Menuju konten utama
Kasus Ratna Sarumpaet

Masyarakat Dinilai Lebih Percaya Pada Sumber Ketimbang Fakta & Data

“Orang akan lebih percaya pada siapa yang mengeluarkan [informasi]," kata Direktur Eksekutif Populi Center Usep Saiful Ahyar.

Masyarakat Dinilai Lebih Percaya Pada Sumber Ketimbang Fakta & Data
Ratna Sarumpaet (ANTARA FOTO/ Indrianto Eko Suwarso/aw)

tirto.id - Direktur Populi Center Usep Saiful Ahyar menilai masyarakat Indonesia sekarang ini tidak lagi mengacu pada fakta dan data dalam melihat suatu peristiwa. Dalam konteks dugaan penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet, Usep melihat masyarakat lebih percaya pada sosok-sosok yang mengklaim kebenaran peristiwa itu.

Apalagi Prabowo Subianto sudah memastikan bahwa Ratna sampai tidak berani melapor ke polisi karena diancam, serta mengalami trauma dan ketakutan.

“Orang akan lebih percaya pada siapa yang mengeluarkan [informasi]. Sehingga ini dapat mengkristalkan kebencian di antara dua kelompok,” kata Usep kepada Tirto pada Rabu (3/10/2018).

Di tengah kondisi post-truth seperti sekarang, Usep mengatakan bahwa masyarakat memang cenderung lebih peduli pada sumber yang menyampaikan. Oleh karena itu, masih menurut Usep, para elite politik pun jadi masih mengandalkan strategi playing victim untuk menggaet simpati masyarakat.

“Karena ada sejumlah pembesar di situ, sehingga apapun faktanya akan terus dipertahankan omongan itu. Inilah yang kemudian menjadikan apa yang dibicarakan kubu Prabowo-Sandiaga jadi berhala baru,” ucap Usep.

Kendati demikian, Usep tak hanya menyoroti kubu Prabowo-Sandiaga saja. Menurutnya, hal yang sama juga berlaku bagi kubu pengusung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Dengan menjadikan pernyataan yang muncul itu sebagai pedoman kebenaran, maka Usep melihat adanya sikap kritis yang hilang.

Usep lantas mengatakan bahwa hal semacam itulah yang kemudian disadari para elite politik. Mereka pun jadi memanfaatkan kondisi masyarakat yang gemar menelan informasi mentah-mentah dari media sosial.

“Maka polisi memang harus menelusuri [kabar hoaks] yang menyebar di media sosial. Ini memang tidak ada habisnya,” ujar Usep lagi.

Masih dalam kesempatan yang sama, Usep mengimbau adanya kampanye politik yang lebih segar menjelang Pemilu 2019. Apabila hendak menggunakan strategi playing victim sekalipun, Usep menilai langkah tersebut sudah tidak relevan dan efektif.

“Situasinya sudah berbeda dengan zaman orde baru. Muncul kesan bahwa rakyat dizalimi kekuasaan absolut, padahal situasinya sekarang sudah cair,” ungkap Usep.

Baca juga artikel terkait KASUS PENGEROYOKAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Politik
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora