksual ini dengan orang yang tidak setuju, atau dorongan atau fantasi seksual menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
- Individu yang mengalami rangsangan dan / atau bertindak atas desakan berusia setidaknya 18 tahun.
Gangguan voyeuristic memerlukan diagnosis dari seorang profesional kesehatan mental. Dalam pemeriksaan, mereka akan menggali lebih dalam tentang keinginan yang berulang dan intensitas voyeurisme yang dilakukan pasien sebelum mereka mendiagnosisnya.
Selain itu, para dokter kesehatan mental akan mencari tahu pula berapa lama mereka telah melakukannya dan apakah kebiasaan tersebut menghalangi kehidupan sosial pasien.
Perlu sikap terbuka dari pasien dan keluarga untuk memastikan penyimpangan seksual ini.
Seperti penyakit mental lain, voyeurism dapat ditangani. Kunci dari pengendaliannya adalah mengenali kondisi diri ketika Anda membutuhkan bantuan dan menyadarinya. Keluarga, pasangan, atau teman adalah orang pertama yang akan merekomendasikan perawatan ini.
Dilansir dari Healthline, seorang terapis dapat membantu seseorang dengan gangguan voyeuristik mendapatkan kembali kendali atas hidup mereka dengan:
- Mengembangkan kontrol impuls
- Menemukan outlet baru untuk gairah dan keingintahuan
- Membatalkan pola pikir negatif
- Mengidentifikasi lokasi atau situasi yang mungkin meningkatkan peluang mereka untuk kembali ke perilaku bermasalah
Selain itu, bergabung dengan kelompok pendukung juga dapat membantu. Terhubung dengan orang lain yang menghadapi masalah serupa menciptakan ruang bebas penghakiman untuk berbicara tentang tantangan, alat mengatasi, dan perawatan potensial.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yandri Daniel Damaledo