tirto.id - Nani Wijaya, sang aktris, sudah menikahi Misbach Yusa Biran, sang sutradara, selama 43 tahun, sebelum akhirnya dipisahkan maut ketika Misbach meninggal pada 2012 lalu. Pernikahan itu dikarunia enam orang anak.
Ajip Rosidi, seorang sastrawan, menikahi istinya Fatimah Wirjadibrata selama 59 tahun sebelum akhirnya menduda karena Fatimah wafat lebih dulu pada 2014. Pasangan ini juga punya enam orang anak.
Nani dan Ajip hitungannya kawan. Mereka kenal karena Ajip dan suami Nani adalah karib. Kini, janda berumur 72 tahun dan duda berusia 79 tahun ini tengah menyiapkan pernikahan mereka. Kata Ajip, supaya ada teman hidup mengisi hari tua.
Kisah serupa, meski bukan mayoritas, nyatanya terjadi di seluruh dunia. Kisah pasangan tua yang jadi pengantin baru lagi di usia senja bukan milik Nani dan Ajip belaka. Erica Johnson, 71, dan Alistair, 64, juga baru menikah di usia senja, tentu setelah pernah menikah juga sebelumnya. Sama dengan Nani dan Ajip, pasangan yang tinggal di Inggris itu juga memutuskan menikah lagi karena ingin punya teman hidup untuk mengisi hari tua. Dengan anak-anak yang sudah dewasa, dan usia yang masuk masa pensiun, teman berbagi kesenangan jadi penting bagi Erica. “(Sekarang) aku punya kawan untuk diajak nonton atau liburan,” katanya pada Telegraph.
Selain ingin punya teman hidup, menurut psikolog Nancy Kalish dalam artikelnya di Psychology Today, punya banyak kesukaan yang sama juga bisa jadi salah satu alasan seseorang memutuskan untuk menikah lagi pada usia senja. Menurutnya, di usia lanjut, seseorang akan lebih membutuhkan teman agar terhindar dari waktu-waktu jenuhnya menyendiri karena sudah tak lagi bekerja dan jauh dari anak-anak yang telah dewasa. Kadang, pernikahan di usia senja memang bukan lagi urusan jatuh cinta pada siapa, melainkan kebutuhan pasangan untuk saling mengurus diri.
Tapi bukan berarti orang-orang lansia tak bisa jatuh cinta lagi. “Dalam rentang 17 tahun penelitianku tentang pasangan yang menemukan lagi cinta lamanya, biasanya cinta pertama di masa remaja mereka, aku bertemu an berbincang dengan banyak sekali pria dan wanita yang punya penikahan pertama yang menakjubkan,” tulis Kalish. “Dan mereka hancur sekali ketika pasangannya meninggal, berpikir kalau hidup juga turut berakhir bersama kematian pasangannya. Lalu, surprise! Percikan-percikan lama muncul lagi dari masa lalu, dan cinta bersemi kembali. Orang tua-orang tua ini lalu bilang padaku kalau mereka diberkahi, karena bisa dianugerahi dua kali jatuh cinta yang menakjubkan.”
Mungkin, benar kata pepatah: cinta bisa datang kapan saja.
Selain itu, temuan terbaru dari The New England Journal of Medicine (NEJM) menjelaskan kalau orang-orang di usia senja nyatanya juga masih membutuhkan seks. Tapi dengan pengalaman hidup lebih banyak dari pada orang-orang berusia di bawahnya, seks yang dibutuhkan para lansia ini berbeda dari pengalaman liar yang dikejar-kejar anak muda pada umumnya. Menurut neuropsikolog Alice Radosh, para orang tua yang ditinggal mati pasangannya, diam-diam memelihara perkabungan seksual, terminologi yang digunakannya untuk menggambarkan perasaan kehilangan seksual yang muncul akibat ditinggal pasangan.
Studi Radosh menunjukkan bahwa 3 dari 4 responden bilang akan merindukan seks jika pasangannya meninggal. Hal itu diperkuat data NEJM, yang bilang kalau stereotip tentang orang tua yang tak doyan seks lagi adalah salah. Dari 3.005 responden dalam sebuah studi, 73 persen responden usia 57-64 tahun, 53 persen responden dari 65-74 tahun, dan 26 persen responden berumur 75-85 tahun masih aktif berkegiatan seks dan menikmatinya dengan pasangan.
Bahkan di Inggris dan Amerika Serikat, statistik pernikahan orang di usia senja meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi karena kesadaran para orang tua zaman sekarang untuk tidak menghabiskan masa tuanya dengan kesendirian yang rentan mengundang depresi.
Namun bukan berarti menikah di usia tua akan lebih meringankan masalah. “Menikah di usia berapa pun pasti adalah tantangan,” kata Kalish. Menurutnya, ada beberapa masalah-masalah yang perlu diperhatikan para pengantin baru di usia senja. Di antaranya perkara: uang, anak-anak, dan kebiasaan lama yang terbawa-bawa.
Orang-orang di usia senja kebanyakan telah memiliki tabungan masa tua, asuransi, atau setidaknya dana pensiun. Aturan penggunaan dan pembagian uang ini harus dibikin jelas, sebab pernikahan di usia senja biasanya bukanlah yang pertama dan punya urusan-urusan yang harus dipisah, misalnya urusan warisan dan semacamnya.
Kebanyakan orang yang menikah di usia senja, juga sudah memiliki anak. Baik yang masih kecil ataupun dewasa dan mandiri kemungkinan besar akan turut mencampuri karena takut warisan berkurang, atau hanya karena masalah sepele seperti cemburu. Tentu hal ini juga baiknya diperbincangkan matang oleh semua pihak.
Terakhir yang tak kalah penting adalah poin membawa-bawa kebiasaan lama. Studi menemukan, orang yang menikah di usia senja akan membawa-bawa kebiasaan lama yang dibangunnya bersama pasangan sebelumnya. Jika tak dikompromikan dengan baik, hal ini bisa jadi masalahnya sendiri.
Tapi, apa pun itu, menikah pada dasarnya adalah hak siapa saja, semua gender, semua usia.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti