Menuju konten utama

Luhut: Bencana Gunung Agung Bisa Jadi Objek Wisata Akhir Tahun

Menurut Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, wisatawan tak perlu membatalkan rencana liburan akhir tahun ke Bali, karena kondisi di sana aman.

Luhut: Bencana Gunung Agung Bisa Jadi Objek Wisata Akhir Tahun
Asap disertai abu vulkanis keluar dari kawah Gunung Agung yang masih berstatus awas, terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (9/12/2017). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana.

tirto.id -

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memandang letusan Gunung Agung di Bali dapat menjadi objek pariwisata baru bagi turis asing maupun lokal. Menurutnya, wisatawan tak perlu membatalkan rencana liburan akhir tahun ke Bali, karena kondisi di sana aman.

"Hasil paparan vulkanologi, status Gunung Agung tetap di 'awas' tapi hanya pada radius 10 kilometer paling jauh. Sisanya, seluruh Bali itu normal dan itu diperkuat oleh ramalan cuaca kalaupun ada ledakan kecil arah angin cenderung ke timur, sehingga lapangan terbang aman," kata Luhut usai menggelar Rapat Evaluasi Gunung Agung di kantornya, Jumat (15/12/2017).

Luhut menjamin semua aktivitas di Pulau Dewata berjalan normal meski Gunung Agung masih erupsi. Ia berkata, zona bahaya akibat letusan gunung di sana hanya berjarak 10 kilometer dari puncak.

Pemerintah juga disebutnya telah membuat simulasi memperhitungkan dampak letusan Gunung Agung dalam beberapa skala. Simulasi dampak ledakan dibuat mulai skala 2,5 hingga 20 juta meter kubik lahar.

"Simulasi itu tetap menghasilkan bahwa daerah pariwisata di luar target masih dalam status normal. Malah dari jauh jadi bahan objek wisata, orang melihat ada api bisa lihat dari jauh, honeymoon," tutur Luhut.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) itu juga menjamin tak ada pemindahan lokasi pertemuan International Monetary Fund (IMF)-World Bank dari Bali tahun depan. Dengan prediksi keamanan yang sudah dibuat, pemerintah disebutnya tak melihat alasan untuk memindahkan lokasi acara tersebut.

"Tidak ada alasan bagi kami pindahkan (acara) IMF-World Bank dengan kondisi seperti ini. Semua anggota PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) memberi dukungan penuh untuk mendukung wisatawan di Bali," katanya.

Pemerintah telah menargetkan dapat dana sebesar US$115 juta atau sekitar Rp1,5 triliun dari pertemuan IMF-World Bank. Angka itu didapat setelah ada perhitungan pengeluaran peserta kongres yang mencapai sekitar 15 ribu orang.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati berkata, prediksi arah angin di Bali hingga Februari 2018 bertiup ke arah timur. Hembusan angin sesuai prediksi itu dapat membawa materi vulkanik Gunung Agung menjauh dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.

"Pada lapisan 500 mb atau sekitar 1.500 meter itu masih ke timur. Curah hujan bisa mencapai 300 mm yang artinya hujan masih berada di atas ketinggian abu, sehingga bisa mencuci udara apabila terjadi abu," kata Dwikorita.

Arah angin di Bali diprediksi berubah ke arah barat daya pada Maret 2018. Dwikorita berkata, lembaganya akan terus memantau potensi perubahan arah angin itu.

Baca juga artikel terkait GUNUNG AGUNG BALI atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Maya Saputri