Menuju konten utama

Mengenal Clumsy Child: Anak Lamban Akibat Gangguan Perkembangan

Clumsy child syndrome, gangguan perkembangan koordinasi yang menyebabkan anak jadi lamban.

Mengenal Clumsy Child: Anak Lamban Akibat Gangguan Perkembangan
Ilustrasi anak berjalan. foto/istockphoto

tirto.id - Beberapa remaja belum bisa mencapai keterampilan motorik yang seharusnya sudah dimiliki oleh anak seusia mereka. Remaja ini kemudian digambarkan sebagai anak “lamban” karena mempunyai kesulitan berkembang dan lebih lambat daripada yang lain.

Dokter Spesialis Anak anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Jenni K. Daliana, Sp.A (K), memandang keadaan tersebut sering luput dari pengamatan orang tua. Dia menerangkan gejala canggung ini dikenal dengan sebutan gangguan perkembangan koordinasi (GPK) atau developmental coordination disorder (DCD). GPK bisa juga dipahami sebagai istilah pengganti sindrom anak lamban (clumsy child syndrome).

Dilansir IDAI, GPK merupakan gangguan perkembangan yang menghmbat prestasi belajar/akademik atau sering sering gagal dalam ujian karena tulisan yang jelek dan lamban. Di dalam keluarga, GPK bisa berupa kemandirian anak yang kurang, sering dibantu oleh anggota keluarga lain, dan ceroboh.

Gangguan perkembangan lain yang dialami clumsy child syndrome bisa berupa:

  • Di lingkungan sosial: aktivitas fisik bersama teman berkurang dan mengalami penolakan oleh teman kelompok bermainnya. Anak lebih senang bermain dengan yang umurnya lebih muda.
  • Emosi dan perilaku: cepat marah bila anak mengalami kesulitan dengan tugas sehari-hari.
  • Kepercayaan diri rendah atau tidak ada, karena sering disebut sebagai anak lamban atau ceroboh.

Gejala Clumsy Child Syndrome

Gejala clumsy child syndrome bisa dilihat berdasarkan tahap perkembangan anak. Pada anak usia dini/pra sekolah, yaitu:

  • Terlambat dalam perkembangan motorik kasar dan halus.
  • Sering menabrak benda, mudah jatuh, makan cenderung berantakan dan lebih memilih menggunakan tangan, kesulitan dalam menggenggam pensil atau menggunakan gunting.
Pada usia sekolah, ada beberapa aspek untuk melihat apakah anak memiliki gejala clumsy child syndrome, yaitu:

1. Aspek fisik

  • Mudah terjatuh bila berjalan atau lari, tidak dapat memperkirakan jarak secara akurat.
  • Kesulitan beraktivitas fisik bersama teman, misalnya bermain sepak bola.
  • Kesulitan mempelajari aktivitas fisik yang baru.
2. Aspek belajar

  • Sering mengubah postur tubuh selama menulis untuk menyesuaikan posisi buku, lambat dalam menyalin/menulis, tulisan tangan jelek karena kesulitan dalam memanipulasi pulpen.
  • Tidak dapat memotong, melipat ketika melakukan kerajinan tangan
3. Aspek perawatan diri

  • Sulit mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, sehingga tampak lusuh.
  • Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman.

Perawatan Clumsy Child Syndrome

Kondisi yang juga sering disebut dyspraxia ini bisa diobati dengan beberapa tindakan. Seperti dilansir Medical News Today, perawatan GPK bisa berupa:

1. Terapi wicara dan bahasa

Ahli patologi bahasa-bahasa akan melakukan penilaian terhadap ucapan anak, dan kemudian menerapkan rencana perawatan untuk membantu mereka berkomunikasi lebih efektif.

2. Pelatihan motorik perseptual

Pelatihan ini melibatkan peningkatan kemampuan bahasa anak, visual, gerakan, dan pendengaran. Anak-anak akan diberikan serangkaian tugas yang secara bertahap akan penuh aturan. Tujuannya adalah untuk menantang anak sehingga mereka membaik, tetapi tentu dengan tidak memberi mereka terlalu banyak sehingga menjadi frustasi atau stres.

3. Terapi kuda

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Alternative and Complementary Medicine, tim peneliti Irlandia, Inggris, dan Swedia mengevaluasi efek terapi kuda (terapi kuda) pada sekelompok 40 anak usia 6-15 tahun dengan dyspraxia.

Anak-anak berpartisipasi dalam enam sesi menunggang kuda yang masing-masing berlangsung 30 menit, serta dua sesi pemutaran audiovisual selama 30 menit.

Mereka menemukan, terapi berkuda merangsang dan meningkatkan kognisi, suasana hati, dan parameter gaya berjalan para peserta. Para peneliti menambahkan juga bahwa terapi ini potensial untuk pendekatan audiovisual

4. Permainan aktif

Para ahli mengatakan, permainan aktif - permainan apa pun yang melibatkan aktivitas fisik - yang bisa di luar ruangan atau di dalam rumah, membantu meningkatkan aktivitas motorik.

Menurut Occupational Therapy for Childrenbermain adalah cara anak-anak belajar tentang lingkungan dan tentang diri mereka sendiri, dan khususnya untuk anak-anak berusia 3-5 tahun. Ini adalah bagian penting dari pembelajaran mereka.

Bermain dengan aktif adalah tempat pembelajaran fisik dan emosional anak yang sangat membantu, perkembangan bahasa mereka, kesadaran khusus mereka, perkembangan indera mereka dan semuanya bersatu.

Tips Menangani Clumsy Child Syndrome

Jika Anda adalah orang tua dari anak yang memiliki clumsy child syndrome, konsultasikan anak ke klinik tumbuh kembang bila ada kecurigaan GPK seperti: terlambat mencapai berkembang secara motorik (jalan, merangkak, duduk), menabrak benda, “clumsiness”, lamban, prestasi buruk dalam olahraga, tulisan tangan yang jelek.

Dalam hal ini penting deteksi dini agar dapat diberikan pelatihan yang tepat sedini mungkin untuk meminimalkan gejala. Selain itu juga untuk meningkatkan kepercayaan diri. Bila terbukti anak mengalami GPK, orang tua berperan penting dalam membantu anak baik di rumah maupun di sekolah.

Hal yang dapat dikerjakan orangtua:

  • Dorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang disukainya.
  • Perkenalkan kegiatan individu dahulu (misal: berenang), kemudian berkelompok.
  • Dorong anak berinteraksi dengan temannya melalui kegiatan lain (misalnya musik, seni).
  • Pilihkan pakaian yang mudah dipakai atau dilepas.
  • Dorong anak melakukan kegiatan praktis sehari-hari terutama yang banyak menggunakan koordinasi tangan dan kaki, dan tonjolkan kelebihan anak.
  • Bekerja sama dengan guru, bahas kesulitan anak dan cara mengatasinya.
Guru di sekolah juga perlu memberikan treatment khusus pada anak dengan clumsy child syndrome, yaitu sebagai berikut.

  • Pastikanposisi anak sudah sesuai dengan meja kerjanya. Kaki anak harus menginjak lantai, lengan harus ditopang di atas meja dengan nyaman.
  • Menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk anak.
  • Menyediakan waktu ekstra bagi anak untuk menyelesaikan tugas akademik.
  • Memperkenalkan komputer untuk mengurangi jumlah tulisan tangan.
  • Fokus pada tujuan dari pelajaran yang diberikan.
  • Metode presentasi lain agar anak dapat menunjukkan pemahaman subjek, misalnya, menggunakan gambar untuk menggambarkan ide mereka.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN ANAK atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra