tirto.id - Kolaborasi atlet dan brand mode bukan hal baru, tapi kian menarik ketika dengan bantuan media sosial, para bintang olahraga ini sukses menjadi mesin pemasaran.
Media sosial menjadi sumber utama bagi para penggemar untuk mencari konten tentang atlet favorit mereka, dari foto yang diunggah, berita terkini, informasi tentang pertandingan, kehidupan pribadi, acara yang dihadiri, hingga gaya berpakaian. Semua elemen ini meningkatkan keterlibatan antara atlet dan penggemarnya.
Media sosial adalah strategi pemasaran ampuh yang membantu mengomunikasikan pesan pemasaran yang berbicara langsung ke hati penggemar. Sama seperti fashion marketing (pemasaran mode), sports marketing (pemasaran olahraga) bukan hanya tentang penjualan, melainkan juga kekuatan yang dimiliki olahraga terhadap emosi dan hubungan antarmanusia.
Alison Bringé, chief marketing officer di Launchmetrics—sebuah brand performance cloud terkemuka di bidang mode, gaya hidup, dan kecantikan—menjelaskan ketika dunia terus menjadi lebih digital, brand harus menyesuaikan strategi pemasaran mereka untuk mengikuti lanskap yang terus berubah.
Membangun kehadiran di media sosial memungkinkan brand mengumpulkan data pelanggan secara terperinci. Di masa lalu, brand telah memanfaatkan media sosial terutama sebagai alat pendorong kesadaran (awareness). Namun sekarang, brand ingin mengoptimalkan platform media sosial menjadi pendorong pendapatan (revenue).
Keuntungan paling signifikan dari media sosial untuk atlet dan brand adalah kemudahan keterlibatan dan koneksi yang cepat antara penggemar olahraga dengan atlet dan brand.
Memanfaatkan relevansi komersial dan budaya olahraga yang makin melonjak menjadi fokus utama bagi brand-brand mode. Strategi pemasaran olahraga yang unggul saat ini bergantung pada pembangunan kemitraan kolaboratif jangka panjang dengan atlet dan organisasi yang selaras dengan target konsumen sebuah brand, seperti yang dijelaskan oleh para ahli dalam studi kasus terbaru BoF.
Dunia mode telah sepenuhnya menyadari potensi pemasaran olahraga yang sangat besar dan nilai komersial dari olahraga.
Pendorongnya bukan hanya rekor jumlah penonton acara olahraga, melainkan juga kekuatan bintang para atlet. Hal ini sebagian besar berkat media sosial yang memungkinkan para bintang olahraga terhubung dengan para penggemar dengan cara yang sebelumnya tidak dapat mereka lakukan.
Deloitte menemukan bahwa sekitar 80 persen penggemar Gen Z mengikuti atlet profesional secara online, yang membuat mereka menonton dan menghadiri acara olahraga yang diikuti oleh atlet tersebut, mengikuti brand, dan membeli produk yang mereka promosikan.
Banyak organisasi olahraga global yang membuka diri terhadap minat komersial baru dari industri mode, yang menghasilkan kesepakatan penting seperti kemitraan Olimpiade-LVMH dan kerja sama Skims-NBA. Saat Olimpiade dan Paralimpiade Paris dimulai Juli 2024, jutaan penggemar global yang menonton akan melihat lebih dari sekadar atlet.
LVMH, konglomerat di balik brand-brand seperti Louis Vuitton, Dior, dan produsen perhiasan Prancis, Chaumet, pada Juli lalu mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor utama Olimpiade dan Paralimpiade 2024 di Paris, dan Chaumet juga akan mendesain medali para pemenang.
Atlet mulai bergabung dengan media sosial pada pertengahan 2000-an. Sebagian besar selebritas olahraga memiliki akun sendiri di Facebook atau Twitter pada 2010. Kemudian merambah ke Instagram, Pinterest, dan YouTube.
Brand-brand mode menyadari bahwa ada peluang besar untuk bekerja sama dengan atlet yang memiliki banyak penggemar. Bergabungnya para bintang olahraga ini menciptakan peluang alami bagi bisnis mode untuk membuat unggahan yang dapat membantu mereka menjangkau audiens yang dalam beberapa kasus dapat jauh lebih besar daripada audiens mereka sendiri.
Jumlah pengikut LeBron James di Instagram mencapai 159 juta saat artikel ini ditulis, dibandingkan dengan 54,8 juta pengikut Louis Vuitton. Dior (45,4 juta pengikut) juga bekerja sama dengan bintang sepak bola Prancis, Paris Saint-Germain, Kylian Mbappé (110 juta pengikut).
Pesepakbola asal Prancis, David Ginola, menjadi model koleksi Spring/Summer 1996 Cerruti. Sementara legenda sepak bola Pele, Diego Maradona, dan Zinedine Zidane, semuanya tampil dalam kampanye iklan Louis Vuitton 2010. Tahun 2018, pembalap F1 Lewis Hamilton menjadi global brand ambassador untuk Tommy Hilfiger Men’s.
Juli 2023 lalu, Prada berkolaborasi dengan tim sepak bola nasional perempuan Cina yang bermain di FIFA Women's World Cup.
Kolaborasi atlet dengan brand mode makin viral melalui Instagram, setelah bintang tenis Italia berusia 22 tahun, Jannik Sinner, membawa duffel bag monogram Gucci selama pertandingan Wimbledon dan AS Terbuka awal Juli lalu. Masih di bulan yang sama, Shedeur Sanders, tim American football Colorado Buffaloes, disponsori oleh Urban Outfitters.
Puncaknya, unggahan LeBron James di Instagram menuai lebih dari 370 ribu like.
Bintang NBA yang baru saja menjadi “The New Face” Louis Vuitton Oktober lalu ini terlihat berjalan dari tempat parkir menuju ruang ganti (sering disebut tunnel walk alias red carpet-nya para bintang pemain basket). Ia mengenakan pakaian seharga $28.000 koleksi Louis Vuitton yang dirancang oleh Pharrell Williams, Men's Creative Director Louis Vuitton.
Mode telah menjadi bagian penting dari citra dan branding seorang atlet. Di lain pihak, hubungan simbiosis mutualisme ini sangat penting dalam menciptakan gebrakan, mendorong penjualan, dan membina basis konsumen yang loyal bagi brand mode.
Penulis: Glenny Levina
Editor: Yemima Lintang