Menuju konten utama

Mengapa Industri Film Porno Menjamur di Israel?

Apa yang terjadi sehingga industri film dewasa menjadi besar di Israel?

Mengapa Industri Film Porno Menjamur di Israel?
Set pembuatan film oleh film maker perempuan, Mor Vital, dengan pendekatan konsep film porno transgender. FOTO/Ziv Koren

tirto.id - Mungkinkah negara dengan kelompok konservatif agama yang sangat kuat menghasilkan industri film porno?

Israel bisa menjadi anomali dan contoh betapa konservatisme yang dipaksakan malah bisa melahirkan industri esek-esek kelas dunia. Ini gejala baru yang saat ini mulai mengejutkan agamawan dan sosiolog di Israel. Tidak sekadar film porno, tapi film porno bergenre gay pornography yang aktornya kebanyakan warga setempat.

Dalam laporan panjang yang dimuat di Haaretz, Shakked Auerbach mengisahkan bagaimana sebuah situs membuat film porno mandiri yang dijual dan didistribusikan secara daring. Para pembuat film ini merupakan pemain lama dalam industri film porno. Shay, pengarah sinematografi di situs tersebut telah bekerja selama satu dekade dalam industri film porno.

“Aku tidak berkompetisi dengan situs asing yang menghadirkan lelaki gagah yang tampak seperti jutaan dolar,” kata Shay. “Bersamaku, segalanya tampak sederhana: film-filmku amatir.”

Film-film porno Israel merupakan respons dari permintaan pasar lokal. Sebuah situs porno Israel yang dianggap paling terkenal memberikan data yang menguatkan asumsi itu. Kata kunci “Israeli sex” merupakan permintaan yang paling banyak dicari. Orang-orang menyukai film porno yang bisa mereka kenali, baik aktornya, atau ceritanya. Banyak orang Israel menyukai etnis Mizrahi, Yahudi keturunan Timur Tengah atau Afrika Utara. Masalahnya, sangat jarang Mizrahi yang mau direkrut sebagai bintang film porno.

infografik pornografi di israel

Tirto sebelumnya pernah melaporkan bagaimana selera film porno orang Indonesia. Berdasarkan data rekapitulasi statistik yang dilakukan Pornhub, Indonesia berada di peringkat ketiga dalam pencarian film porno bertema ayah, hanya berada di bawah Filipina, Thailand, dan Pakistan. Tema ayah atau daddy menggambarkan seorang sosok yang lebih tua, menyetubuhi remaja, atau keluarga tiri. Tema-tema inses atau berpura-pura berperan sebagai ayah dan anak memang paling banyak dicari.

Di Israel, film porno tidak diperlakukan sebagai aib. Banyak dari penikmat film dewasa memiliki kebanggaan karena bisa menikmati film porno dari bintang lokal setempat. Masalahnya, selama ini film porno dianggap sebagai eksploitasi dan objektifikasi terhadap perempuan. Ini yang membuat Shay memilih fokus pada film porno yang menghadirkan gay. Ia sebelumnya pernah mengarahkan film porno yang pemerannya adalah ibu satu anak yang bekerja sebagai bintang film dewasa untuk membiayai keluarganya.

Prof. Esther Herzog, antropolog sosial dan pemimpin Movement for Equal Representation of Women, organisasi yang fokus pada hak perempuan, menyebut bahwa pornografi merupakan industri yang mengeksploitasi perempuan secara umum, namun pada sisi lain ada pula eksploitasi dan objektifikasi laki-laki melalui fetis tertentu.

Film porno Israel mulai muncul pada awal 2000an. Saat itu perbincangan tentang film porno lokal masih terbatas pada produksi fisik. Namun akses internet membuat peredaran film porno di negara itu bisa dengan mudah diproduksi di mana saja.

Pemerintah Israel tentu tidak diam. Parlemen mereka mengesahkan rancangan undang-undang yang membatasi akses film porno, kecuali orang tersebut memintanya. Tidak semua orang bisa mengakses film porno ini, hanya mereka yang dewasa yang bisa mengakses. Setiap penyedia jasa internet di negara itu akan secara otomatis membatasi dan memblokir situs film porno yang diakses dari dalam Israel.

Undang-undang tersebut akan membuat siapapun yang hendak mengakses film porno untuk mengidentifikasikan dirinya sebagai orang dewasa. Prosesnya melalui surat, telepon, atau menghubungi langsung penyedia jasa internet bahwa mereka adalah orang dewasa yang hendak mengakses situs porno. Peraturan ini muncul karena sangat sedikit orang tua yang paham bahwa jasa penyedia internet mereka bisa digunakan untuk mengakses film porno oleh anak-anak. Aturan ini akan menjadi penghambat bagi remaja dan anak-anak untuk mengakses film dewasa yang semakin banyak diproduksi di Israel.

Pemerintah Israel juga merasakan kekhawatiran dengan munculnya sketsa-sketsa porno dari novela stensil bertema Nazi dan genosida Yahudi yang disebut sebagai Stalag. Stalag secara umum menggambarkan bagaimana Yahudi, baik laki-laki dan perempuan, dieksploitasi secara seksual oleh Nazi di kamp pengungsian. Cerita dan gambar porno ini mulai muncul kembali dan membuat pemerintah Israel menjadi marah. Gambaran laki-laki Yahudi dipermalukan perempuan berseragam Nazi atau perempuan-perempuan nazi dijadikan budak seks serdadu Nazi dianggap membangkitkan kenangan buruk holocaust.

Saat in,i film porno Israel didominasi oleh komunitas gay. Produksi film gay amatir di sana menghasilkan bayaran sebesar 1.000 sampai 2.000 shekels per hari -- setara $277 sampai dengan $557 untuk satu produksi film. Situs yang mempekerjakan Shay, misalnya, merupakan salah satu yang paling rutin dan rajin memproduksi film dengan berbagai durasi, tapi hanya ada 10 aktor dari berbagai film yang ada. Keterbatasan aktor menjadi pengganjal utama laju produksi, padahal Israel merupakan negara Timur Tengah yang paling toleran terhadap komunitas LGBT.

Tel Aviv, misalnya, dianggap sebagai ibukota gay di Timur Tengah. Di kota itu, parade gay dan festival LGBT diselenggarakan secara terbuka. Meski demikian, kelompok konservarif Yahudi masih melakukan ejekan dan sesekali ancaman terhadap komunitas ini.

Salah seorang gay yang menjadi aktor dalam film porno, Shahar Koren, yang juga bekerja sebagai chef, menyebut bahwa menjadi aktor film porno memberinya kebanggaan. Ia juga tidak menutup bahwa banyak orang yang memaki dan mengejeknya, tapi secara terbuka jujur pada identitas seksualnya membuat Koren bahagia. Keluarga Koren sendiri merupakan tipikal Yahudi konservatif, ayahnya tidak menerima Koren yang mengaku gay pada usia 17 tahun.

Kol Lior Kolton, salah seorang aktivis LGBT Israel menyebut bahwa film porno gay yang dibuat di Israel bisa jadi usaha menentang stigma yang ada. Ia melihat film porno di Israel sebagai usaha membebaskan identitas seksual yang selama ini dikurung masyarakat. Ia melihat film porno sebagai dokumentasi personal, seperti dokumentasi saat piknik, bermain, atau liburan.

Baca juga artikel terkait KONTEN PORNOGRAFI atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Zen RS