Menuju konten utama
Periksa Fakta

Mengapa Uji Tes COVID-19 dengan Air Keran Bisa Positif?

Apabila sampel uji yang digunakan tidak tepat, sehingga kandungan pHnya lebih rendah atau lebih tinggi, maka hasil yang muncul pun tidak kredibel.

Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Hotline Periksa Fakta Tirto (kontak) menerima laporan terkait alat tes rapid antigen yang diduga palsu. Laporan itu berupa video berdurasi 10:49 menit berisikan beberapa orang, termasuk dua orang berseragam satpam, yang mengetes alat tes rapid antigen dengan air keran.

"Kalau hasilnya positif, berarti alat bohong," kata salah satu satpam di video tersebut.

Alat tes rapid antigen tersebut kemudian menunjukkan hasil positif. Satpam tersebut dan dua orang rekannya kemudian menyimpulkan bahwa alat tes tersebut palsu/bohong.

"Besok-besok karyawan jangan mau dites, bohong. Yang penting beli vitamin," kata salah satu orang di video tersebut.

Laporan itu juga dibumbui narasi berbunyi, “Sudah kuduga alat tes COVID sudah di-setting sehingga negeri kita masuk perangkap elit global bisnis vaksin dan target krisis moneter sehingga nantinya berhutang."

Periksa Fakta Mengapa Uji Rapid Tes Antigen dengan Air Keran Bisa Positif

Periksa Fakta Mengapa Uji Rapid Tes Antigen dengan Air Keran Bisa Positif. foto/Hotline Periksa Fakta Tirto

Periksa Fakta Mengapa Uji Rapid Tes Antigen dengan Air Keran Bisa Positif

Periksa Fakta Mengapa Uji Rapid Tes Antigen dengan Air Keran Bisa Positif. foto/Hotline Periksa Fakta Tirto

Lantas, benarkah kesimpulan dari percobaan tersebut? Bagaimana sebetulnya alat rapid tes antigen bekerja?

Penelusuran Fakta

Sebelumnya, eksperimen dengan alat tes rapid antigen juga pernah dilakukan oleh artis Rina Nose akhir tahun lalu. Ia melakukan tes rapid antigen pada sambal cireng, yang kemudian menunjukkan hasil positif. Ia kemudian juga mengecek seluruh anggota keluarganya yang mengonsumsi sambal tersebut dengan alat tes rapid antigen serupa, dan hasilnya negatif.

Hasil eksperimen itu ia unggah melalui Instagram miliknya @rinanose16 pada 16 Desember 2020 (arsip), yang kemudian ia hapus karena pro-kontra yang terjadi setelahnya. Namun, dari eksperimen tersebut, figur publik ini mempertanyakan kebenaran pandemi COVID-19.

Eksperimen ugal-ugalan Rina Nose ini sempat dikomentari dr. Arina Heidyana melalui artikel yang dipublikasikan di situs kesehatan Klikdokter pada 24 Desember 2020. Arina mengatakan bahwa penggunaan alat tes rapid antigen yang tidak sesuai instruksi dapat membuat alat tes tersebut rusak. Dengan demikian, alat tersebut dapat menampilkan hasil positif atau negatif palsu.

Menurut dr. Arina pula, alat tes rapid antigen dirancang untuk menguji adanya virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, melalui swab nasofaring. “Membran nitroselulosa alat pemeriksaan itu kan rapuh. (Lalu) dikasih sambal cireng, ya bisa rusak. Makanya bisa timbul positif palsu,” jelas dr. Arina.

Selain pengujian yang dilakukan secara tepat pada sampel uji, keterampilan petugas atau seseorang dalam mengambil spesimen swab juga dapat mempengaruhi keakuratan hasil tes antigen. Artinya, semakin tidak terampil seseorang dalam mengambil sampel, maka peluang mendapatkan hasil positif atau negatif palsu semakin lebar, begitu pula sebaliknya, seperti dilansir dari artikel Klikdokter tersebut.

Selanjutnya, ahli patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr. Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan hasil positif pada alat tes rapid antigen juga bisa muncul jika kandungan derajat keasaman atau pH pada sampel uji sesuai. Dikutip dari Kompas.com, "Jadi persoalannya ada pada pH. Ada batas pH yang pas untuk pemeriksaan tersebut," jelasnya pada Kompas.com (26/12/2020).

Tonang juga melanjutkan, "Tes kehamilan itu kalau ditetesi sembarang cairan juga (hasilnya) positif. Itu namanya menggunakan (alat tes) tidak pada tempatnya," ungkap Tonang pula.

Menurut Tonang, setiap alat tes sudah memiliki batasan pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif dalam menguji sebuah sampel. Apabila sampel pada alat tes yang digunakan sesuai, maka hasil yang muncul pun dapat dipertanggungjawabkan.

Namun apabila sampel yang digunakan tidak tepat, sehingga kandungan pHnya lebih rendah atau lebih tinggi, maka hasil yang muncul pun tidak kredibel.

"Sampel yang pas, seperti swab, (jika) sudah diukur pada pH yang tepat (sesuai) tersebut, maka kit bekerja secara seharusnya. Tapi bila kita berikan sampel di luar pH tersebut, maka alat akan rusak. Akibatnya seolah-olah positif," jelas Tonang.

Sehingga, berangkat dari penjelasan dr. Tonang, tentu tidak tepat melakukan uji rapid antigen pada sampel yang tidak sesuai, baik itu sambal cireng maupun air keran.

Sebelumnya, seorang anggota parlemen Austria, Michael Schnedlitz, sempat melakukan eksperimen tes rapid pada cairan Coca-cola. Sebagai catatan, Schnedlitz berasal dari partai oposisi FPÖ, dan ia melakukan uji rapid tes untuk membuktikan pendapatnya bahwa rapid tes hanya membuang-buang anggaran pemerintah.

Schnedlitz mengunggah pidatonya dalam Parlemen ketika ia menjelaskan eksperimen tes rapid antigen terhadap cairan Coca-Cola. Anggota parlemen tersebut melakukan tes pada Desember 2020. Ia menemukan bahwa rapid tes antigen pada Coca-Cola menunjukkan hasil positif.

Lembaga pemeriksa fakta, Reuters, telah mengklarifikasi eksperimen Schnedlitz. Pada artikel yang dipublikasikan pada tanggal 22 Desember 2020 tersebut, Reuters mengutip respon Dialab, perusahaan yang memproduksi tes antigen yang digunakan Schnedlitz dalam eksperimennya.

Dialab menjelaskan melalui sebuah video YouTube bahwa anggota parlemen tersebut melakukan tes secara tidak benar, sehingga hasilnya jadi positif. Sebagai gantinya, Dialab mendemonstrasikan bagaimana melakukan tes dengan benar sehingga tes pada Coca-cola memberikan hasil negatif.

Dalam bagian deskripsi video YouTube yang diunggah pada 13 Desember 2020 tersebut, Dialab menjelaskan bahwa sampel Coca-Cola yang digunakan Schnedlitz tidak diaduk pada buffer. Padahal, langkah ini sangat penting untuk menjaga nilai pH konstan, supaya pengujian dapat dilakukan dengan benar. Ketika sampel Coca-Cola (dengan pH 2,5) tidak diaduk dalam buffer, protein antibodi dari tes yang dapat mendeteksi virus akan hancur dan dapat menunjukkan hasil positif.

Hasil serupa juga dapat ditemukan pada produk tes buatan produsen lain, jelas Dialab dalam deskripsinya.

"Jika tes dilakukan dengan benar, seperti yang dijelaskan dalam bungkus produk, maka tesnya akan menunjukkan hasil negatif," tulis Dialab.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa laporan yang Tirto terima melalui aduan WhatsApp bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading). Alat uji rapid tes antigen harus dilakukan dengan uji sampel yang tepat dan sesuai petunjuk penggunaan produk agar hasil tes dapat dipertanggungjawabkan.

==============

Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6288223870202 (tautan). Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty
-->