Menuju konten utama
Periksa Data

Membedah Angka di Balik Klaim Overtourism Bali

Kemacetan saat libur akhir tahun 2023 lalu disebut bukan karena dampak wisatawan berlebih tapi karena distribusi wisatawan yang terpusat di Bali Selatan.

Membedah Angka di Balik Klaim Overtourism Bali
Header Periksa Data Wisatawan di Balik Klaim Overtourism Bali. tirto.id/fuad

tirto.id - Jelang momen tutup tahun 2023 lalu, Bali kembali mendapat sorotan. Kali ini akibat kemacetan di jalan menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai, Jumat (29/12/2023).

Kemacetan membuat beberapa orang wisatawan terlihat turun dari mobil dan menggeret koper mereka untuk berjalan menuju bandar udara. Dalam kejadian yang terekam dan diunggah ke media sosial tersebut, terlihat banyak kendaraan roda empat yang tidak bisa bergerak sama sekali dalam kemacetan tersebut.

Kondisi kemacetan parah pada libur akhir tahun ini kemudian membuat narasi Bali mengalami kondisi turis berlebih (overtourism). Menanggapi kondisi tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menyebut predikat overtourism yang dilekatkan dengan Bali memang menjadi sesuatu yang mereka pantau.

"Untuk overtourism, level ini masih di bawah tahun 2019. Tapi kami sangat memantau pariwisata ke Bali --dan seluruh Indonesia-- adalah pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Ini mudah-mudahan bisa menjadi catatan bagi semua pihak. Antisipasi ke depan juga sudah dipastikan karena nanti, 2024 akan banyak long weekend," ujarnya dalam jumpa pers mingguan, The Weekly Brief with Sandi Uno, Rabu (3/1/2023).

Dia juga menyebut kalau permasalahan kemacetan yang sempat terjadi pada penghujung tahun 2023 lalu, bukan karena jumlah, tetapi lebih karena masalah pengaturannya.

"Kenapa semua menumpuk di Bali Selatan?" kata Sandi saat itu

Terkait masalah kemacetan akibat pengaturan juga didukung oleh pihak pengelola bandar udara. General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Handy Heryudhitiawan, menyebut, kemacetan menuju lokasi bandara udara disebabkan karena volume kendaraan pribadi di Bali Selatan yang melonjak drastis. Hal ini menyebabkan sejumlah ruas jalan dari dan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai menjadi sangat padat.

Sedangkan jika melihat data, jumlah penumpang dan kendaraan yang masuk keluar bandara pada 29 Desember 2023 justru lebih rendah dari jumlah penumpang dan kendaraan yang keluar masuk bandara pada 23 Desember 2023.

Pada tanggal 29 Desember 2023, penumpang Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali mencapai 70,7 ribu orang, dengan jumlah kendaraan yang masuk dan keluar bandara kurang lebih sebanyak 61 ribu. Data ini, jika dibandingkan dengan angka 23 Desember 2023, dalam masa libur Natal dan Tahun Baru, jumlah penumpang justru lebih tinggi, sebesar 75,2 ribu orang dengan jumlah kendaraan juga lebih tinggi, yaitu sebanyak 70,9 ribu kendaraan, katanya.

Lantas, bagaimana tren pariwisata ke Bali beberapa tahun terakhir? Apakah memang ada peningkatan tajam?

Peningkatan Wisatawan di Bali

Sebagai tempat tujuan wisata, Bali memang terus menunjukkan daya pikatnya bagi wisatawan, baik domestik maupun asing.

Berdasar data Dinas Pariwisata Provinsi Bali, jumlah wisatawan nusantara antara Januari - Oktober 2023 mencapai 7,92 juta orang. Jumlahnya naik sekitar 22,58 persen dibanding periode yang sama tahun 2022 lalu, yang mencatat kedatangan 6,46 juta orang.

Jumlah ini juga lebih besar dibanding jumlah wisatawan domestik pada sepanjang tahun 2021, sebanyak 4,3 juta orang, dan tahun 2020, sebanyak 4,6 juta. Meski begitu, perlu diingat bahwa sektor pariwisata memang sempat mendapat pukulan hebat selama pandemi COVID-19.

Jika dibanding tahun 2019, saat masa "normal", sebelum terdampak pandemi, jumlah wisatawan dalam negeri selama 10 bulan pertama mencapai 8,53 juta orang.

Sementara itu, menurut keterangan Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Pulau Dewata sepanjang Januari-Desember 2023 mencapai 9.877.911 orang.

Angkanya lebih tinggi jika dibandingkan sepanjang tahun 2022, sebesar 8,05 juta orang, meski masih belum mencapai capaian 2019, yang mencapai 10,55 juta orang.

Sedangkan untuk wisatawan mancanegara (wisman), trennya juga serupa. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, dari Januari 2023 sampai dengan November 2023, terdapat 4,79 juta turis asing melancong ke Bali, jumlahnya naik lebih dari dua kali lipat, sebesar 169 persen, dari periode yang sama pada tahun 2022, ketika 1,77 juta wisman datang ke Bali.

Secara tahunan, jumlah kedatangan wisman di Bali Januari-November 2023 juga lebih tinggi dibanding sepanjang tahun 2022, sebanyak 2,15 juta orang, 2021 sebanyak 51 orang, dan 2020 sebanyak 1,1 juta orang, melansir dari data BPS Bali pula.

Namun, jika dibandingkan kondisi "normal", tahun 2019, dalam 11 bulan pertama tahun tersebut, tercatat ada 5,72 juta orang wisman yang datang ke Bali. Jadi, angkanya masih jauh dari kondisi tahun 2019.

Perlu diketahui juga, sepanjang tahun 2019, total ada 6,27 juta wisatawan asing yang berwisata ke Bali.

Sementara estimasi total wisman yang datang ke Bali tahun 2023, berdasar data imigrasi yang disampaikan Tjok Bagus, jumlahnya mencapai 5,3 juta orang.

Dari wisman yang datang ke Indonesia, ada beberapa negara yang dominan menyumbang wisman terbanyak.

Merujuk data Berita Resmi Statistik BPS Bali edisi 2 Januari 2024, ada lima negara penyumbang wisman terbanyak pada bulan November 2023 ke Bali.

Negara tersebut adalah Australia, sebanyak 107 ribu wisatawan, India, sebanyak 33,9 ribu wisatawan, Tiongkok, sebanyak 22,8 ribu wisatawan, Singapura, sebanyak 21,4 ribu wisatawan, dan terakhir, Korea Selatan, sebanyak 18,2 ribu wisatawan.

Melihat dari pertumbuhan wisatawan nusantara maupun mancanegara ke Bali dalam setahun terakhir, tampaknya memang perlu ada upaya lebih untuk setidaknya mengurai aktivitas mereka.

Terkait permasalahan ini, pemerintah daerah telah didorong untuk mempromosikan wisata di wilayah Bali bagian lain. Distribusi investasi ke ke wilayah selain Bali Selatan juga diharapkan dapat membantu menghilangkan masalah terpusatnya wisata di Bali.

Sandi juga menyebut pembangunan transportasi publik seperti light rail transit (LRT) dan dukungan transportasi laut dari serta ke bandara untuk akses ke lokasi populer seperti Jimbaran, Seminyak, dan Canggu juga diharapkan dapat menjadi solusi.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Periksa data
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Farida Susanty