tirto.id - Ambil, baca, dan letakkan kembali!
Seperti itulah petunjuk yang dicantumkan pada kotak buku bacaan yang ada di Taman Kota Klaten, Jawa Tengah. Lemari kecil berisi tumpukan buku tersebut diberi nama Sangkar Buku. Inisiatornya adalah komunitas Buku Berkaki yang bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kota Klaten.
“Sangkar Buku merupakan program eksperimen dalam rangka ulang tahun Buku Berkaki ke-5 saat itu, dibuat sekitar akhir tahun 2016, ” ujar Yulaika Widhiastuti, salah satu pengurus Buku Berkaki.
Yulaika menambahkan bahwa Sangkar Buku terinspirasi dari Little Free Library (LFL®), sebuah gerakan menyebarkan buku bacaan di ruang publik yang ada di Amerika Serikat. Little Free Library kini memiliki lebih dari 150.000 perpustakaan mini yang tersebar di 120 negara.
Saat itu, keberadaan Sangkar Buku disambut antusias beberapa pegiat literasi di Klaten. Pengunjung seperti Mia Yuniati, misalnya, memanfaatkan keberadaan perpustakaan mini tersebut sembari memomong anak di taman.
Sayangnya, keberadaan Sangkar Buku tidak bertahan lama. Beberapa bukunya raib dan hanya meninggalkan sangkarnya saja.
Hadir untuk Mengenang Ibu
Little Free Library merupakan gerakan sosial yang dimulai pada 2009 di Amerika Serikat oleh Todd Bol dan Rick Brooks. Konsepnya adalah masyarakat setempat membangun kotak kecil di depan rumah atau di tempat umum yang berisi buku-buku gratis untuk dibaca dan dibagikan.
Todd Bol mendirikan Little Free Library sebagai cara untuk mengenang ibunya, seorang guru sekaligus pencinta buku. Tak lama setelah ibunya wafat pada 2009, dia ingin membuat sesuatu untuk menghormati ibunya.
Todd awalnya terinspirasi dari seekor anjing atau kucing yang disapa oleh orang tak dikenal di sebuah ruangan. Inspirasi ini yang menjadikan desain kotak buku juga harus dibuat semenarik mungkin.
“Saya meletakkan perpustakaan saya dan memperhatikan tetangga saya berbicara dengannya seperti anak anjing kecil. Dan saya menyadari ada semacam keajaiban tentang itu,” ujarnya kepada Harrison Smith dari Washington Post.
Todd juga ingin mempromosikan dunia literasi dan memberikan akses buku bacaan gratis bagi semua orang. Karena itulah, Little Free Library dibangun. Selain itu, Little Free Library juga ingin menjangkau mereka yang tinggal di daerah yang kurang dilayani oleh perpustakaan atau toko buku.
Todd Bol kemudian berkolaborasi dengan Rick Brooks untuk membangun dan mempromosikan kotak buku kecil di depan rumah mereka. Awalnya, mereka hanya membuat beberapa kotak buku kecil di kota mereka di Wisconsin, Amerika Serikat.
Kotak tersebut kemudian diberi tengara “Buku Gratis”. Ya, peminjam dapat mengembalikannya atau menukarnya dengan buku yang lain.
Ide mereka lantas dengan cepat menyebar melalui siaran radio lokal. Banyak orang kemudian tertarik untuk membangun kotak buku kecil semacam itu di halaman rumah mereka sendiri. Ketertarikan itu juga timbul di luar AS.
Little Free Library kemudian dipatenkan menjadi merk dagang pada 21 Februari 2012 dan terdaftar di Kantor Paten dan Merek Dagang AS pada 29 Oktober 2013, termasuk frasa variannya “Little Library” atau singkatannya “LFL®”.
Tob Bol dan Rick Brooks kemudian membentuknya menjadi organisasi nirlaba dan mulai mempekerjakan beberapa mantan narapidana sebagai tukang pembuat kotak buku yang dijual melalui website mereka.
Meskipun tidak ada acuan baku bagaimana penampilan kotak buku, mereka menjual hak patennya seharga $40 pada siapapun yang ingin berafiliasi dan menggunakan nama Little Free Library.
“Kami tidak memiliki aturan tentang tampilan perpustakaan Anda. Namun, pemerintah kota Anda atau asosiasi pemilik rumah mungkin memiliki peraturan. Pastikan Anda memiliki izin sebelum menginstal perpustakaan Anda,” demikian panduan yang terlampir dalam halaman webnya.
Selain mendapatkan piagam dan nomor seri perpustakaan, pembeli hak paten juga akan terdaftar dalam peta jaringan yang ditampilkan di situs web Little Free Library. Dengan begitu, masyarakat juga dapat mengecek keberadaan perpustakaan Little Free Library yang ada di dekat rumahnya.
Little Free Library sekarang telah menjadi gerakan global yang mencakup ribuan kotak buku kecil yang tersebar di berbagai belahan dunia, seperti Argentina, Bermuda, Cina, Denmark, Mesir, Prancis, Ghana, Haiti, Irak, Jepang, Kyrgyzstan, Laos, Meksiko, Belanda, Oman, Portugal, Qatar, Rusia, Selatan Afrika, Taiwan, Inggris, Venezuela, dan Zambia.
Ambil Sebuah Buku, Tinggalkan Sebuah Buku
Little Free Library memiliki alur yang cukup sederhana: seseorang membangun kotak kecil, menaruh beberapa buku di dalamnya, dan menempatkannya di depan rumah mereka atau di tempat umum. Orang-orang dapat datang, mengambil buku yang mereka minati, dan meninggalkan buku-buku yang sudah selesai mereka baca agar dapat dibagikan dengan orang lain.
Jenis buku yang tersedia di Little Free Library bervariasi, tergantung pada perpustakaan tertentu dan komunitas tempat perpustakaan itu berada. Little Free Library beroperasi dengan prinsip "Take a book, return a book (ambil sebuah buku, tinggalkan sebuah buku)" sehingga isi perpustakaan terus-menerus berotasi dengan ragam buku bacaan baru.
Buku-buku yang tersedia dapat mencakup fiksi dan nonfiksi untuk semua kelompok usia. Little Free Library juga memiliki beberapa program yang menarik. Salah satunya adalah Impact Library Program yang menyediakan Little Free Library tanpa biaya untuk komunitas di mana buku sulit ditemukan.
Program ini bertujuan untuk memperkuat ikatan komunitas, menginspirasi pembaca, memperluas akses buku, mempengaruhi hasil literasi secara positif, dan membuat Little Free Library tersedia di daerah yang sangat membutuhkan.
Siapapun dapat mendaftar menjadi penerima Impact Library Program dengan mengisi formulir aplikasi di situs web Little Free Library. Aplikasi lantas ditinjau setiap bulannya.
Penerima Impact Library lantas diminta untuk memelihara perpustakaan dan mengisinya dengan buku selama setidaknya satu tahun. Ia juga diminta mengadakan satu atau lebih kegiatan komunitas pada tahun pertama, mengirimkan foto dan cerita tentang dampak perpustakaan setelah pemasangan, menanggapi komunikasi tindak lanjut dari Little Free Library, dan menanggapi permintaan media cetak, siaran, dan media daring ketika dihubungi.
Mereka juga memiliki program bernama Indigenous Library Program yang bekerja sama dengan pemimpin komunitas pribumi di AS dan Kanada untuk menempatkan Little Free Library di tanah-tanah adat. Program ini dimulai dengan Native Library Initiative yang bekerja sama dengan pemimpin dan anggota masyarakat adat untuk menempatkan kotak perpustakaan kecil di lokasi yang mudah diakses dan dibutuhkan oleh komunitas.
Selain itu, mereka juga memiliki program Read in Color yang mendistribusikan buku yang memberikan perspektif tentang rasisme dan keadilan sosial, serta menggabungkan pengalaman dari semua identitas untuk semua golongan pembaca.
Little Free Library telah mendapatkan berbagai penghargaan, termasuk: Library Journal’s Movers and Shakers Award (2013), National Book Foundation’s Innovations in Reading Prize (2013), dan Library of Congress Best Practices Award (2015).
Little Free Library juga mendapat pujian dari pustakawan dan pembawa acara seperti Nancy Pearl dan Whoopi Goldberg.
Dampak Positif Lingkungan Sekitar
Pada 2018, Sharalee Armitage Howard, seorang pustakawan di Idaho, mengubah pohon kapuk berusia 110 tahun yang baru ditebang menjadi perpustakaan gratis yang menakjubkan. Lokasi pohon tersebut tepat di halaman rumahnya.
Alih-alih digali dan dihancurkan, Sharalee berpikir untuk menjadikannya tempat yang sempurna bagi apa yang disebutnya “The Little Free (Tree) Library”.
Fenomena Little Free Library telah menyebar di seluruh kota di Amerika Serikat dan Kanada, dan terus berkembang di negara-negara lain. Di AS, perpustakaan umum bahkan terintegrasi dengan Little Free Library dan dikelola dengan cara yang unik.
Misalnya Perpustakaan Umum Northbrook di Illinois yang menjadikan dua Little Free Library sebagai bagian dari tantangan membaca musim panas. Pengunjung dapat mencari token di kotak pertukaran buku yang akan memasukkan mereka ke dalam undian untuk memenangkan hadiah.
Ada pula Perpustakaan Umum Houston yang memasang 50 Little Free Library di depan tempat pangkas rambut di daerah berpenghasilan rendah sebagai bagian dari program Groomed for Literacy. Individu yang mendaftar di kelas pengembangan tenaga kerja kabupaten dapat ikut serta dalam menghiasi kotak pertukaran buku ini.
Langkah unik juga dilakukan Perpustakaan Umum Long Beach di New York yang telah memasang empat Little Free Library di sepanjang trotoar pantai kota untuk mendorong pengunjung pantai memilih buku untuk dibaca sambil menikmati pasir dan ombak.
Integrasi seperti ini memungkinkan perpustakaan umum untuk memperluas cakupan dan dampak mereka di komunitas. Itu sekaligus meningkatkan partisipasi dan apresiasi terhadap kegemaran membaca di semua kelompok usia dan latar belakang.
Sebuah studi kasus di Madison, Wisconsin, dan Santa Ana, California, kemudian menggali lebih dalam mengenai fenomena Little Free Library ini. Hasil analisis menunjukkan temuan beberapa hal penting yang berkaitan dengan teori perkotaan dan upaya mencapai keadilan sosial di masyarakat.
Menurut studi tersebut, Little Free Library telah berhasil menggugah partisipasi masyarakat yang tinggi dalam membangun, mengelola, dan memelihara perpustakaan mini. Hal ini sesuai dengan prinsip mikro-urbanis yang mendorong pelibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan pembangunan kota.
Little Free Library juga telah meningkatkan akses masyarakat terhadap buku, terutama untuk mereka yang tinggal di daerah dengan akses yang terbatas ke perpustakaan umum atau toko buku.
Masih menurut studi tersebut, beberapa Little Free Library juga tersedia dalam berbagai bahasa, yang mencerminkan keberagaman budaya dan etnis di wilayah tersebut sehingga menjadi jembatan dalam mengatasi kesenjangan sosial dan budaya.
Kesimpulan lainnya menyebutkan bahwa Little Free Library telah menjadi daya tarik baru yang mampu menghidupkan area publik dan menciptakan pertemuan antar anggota masyarakat yang sebelumnya jarang berinteraksi.
Di Indonesia, selain apa yang dilakukan oleh komunitas Buku Berkaki, dua desa di Jawa Tengah juga telah membangun perpustakaan mini gratis yang terinspirasi dari Little Free Library.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Fadrik Aziz Firdausi