tirto.id - Pencarian korban longsor Nganjuk masih dilakukan secara manual, karena medan yang sulit. Hal ini dikatakan Deputi bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulagan Bencana (BNPB) Tri Budiarto. Medan yang sempit menjadi kendala yang harus dihadapi tim pencari. Selain sempit, akses masuk ke lokasi bencana sulit, karena berada di wilayah perbukitan, dan ada indikasi rekahan.
"Belum gunakan alat berat, dan ada indikasi jalur rekahan juga, sehingga keselamatan juga lebih penting daripada upaya untuk mencari. Siapa yang membantu, kami pastikan yang bersangkutan pasti selamat," ucap Tri di lokasi bencana, Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Senin (10/4/2017).
Tri menambahkan, pencarian korban sempat terhenti sementara pada hari kedua, karena terbentuknya danau akibat terbendungnya sungai karena longsor, serta ada indikasi terbentuknya rekahan. Dalam upaya pencarian, lanjut Tri, ia juga selalu koordinasi dengan BMKG. Jika suasana tidak memungkinkan, misalnya, mendung, pencarian korban tertimbun akan dihentikan.
Tim juga sempat berdialog mencari solusi terbaik pencarian korban dan diputuskan fokus pada satu titik tersebut, dengan jumlah personel yang cukup minim saat turun ke bawah. Hal itu sebagai upaya mengantisipasi medan yang sulit.
"Nanti akan kami coba dengan tim kecil yang profesional fokus pada satu korban, tidak lima korban sekaligus, karena saksi mata menunjukkan bahwa ayahnya berada di situ, sehingga memudahkan pencarian," katanya.
Proses pencarian korban tertimbun, lanjut dia, akan dilakukan selama14 hari. Jika sebelum 14 hari seluruh korban sudah ditemukan, pencarian secara otomatis berhenti. Namun, jika hingga 14 hari belum ditemukan, akan dikoordinasikan lagi untuk perpanjangan tanggap darurat atau berhenti.
Musibah tanah longsor terjadi di Dusun Dolopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, tepatnya di areal Gunung Wilis dengan ketinggian sekitar 10 meter, pada Minggu (9/4/2017). Longsor terjadi dengan luas sekitar 3 hektare lahan, sementara secara keseluruhan yang rawan ada sekitar 7 hektare. Lokasi itu mayoritas ditanami cengkih serta mangga.
Dalam musibah tersebut, lima warga dilaporkan tertimbun. Mereka adalah Paidi (55), warga Dusun Njati, Desa Blongko, Kecamatan Ngetos, Kodri (15), Doni (23), Dwi (17), dan Bayu (14), yang semuanya warga Dusun Sumber Bendo, desa setempat.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra