tirto.id - Baru-baru ini sejumlah pihak telah memprediksi akan terjadinya resesi dan krisis ekonomi global pada tahun 2023.
Salah satunya disampaikan oleh Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar. Namun, ia belum bisa memprediksi seberapa serius resesi yang akan terjadi dan berapa lama itu akan berlangsung.
Seperti diberitakan Antara, Mahendra mengatakan, secara keseluruhan, ekonomi Indonesia akan terus tumbuh di atas 5 persen tahun 2022 dan 2023.
“Jika dalam perkembangan selanjutnya kami merasa diperlukan kebijakan yang tepat untuk mencapai target tersebut, tentu kami akan merumuskan dan mengesahkan (kebijakan tersebut),” ungkapnya.
Definisi Resesi
Secara umum, pengertian resesi adalah adanya penurunan atau kelesuan dalam kegiatan ekonomi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama.
Menurut Modul Hukum UMA (2022), resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang spesifik. Dan terjadi dalam waktu yang lama, bisa berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Resesi ekonomi dapat menimbulkan berkurangnya keuntungan perusahaan, bertambahnya angka pengangguran dan kebangkrutan ekonomi.
Secara garis besar, resesi dapat terjadi ketika ekonomi tidak bertumbuh selama dua kuartal berturut-turut.
Menurut Forbes, terjadinya resesi tidak dapat dihindari. Karena merupakan bagian dari siklus bisnis serta kontraksi reguler yang dapat terjadi dalam perekonomian suatu negara.
Resesi menyebabkan tingkat pengangguran tinggi, perusahaan menjual lebih sedikit dan output ekonomi negara menurun.
Ciri-Ciri Negara yang Terancam Resesi Ekonomi
Dilansir dari The Balance, ciri-ciri ancaman resesi di antaranya adalah terjadinya pertumbuhan kuartal negatif selama resesi berlangsung. Lalu, diikuti dengan pertumbuhan positif untuk beberapa triwulan. Namun, pertumbuhan kuartal kembali negatif.
Resesi singkat pada umumnya terjadi selama 9 sampai 18 bulan. Akan tetapi, dampaknya dapat berlangsung lama.
Pertanda awal terjadinya resesi adalah adanya perubahan dalam dunia industri manufaktur. Produsen akan menerima orderan barang tahan lama dalam jumlah yang besar beberapa bulan sebelumnya.
Jika pesanan itu menurun seiring waktu, begitu pula pekerjaan pabrik. Ketika produsen berhenti merekrut, itu berarti sektor ekonomi lain akan melambat.
Turunnya permintaan pembeli menjadi faktor penyebab lambatnya pertumbuhan. Ketika penjualan turun, maka bisnis akan berhenti berkembang. Resesi dimulai ketika produsen berhenti merekrut karyawan baru.
Dampak dari Resesi Ekonomi
Resesi ekonomi diharapkan tidak pernah terjadi dalam suatu negara. Resesi tidak berdampak pada pemerintah saja. Namun, juga pada perusahaan dan perorangan. Berikut dampak resesi seperti disadur dari Modul Hukum UMA (2022):
1. Dampak resesi ekonomi bagi pemerintah
Resesi membuat pendapatan negara dari sektor pajak dan sektor non pajak menurun. Hal ini disebabkan pendapatan masyarakat yang menurun. Sehingga harga properti ikut turun dan menyebabkan minimnya jumlah PPN yang masuk ke kas negara.
Saat penghasilan negara menurun, pemerintah tetap dituntut untuk membuka lowongan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Penyebabnya adalah tingkat pengangguran yang tinggi. Menyebabkan hutang ke bank asing bertambah.
Disisi lain pembangunan terus berjalan di berbagai sektor pemerintahan, salah satunya menjamin kesejahteraan rakyat.
Turunnya pendapatan pajak serta bertambahnya pembayaran kesejahteraan menyebabkan defisit anggaran. Selain itu, utang pemerintah juga bertambah.
2. Dampak resesi ekonomi bagi perusahaan
Perusahaan akan terancam bangkrut ketika terjadi resesi ekonomi. Saat resesi daya beli masyarakat mengalami penurunan dan pemasukan perusahaan juga ikut turun. Hal tersebut dapat mempengaruhi kelancaran arus kas.
Supaya terhindar dari kebangkrutan, perusahaan terpaksa melakukan perang harga. Akan tetapi, hal ini justru menyebabkan keuntungan turun dan harus ditutupi dengan efisiensi.
Pada umumnya, perusahaan akan menutup jaringan bisnis yang tidak begitu menguntungkan. Memangkas biaya operasional juga bisa menjadi opsi lain.
3. Dampak resesi ekonomi bagi pekerja
Efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan saat resesi berpengaruh bagi para pekerja. Menutup jaringan bisnis yang tidak begitu menguntungkan serta memangkas biaya operasional artinya adalah PHK kepada pekerja.
Apabila terjadi PHK, maka angka pengangguran makin tinggi. Padahal tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup terus berjalan.
Namun, pekerja yang tidak kena PHK juga berpotensi mengalami pemotongan gaji dan hak kerja yang lain.
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Yandri Daniel Damaledo