Menuju konten utama

LPS & UAI Kolaborasi Guna Persempit Gap Pendidikan dan Industri

Melalui Kelas Tirto, Universitas Al Azhar Indonesia menyebut adanya kesadaran atas gap antara industri dan pendidikan.

LPS & UAI Kolaborasi Guna Persempit Gap Pendidikan dan Industri
Kolaborasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Tirto.id dalam Kelas Tirto: Gen Z and The Future of Media di Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Rabu (30/10). tirto.id/Yohanes

tirto.id - Menyadari berbagai tantangan yang hadir dalam kemajuan industri, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berkolaborasi dengan Tirto.id untuk menggelar Kelas Tirto bertajuk “Gen Z and The Future of Media” di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Jakarta, Rabu (30/10).

Workshop ini merupakan upaya aktif LPS dalam mendekatkan diri kepada masyarakat, mahasiswa, terutama gen Z,” ujar Jimmy Ardianto, Sekretaris LPS pada Rabu.

Jimmy menambahkan, LPS sebagai lembaga independen yang tergabung komite pengawasan keuangan berkomitmen dalam adaptasi dan pembaharuan. Ini diwujudkan melalui kolaborasi yang dimulai pelaksanaannya di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI).

Pihak Universitas Al Azhar Indonesia menyambut inisiatif LPS dengan penuh dukungan yang disampaikan oleh Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Yoedo Shambodo.

“Kami sadar betul bahwa apa yang kami diskusikan, kami pelajari di kelas, punya gap di industri. Maka, salah satu solusi yang kemudian bisa kita lakukan adalah kita berdekatan dengan industri,” ungkap Yoedo.

Kesadaran akan gap ini mendorong Universitas UAI untuk mempererat kedekatan dengan industri, melalui Kelas Tirto yang menyajikan sesi diskusi panelis bersama praktisi industri dan workshop jurnalisme data.

Lebih lanjut, Yeodo mendorong seluruh mahasiswa FISIP UAI, terlepas dari peminatan jurusan yang ditujukan untuk tertentu, agar belajar bersama.

“Kebetulan, yang terlihat pada hari ini adalah teman-teman dari PR (public relations), advertising, dan media, tapi sekarang ini rasanya akan membahas bagaimana data itu harus ditampilkan? Rasanya, bukan hanya teman-teman media yang harus punya kemampuan itu hari ini, di mana informasi juga harus disampaikan secara cepat dan akurat,” tambahnya.

Sebelum mengangkat pembahasan jurnalisme data, Kelas Tirto menghadirkan dua ilustrator untuk berdiskusi terkait industri ini. Co-founder Studio Mune, Rizki Katamsi, dan Nadya Noor membagikan cerita kariernya untuk memotivasi para mahasiswa yang tertarik dengan bidang ini.

Marketing dan komersial diperlukan oleh banyak sektor, apa lagi ilustrasi maupun animasi itu lebih dihargai. Jadi, orang-orang tertarik untuk melihat lebih lama,” tutur Nadya.

Untuk bisa memasuki industri ini, Nadya menyebut ilustrator perlu membangun brand image yang bisa dilakukan dengan membawakan isu untuk memunculkan value dalam karyanya.

Skill tentu aja menggambar. Itu tentu aja bisa. Aku percaya semua orang bisa menggambar. Untuk menonjol, kamu tuh punya suara. Kamu tuh punya yang ingin disampaikan,” imbuhnya.

Menambahkan Nadya, Rizki berpesan agar mahasiswa berkreasi sampai menemukan gayanya sendiri.

“Coba dulu aja apa yang kalian suka. Selama kalian mencoba beberapa banyak referensi, kalian coba meniru pun enggak ada masalah yang penting itu tidak dipakai untuk komersialisasi kerja, selama sifatnya untuk proses belajar. Makanya, berulang belajar, mencoba hal-hal baru, input sampai akhirnya menemukan ‘oh ini gayaku’,” jelasnya.

Selanjutnya, agenda Kelas Tirto diikuti dengan sesi workshop jurnalisme data yang disampaikan periset Tirto.id, Alfitra Akbar. Melalui sesi ini, periset berbagi rahasia dari balik layar dalam menyaring data jurnalistik.

“Yang sangat spesial dari Kelas Tirto dan LPS merupakan berbagi ilmunya, sharing knowledge, tentang apa yang sehari-hari kita hadapi,” tambah Yoedo Shambodo terkait workshop jurnalisme data.

(INFO KINI)

Penulis: Tim Media Servis