tirto.id - Lima dari 22 unit sirine peringatan tsunami Sumatera Barat rusak. Sirine tersebut tidak bisa digunakan untuk memperingatkan masyarakat di pesisir pantai jika terjadi bencana tsunami.
"Pascagempa Palu, kami periksa ulang semua sirine. Dari 22 unit ada lima yang rusak. Tetapi sekarang sudah dalam proses perbaikan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat Erman Rahman dihubungi dari Padang, Jumat (4/10/2018).
Lima sirine yang rusak itu berada di sepanjang pantai Padang, termasuk Tabing. Erman mengatakan BPBD sedang mendata peralatan pendukung sistem peringatan dini yang rusak dan akan segera memperbaikinya.
"Secepatnya. Paling lambat akhir tahun ini semua peralatan siap digunakan kembali," katanya.
Pemerintah memasang sirine tsunami untuk mengantisipasi dampak bencana dan menyampaikan peringatan segera kepada warga guna menekan jumlah korban dan kerugian akibat bencana.
Jika gempa besar terjadi dan air laut terdeteksi surut, sirine akan otomatis berbunyi untuk memperingatkan warga supaya segera meninggalkan pesisir pantai dan mencari tempat yang lebih tinggi untuk berlindung dari terjangan tsunami.
Satu kali setahun, sirine itu dibunyikan dalam simulasi tanggap bencana yang melibatkan seluruh warga, termasuk anak-anak sekolah.
Erman mengimbau warga meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko bencana, serta mempelajari cara evakuasi mandiri saat gempa atau bencana lain terjadi.
"Jangan menunggu peringatan dari pihak manapun. Kalau gempanya terasa keras, langsung evakuasi mandiri ke daerah yang masuk zona hijau. Atau cari bangunan terdekat yang berfungsi sebagai shelter," katanya.
Sumatera Barat termasuk wilayah rawan bencana, berisiko menghadapi ancaman bencana seperti gempa, tsunami, letusan gunung api, hingga angin puting beliung.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra