Menuju konten utama

Mengenal Kapadokia, Sejarah Serta Wisata Balon Udara

Kapadokia terkenal dengan wisata tur balon udara dengan pemandangan hamparan lembah-lembah Kapadokia dari atas ketinggian. 

Mengenal Kapadokia, Sejarah Serta Wisata Balon Udara
Wisata Balon Udara di Cappadocia, Turkey. foto/istockphoto

tirto.id - Kapadokia yang terkenal dengan lanskap uniknya yang tampak seperti permukaan bulan, kota bawah tanah, gereja-gereja gua, dan rumah-rumah batu. Kawasan tersebut masuk dalam bagian Taman Nasional Goreme.

Sejak tahun 1985, tempat tersebut dan situs batuan lainnya ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Selain itu, Kapadokia juga memiliki Kota Bawah Tanah Derinkuyu, Kota Bawah Tanah Kaymaklı, Gereja Karlik, Gereja Theodore, Karain Columbaries, dan Situs Arkeologi Soğanlı.

Wilayah Kapadokia terletak di Anatolia Tengah, Provinsi Nevşehir, Turki dengan lembah, ngarai, dan formasi bebatuan unik yang terbentuk akibat hujan dan angin yang mengikis permukaannya selama ribuan tahun silam, daratan yang tertutup lava.

Kapadokia termasuk ke dalam bagian negara Turki. Kontur dataran Kapadokia merupakan dataran tinggi, tepat di utara pegunungan Taurus. Batas-batas wilayah yang dimiliki Kapadokia bervariasi sepanjang sejarah hingga saat ini.

Kapadokia menjadi daerah yang harus ada dalam daftar kunjungan Anda jika akan berwisata ke Negara Turki.

Salah satu yang terkenal yaitu wisata tur balon udara dengan pemandangan hamparan lembah-lembah Kapadokia dari atas ketinggian.

Negara yang dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan ini memiliki banyak keindahan di setiap daerahnya. Akan tetapi, keindahan yang dimiliki oleh Kapadokia merupakan keindahan yang tidak dimiliki oleh banyak daerah lain di Turki atau bahkan di seluruh dunia.

Gereja-gereja cadas dan kompleks terowongan bawah tanah dari era Bizantium dan Islam tersebar di seluruh pedesaan.

Dikutip dari laman Britannica.com, tembikar dan alat-alat neolitik yang ditemukan di Kapadokia membuktikan keberadaan manusia purba di wilayah tersebut.

Nama Kapadokia berasal dari abad ke-6 SM, ketika kaum bangsawan feodal Kapadokia didominasi oleh satrapy Persia dan kultus-kultus kuil Zoroaster tersebar luas.

Pada masa ini Kapadokia masih terbelakang dan belum maju karena kondisi medan tanahnya yang kasar dan hasil pertanian yang masih sederhana.

Lanskap Kapadokia terdiri dari hamparan batuan vulkanik lunak yang dibentuk oleh erosi ke menara, kerucut, lembah, dan gua. Hal ini, disebabkan karena wilayah Kapadokia terletak di tengah-tengah area vulkanik yang pernah aktif di Anatolia Tengah.

Dikutip dari laman Goturkey.com, jutaan tahun yang lalu Kapadokia dikelilingi oleh tiga gunung berapi yang aktif. Ketiga gunung tersebut adalah Gunung Erciyes, Gunung Hasandag dan Gunung Gulludag.

Memang aktivitas dari ketiga gunung berapi tidak dalam durasi yang lama, letusannya terjadi hanya sebentar, setidaknya sampai periode Neolitikum menurut lukisan prasejarah. Namun, aktivitas letusan gunung berapi terjadi sangat begitu kuat sehingga di beberapa tempat ketebalan lava hingga 150 m. setidaknya, sampai periode Neolitikum menurut lukisan prasejarah.

Sungai-sungai yang meluap membanjiri lereng bukit serta angin kencang mengikis formasi geologis batuan tuff di dataran tinggi ini menjadi lapisan-lapisan yang menghasilkan bentuk aneh yang disebut oleh penduduk lokal dengan nama ‘fairy chimney’ atau cerobong peri dalam ragam rupa seperti jamur, runcing, topi dan kerucut.

Kapadokia menawarkan kepada pengunjung keindahan alam yang berpadu pada karya-karya yang diciptakan oleh tangan manusia.

Dikutip dari Turkeytourism.com, sudah sejak zaman dahulu ketika banyak fenomena alam masyarakat memahat batu-batu dan menggali tanah untuk dijadikan tempat tinggal yang menghasilkan penampakan seperti dunia yang berbeda.

Ada kuliner khas yang dimiliki oleh Kapadokia wajib dicicipi jika sedang berkunjung ke sana. Makanan tersebut bernama Menemen. Menemen merupakan manu sarapan tradisional asli penduduk Kapadokia.

Menemen dibuat dari irisan tomat, bawang, orak arik telur, garam dan merica, yang dimasak dengan sedikit minyak zaitun.

Baca juga artikel terkait MENGENAL KAPADOKIA atau tulisan lainnya dari Khairul Ma'arif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Khairul Ma'arif
Penulis: Khairul Ma'arif
Editor: Yandri Daniel Damaledo

Artikel Terkait