tirto.id - Produsen pesawat AS, Boeing mengakui sistem peringatan keselamatan dalam pesawat 737 Max 8 tak berfungsi. Melalui penjelasan itu, Boeing juga memastikan bahwa persoalan sistem peringatan itu juga menjadi penyebab kecelakaan yang menimpa pesawat yang dioperasikan Lion Air dan Ethiopian Air.
Pengamat penerbangan, Alvin Lie menilai pengakuan itu menjadi bukti bahwa Lion Air tak harus memiliki sikap berseberangan dengan keluarga korban mengenai gugatan kepada Boeing.
Sebaliknya, Alvin mengatakan Lion Air dapat mempertimbangkan untuk membantu atau bersama-sama ahli waris menggugat Boeing atas kerugian yang ditimbulkan bagi perusahaannya.
“Semakin terang bahwa banyak kelalaian dari Boeing. Lion Air seyogyanya membantu ahli waris atau bersama-sama menggugat Boeing,” ucap Alvin saat dihubungi reporter Tirto pada Selasa (7/5/2019).
“Kalau gini Lion lebih sebagai korban dari masalah ini [penggunaan pesawat 737 Max 8],” tambah Alvin.
Alvin mengatakan pertimbangan Lion Air dapat merujuk pada dirinya sebagai pembeli dan pengguna pesawat itu. Namun, saat dioperasikan, pesawat justru tak berfungsi sebagaimana mestinya bahkan menimbulkan kecelakaan.
Lebih lanjutnya, saat ini Lion Air juga menjadi pihak yang harus membayar ganti rugi kepada korban melalui perusahaan asuransi yang bekerja sama dengannya. Kerugian lain juga akan menyusul terkait nasib sepuluh 737 Max 8 yang saat ini masih berada di tangan Lion Air, tetapi tak dapat digunakan untuk operasional penerbangan.
“Iya Lion Air sangat dirugikan. Nama baiknya kan sempat tercemar. Lion Air juga harus membayar ganti rugi korban,” ucap Alvin
“Lalu 10 pesawat itu gak bisa digunakan lagi. Sulit memulihkan kepercayaan masyarakat,” tambah Alvin.
Selain itu, Alvin juga mengingatkan bahwa bukti baru pengakuan Boeing ini juga menguatkan bahwa release and discharge (R&D) yang saat ini masih menghambat pencairan ganti rugi juga semakin tak relevan. Karena itu, Alvin berharap Lion Air dapat meninggalkan ketentuan itu dan segera mencairkan ganti rugi ahli waris.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri