Menuju konten utama

Mendadak Jadi Ahli Bahasa

Di dunia ada beberapa kasus langka yang membuat seseorang seketika jago aksen bahasa asing. Istilahnya dikenal sebagai foreign accent syndrome. Sepintas hal ini dianggap positif, tapi banyak hal yang merugikan bagi penderitanya.

Mendadak Jadi Ahli Bahasa
Rueben Nsemoh, anak yang mendadak fasih berbicara bahasa Spanyol setelah terjadi benturan dikepalanya. FOTO/Cox Media

tirto.id - Pada 24 September 2016 berjalan seperti biasa bagi Rueben Nsemoh. Bocah berusia 16 tahun ini bersiap untuk melakoni pertandingan sepakbola. Dia menjadi penjaga gawang andalan tim Gwinnett County.

Pertandingan dimulai. Di suatu kesempatan, bola melayang dekat dengan gawang yang dijaga Rueben. Dengan kesigapan ala jaguar, dia melompat sembari menjatuhkan badan. Malang, seorang pemain tim lawan berusaha menendang bola itu.

Prakkk! Bola tertangkap. Tapi kepala Reuben kena hantam congor sepatu. Dia tidak sadarkan diri seketika. Pelatihnya panik. Apalagi setelah Reuben tak bernafas. Helikopter kemudian segera datang dan membawa Reuben ke rumah sakit terdekat. Dia koma selama tiga hari.

Di hari ketiga, Reuben, anak seorang kepala sekolah dari Nigeria, membuka mata dengan lemah. Orang tuanya senang.

"Tengo hambre," kata Reuben.

Orang tuanya melongo. Tak paham apa yang dimaksudkan Reuben.

"Tengo hambre," katanya lagi, sembari membentuk gestur jemari yang diarahkan ke mulut. Dia lapar dan ingin makan.

Wajar saja kalau orang tua Reuben tak paham apa yang dibicarakan anaknya. Sebab tengo hambre adalah bahasa Spanyol, yang berarti "aku lapar". Kalau saja Reuben berasal dari Spanyol, atau menggunakan bahasa Spanyol dalam percakapan sehari-hari, maka hal itu akan terasa wajar. Masalahnya, Reuben tak bisa bahasa Spanyol. Dia hanya bisa beberapa kata bahasa Spanyol. Itu pun hanya dengar dari kakaknya yang belajar bahasa itu, atau dari kawan-kawan satu timnya yang berbicara bahasa Spanyol.

"Aku kaget. Waktu anakku bangun dan dia mulai ngomong dalam bahasa Spanyol, aku bingung," ujar Nsemoh, 54, ayah Reuben.

Kasus Reuben yang mendadak fasih berbicara bahasa Spanyol ini bukan kasus pertama. Pada Juni lalu, Lisa Alamia, perempuan asal Texas, mendadak fasih berbicara dalam aksen British setelah melakukan operasi rahang. Suaminya bilang kalau aksennya aneh. Dokter bilang kalau aksen itu akan hilang dalam beberapa hari. Ternyata tidak. Aksennya melekat hingga sekarang. Maka Alimia pun menemui dr. Toby Yaltho, seorang neurologis.

Ternyata Lisa mengalami apa yang disebut sebagai foreign accent syndrome, alias sindrom aksen asing. Ini adalah sindrom yang amat langka. Menurut dr. Toby, hanya ada kurang dari 100 kasus sindrom ini selama 100 tahun belakangan. Sindrom ini kerap terjadi setelah seseorang mengalami trauma di kepala, atau pascaterserang stroke. Hasilnya adalah orang jadi berbicara dengan aksen yang berbeda.

"Sebagian besar neurologis tidak pernah menangani kasus seperti ini," kata Toby.

Sindrom aksen asing ini pertama kali dianggap muncul pada 1907. Namun, salah satu kasus yang mengawali popularitas sindrom ini terjadi pada 1941. Saat itu seorang perempuan asal Norwegia mengalami cedera di otak setelah serpihan peluru meriam menghantam kepalanya. Setelah sadar, perempuan itu tiba-tiba berbicara dalam aksen Jerman. Hingga 2009, hanya ada sekitar 62 kasus yang tercatat.

"Itu kerusakan pada kontrol motorik," kata dr. Karen Croot, salah satu dari sedikit ahli sindrom aksen asing, pada CNN. "Berbicara adalah salah satu hal paling rumit yang kita lakukan, dan ada bagian otak yang berperan dalam koordinasi gerakan kita. Jika salah satu bagian itu mengalami kerusakan, maka hal itu bisa memengaruhi timing, melodi, dan tensi mereka berbicara."

Sindrom Aksen Asing

Salah satu akibat dari sindrom ini antara lain: pengidap berbicara bahasanya tapi dengan aksen asing. Misalkan seorang Amerika yang berbicara dalam aksen British. Akibat lain: seorang melupakan bahasa aslinya, dan fasih berbicara dalam bahasa lain. Kasus ini pernah terjadi pada 2010, saat seorang gadis Kroasia bangun dari koma dan mendadak fasih berbahasa Jerman.

Mungkin banyak dari kita berpikir bahwa ini sindrom yang menyenangkan. Bayangkan kita bangun dan mendadak jago bicara bahasa Prancis, membuat kita bisa jadi penerjemah dan membawa kita ngopi di depan menara Eiffel. Atau selepas koma, kita jadi jago berbahasa Korea, sehingga bisa menonton drama Korea tanpa perlu subtitle.

Tapi ternyata tidak juga. Menurut dr. Karen, sindrom ini bisa menyulitkan para pengidap. Sebab ternyata efeknya tidak perkara aksen saja. Penderita sindrom ini juga bisa sering mengalami kesalahan ucapan. Semisal bike jadi pike. Beberapa kasus juga mencatat, penderita mengalami kesulitan mengucapkan kata-kata dengan konsonan. Bahkan menurut Centers for Disease Control and Prevention, penderita sindrom aksen asing ini bisa pula menderita epilepsi, Alzheimer, parkinson, dan beberapa penyakit lain yang disebabkan oleh cedera otak.

Kesulitan lain terkait dengan identitas. Aksen bahasa merupakan salah satu identitas kultural. Dalam kasus yang terjadi di Norwegia 1941, penderita yang berbicara dengan aksen Jerman ternyata dicurigai dianggap sebagai mata-mata. Maklum, saat itu sedang perang, dan Jerman dibenci sejak mereka menginvasi Norwegia pada 1940.

"Ada banyak respons terkait perubahan aksen ini. Seperti 'nggak usah sok pakai aksen asing', atau 'ngomong biasa aja dong', dan lain sebagainya. Jika kamu pikir, aksen itu bagian dari identitas. Berganti aksen, bisa saja dianggap berganti identitas," kata dr. Karen.

Supaya sembuh, langkah yang harus dilakukan pun cukup intens dan melibatkan banyak pihak. Apalagi ini termasuk sindrom ultra langka. Diagonis pun harus dibuat oleh tim yang terdiri dari neurologis, radiologis, neuropsikologis, psikolog klinis, dan patologis speech-language. Setelahnya harus mengikuti pemulihan bicara.

Reuben si Espanola sekarang mulai pulih. Dia sudah mulai bisa mengucapkan Bahasa Inggris lagi, membuat dia menguasai dua bahasa. Namun belakangan, kefasihan Bahasa Spanyolnya mulai memudar. Masalah lain kembali datang: ongkos pengobatan yang mahal. Menurut Nsemoh, ongkos rumah sakit dan terapi mencapai 250.000 dolar.

Untuk yang satu itu, Reuben mungkin cuma bisa membantin: mamaia...

Baca juga artikel terkait SINDROM BAHASA ASING atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti