tirto.id - Luis Suarez akan selalu diingat penggemar sepakbola lantaran dua sisi yang kontras di lapangan: kehebatan dan kebodohan. Tak seorang pun akan meragukan bahwa Luis Alberto Suarez Diaz adalah salah satu pesepakbola pilih tanding masa di abad 21. Tetapi tak seorang pun juga yang akan meragukan bahwa ia sama sekali tidak cakap mengendalikan “naluri kanibal”-nya.
Coreng Hitam Suarez
Sejarah kanibalistik Suarez dimulai di Belanda. Dalam sebuah laga antara Ajax vs PSV Eindhoven di Eredivisie, ia menggigit Otman Bakkal. FA Belanda menjatuhkan hukuman larangan bermain 7 pertandingan untuk Suarez dan Ajax juga menjatuhkan sanksi denda. Bakkal menganggap tindakan sinting itu disebabkan Suarez "ingin sekali menang hingga kadang-kadang kehilangan akal, tetapi setelah itu bisa kembali mengendalikan diri.”
Mungkin demikian, mungkin juga tidak. Yang jelas, Suarez kembali menggigit lawan, ini kali di pertandingan besar antara Liverpool vs Chelsea pada 21 April 2013. Wasit di pertandingan tidak menyaksikan Suarez menggigit Branislav Ivanovic dan pemain kunci Uruguay itu tetap di lapangan. Suarez bahkan mencetak gol yang menyamakan skor sehingga laga itu berakhir 2-2 di laga itu. Tetapi FA melakukan penyelidikan dan menjatuhkan sanksi larangan bermain 10 pertandingan.
Tetapi Suarez belum kapok. Di Piala Dunia 2014 Brasil, ia menggigit Giorgio Chiellini dalam laga Uruguay vs Italia di Natal yang berakhir 1-0 untuk kemenangan Uruguay. Akibatnya, ia dijatuhi hukuman larangan bermain 9 pertandingan bersama Uruguay dan larangan melakukan aktivitas apa pun yang berkaitan dengan sepakbola selama 4 bulan. Tentu juga ditambah denda uang, yaitu sebesar 66.000GBP.
Penggemar sepakbola yang mengikuti Piala Dunia juga akan mengingat citra Suarez sebagai bad boy setelah ia, pada Piala Dunia 2010, dengan sengaja dan penuh perhitungan, meninju bola sundulan pemain Ghana tepat di garis gawang. Saat itu skor 1-1. Ia langsung diganjar kartu merah dan tak boleh ikut di pertandingan berikutnya.
Suarez juga didakwa melakukan salah satu dosa paling besar dalam sepakbola modern: rasisme. Dalam laga panas antara seteru abadi Liverpools vs Manchester United pada 15 Oktober 2011, Patrice Evra menuduh Suarez memakinya dengan ungkapan rasis: "negro". Sanksinya berat sekali: larangan bermain 8 pertandingan, padahal saat itu Liverpool sedang ganas-ganasnya bersama Suarez. Hingga saat sanksi larangan bermain itu dijatuhkan, ia telah mencetak 11 gol.
Pembelaan
Kepada Bakkal yang digigitnya saat merumput di Belanda, Suarez sudah meminta maaf. Entah sebagai strategi humas atau tulus, setelah menggigit Chiellini dan Ivanovic, ia meminta maaf secara publik melalui akun Twitter pribadi.
Pembelaan datang dari rekan setimnya, terutama kapten Uruguay Diego Godin. Bek Atletico Madrid itu menuduh bahwa FIFA “menendang Suarez keluar seperti anjing”. Presiden paling miskin di dunia yang memimpin Uruguay, Jose Mujica, bahkan menyebut FIFA sebagai “komplotan anak haram”.
Chielini sendiri menganggap masalahnya dengan Suarez sudah kelar. Melalui akun pribadinya, bek Juve itu mencuit dengan nada simpatik, “Sudah dilupakan. Kuharap FIFA mengurangi hukuman larangan bermainmu.”
Tentang penyelamatan anehnya saat ia sengaja melakukan handball melawan Ghana itu, Suarez berkomentar: "Tangan Tuhan sekarang milikku. Tangankulah Tangan Tuhan yang sejati. Aku melakukan penyelamatan terbaik dalam turnamen itu."
Tentang dakwaan rasisme, Suarez sudah melakukan pembelaan melalui sebuah buku, dengan mengatakan bahwa ia memang menggunakan kata "negro" saat bertengkar dengan Evra di lapangan.
Yang tidak diperhitungkan sidang disiplin FA adalah bahwa Suarez dan Evra berdebat dalam bahasa Spanyol, dan kata "negro" yang digunakan adalah kata umum yang merujuk pada warna "hitam" tanpa kandungan rasis, tidak seperti kata "nigger" dalam bahasa Inggris yang peyoratif.
Pembelaannya tak digubris dan cap sebagai "rasis" terus melekat padanya.
Penebusan
Tetapi semua kebodohan itu terbayar lunas dengan penampilannya di lapangan.
Semusim setelah skandal rasisme, pada musim 2012/2013, ia mengamuk di Premier League dan mencetak 23 gol, terpaut 3 gol dari pencetak gol musim itu, Robin van Persie. Di musim 2013/2014, ia menjadi pencetak gol terbanyak di Inggris dengan 31 gol. Setahun kemudian, ia pindah ke Barcelona, yang selalu menjadi impian para pemain Amerika Latin.
Di ajang Piala Dunia 2010, berkat "kebodohan"/"kecerdasan/kecurangannya"-nya meninju bola yang hampir gol, Uruguay berhasil memaksakan adu penalti lalu menang atas Ghana dan lolos ke semifinal meskipun harus takluk kepada Belanda. Perlu dicatat: dalam laga vs Belanda itu, Suarez tidak boleh bermain lantaran dikartu merah langsung setelah meninju bola Ghana dengan sengaja.
Di Piala Dunia 2014, setelah insiden menggigit Chiellini, Suarez tak masuk di susunan pemain Uruguay melawan Kolombia di babak 16 besar sehingga negara Amerika Selatan itu kalah 2-0.
Cemerlang di Rusia 2018
Penampilannya di Piala Dunia Afrika Selatan 2010 akan selalu diingat bukan hanya lantaran handball saat melawan Ghana, melainkan juga mentalitasnya di atas lapangan yang selalu ingin memenangi pertandingan dengan segala cara. Bukan tidak mungkin kejadian serupa terulang lagi di Piala Dunia 2018.
Tetapi, hingga menjelang babak 8 besar atau perempat final, Suarez masih bersih. Ia sama sekali belum pernah dijatuhi hukuman kartu -- dan belum menggigit siapa pun. Walaupun tensi tinggi dan ada beberapa kejadian yang dapat dipertanyakan saat lawan Portugal, tidak ada yang bisa mengusirnya dari Piala Dunia 2018 Rusia kecuali kekalahan -- dan Uruguay belum pernah sekalipun kalah selama Suarez masuk dalam susunan pemain Uruguay sebagai starter.
Bahkan, sejauh ini, Luis Suarez di Rusia sinonim dengan sisi lain seorang Suarez yang lebih positif: kehebatannya sebagai seorang pesepak bola -- ia sudah mencetak 2 gol. Kerja samanya dengan Cavani juga harmonis. Laga lawan Portugal belum mencapai hitungan delapan menit ketika Cavani melakukan pergerakan di sisi kanan dalam Uruguay dengan mengirim umpan jauh ke kiri. Di sana, Suarez menerima bola dengan sempurna, mengecoh Ricardo Pereira, lalu mengirim umpan terukur ke tiang jauh.
Bola sedikit mengenai wajah Cavani tetap berhasil mengecoh Rui Patricio. Gol itu memberikan keunggulan cepat bagi Uruguay di babak 16 besar dan membangkitkan harapan banyak orang. Kendati Uruguay kemudian kebobolan di babak kedua melalui Pepe, Cavani sekali lagi mengembalikan keunggulan Uruguay sehingga lolos untuk menghadapi Prancis di perempat final.
Luis Suarez, karena belum menggigit siapa pun dan belum terkena kartu sedikit pun, akan menemani Edinson Cavani -- jika bisa bugar tepat waktu -- nanti malam pukul 21.00 di perempat final melawan Prancis, yang juga punya bintang sedang bersinar cemerlang: Kylian Mbappe.
Editor: An Ismanto