tirto.id - Ketua Komite Perikanan, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Thomas Darmawan mengatakan, mati listrik yang menimpa sebagian Pulau Jawa telah berdampak buruk pada bisnis ritel produk perikanan.
Ia menyebutkan, pada lini bisnis ini, ada ketergantungan pada kehadiran lemari pendingin atau cold storage untuk memastikan produk perikanan tetap segar.
“Untuk industri perikanan butuh listrik. Kalau yang (perikanan) di ritel butuh cold storage,” ucap Thomas kepada reporter Tirto saat ditemui di Hotel Le Meridien, Jakarta pada Selasa (6/8/2019).
Thomas mengatakan, kehadiran cold storage ini memegang peran penting untuk menyimpan daging-daging beku. Di samping produk perikanan, ia yakin kalau dampak sama buruknya juga dialami oleh produk daging beku lainnya dari peternakan ayam hingga sapi.
Soal konsekuensinya, Thomas menyatakan, ada standar ketat yang berlaku bagi daging beku. Misalnya di Eropa, kualitas daging bisa dinyatakan turun hanya karena temperatur penyimpanannya turun drastis.
“Kalau perusahaan Eropa terjadi seperti itu barang daging beku bisa di-reject. Itu, kan, bisa turun (nilainya) tapi ada toleransi beberapa jam tergantung indikator mereka di temperatur berapa enggak boleh karena nanti dianggap sudah defrost,” ucap Thomas.
Sementara itu, Thomas mengatakan dampak bagi peritel juga masih bisa lebih besar lagi. Sebab produk yang bergantung pada mesin pendingin juga cukup banyak. Misalnya es krim hingga susu yang sensitif terhadap perubahan suhu.
“Iya, itu karena listrik mati, makanan di lemari es jadi enggak bisa dijual. Tapi yang korban susu sampai daging beku,” tukas Thomas.
Pemadaman listrik terjadi di beberapa wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hingga Senin (5/8/2019). Mati listrik massal ini mulai terjadi pada Minggu (4/8/2019).
PLN awalnya mengatakan, penyebab listrik padam adalah gangguan pada gas turbin 1 sampai 6 di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Cilegon, Banten dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Turbin di Cilegon.
Namun, pernyataan ini diralat. Penyebab blackout, kata PLN, adalah gangguan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran dan Pemalang.
Direktur Pengadaan Strategis 2 Djoko Raharjo Abumanan mengatakan, gangguan transmisi terjadi karena ada kelebihan beban listrik khususnya di Jakarta, Bekasi, dan Banten. Logikanya sama seperti listrik 'jetrek' di rumah.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno