tirto.id - Sepanjang November-Desember 2016 banyak lembaga survei politik memenangkan pasangan nomer satu, Agus Harimurti Yudhyono dan Sylviana Murni dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Namun entah kenapa hasil itu berbanding terbalik pada rentang Januari-Februari 2017 ini.
Media Survei Nasional (Median) misalnya, baru saja mengeluarkan laporan terbaru pada Senin, 6 Februari 2017. Hasilnya, pasangan Ahok-Djarot memimpin (29,8 persen) dan dikawal tipis oleh pasangan Anies-Sandi (27,8 persen) dan pasangan Agus-Sylvi (26,1 persen).
Laporan tersebut tidak jauh berbeda dengan lembaga survei yang lain, seperti Charta Politika yang mengeluarkan laporan pada Rabu, 1 Februari lalu. Charta Politika menunjukan bahwa pasangan Ahok-Djarot dipilih oleh 36,8 persen responden. Sementara pasangan Anies-Sandi 27 persen, dan pasangan Agus-Sylvi 25,9 persen.
Selain kedua lembaga tersebut, Populi Center, Indikator Politik Indonesia dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMCR) juga telah mengeluarkan laporan terbaru. Agus-Sylvi ada di urutan buncit dengan raihan persentase 25 persen (Populi Center), 23,6 persen (Indikator) dan 22,5 persen (SMRC).
Lalu kenapa penurunan ini terjadi?
Direktur Riset Median, Sudarto, menjelaskan bahwa media massa memegang peran penting dalam hal ini. “Persepsi pemilih banyak terpengaruh oleh pemberitaan media. Media punya kekuatan untuk menaik-turunkan elektabilitas pasangan calon jika mau,” ujarnya.
Dari laporan riset Median, elektabilitas pasangan Agus-Sylvi menurun akibat pemberitaan dugaan korupsi oleh Sylviana pada 2010 yang beberapa minggu terakhir membesar. Sylvi terseret pada dua kasus, yaitu pembangunan masjid Al-Fauz di kantor Wali Kota Jakarta Pusat. dan penyelewengan dana bantuan sosial Pemprov DKI Jakarta untuk Kwarda Pramuka Jakarta 2014-2015. Kini kedua kasus itu dilaporkan dan diselidiki pada waktu yang hampir berbarengan. “Elektabilitas pasangan ini bakal menurun bila pemberitaan negatif tentang dugaan korupsi Sylviana membesar,” ujar Sudarto.
Selain itu, Sudarto juga membuat skenario bahwa elektabilitas Ahok juga bisa menurun. “Terutama jika kasus tudingan penghinaan terhadap Ketua MUI membesar dan massif,” ujarnya.
Berbeda dengan dua pasangan lain, pasangan Anies-Sandi muncul dengan angka yang relatif stagnan ketimbang November 2016. “Hal ini bisa saja akibat minimnya pemberitaan negatif terhadap pasangan ini,” ujar Sudarto.
Laporan riset Median menunjukkan bahwa isu agama dan korupsi sangat mempengaruhi elektabilitas masing-masing pasangan. “Media benar-benar bisa menghajar pasangan manapun dan mempengaruhi pilihan publik nanti."
Penulis: Arya Adikristya
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan