tirto.id - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Kartika Wirjoatmodjo, optimistis kondisi likuiditas tahun 2019 akan berangsur membaik setelah pada 2018 mengetat.
Pengetatan itu terjadi lantaran ekspansifnya kredit yang disalurkan sementara pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) turun cukup signifikan.
"Memang kalau melihat data OJK, DPK valas mengalami penurunan cukup signifikan. Dari bulan ke bulan selama portofolio outflow itu mengalami perubahan negatif," ujarnya dalam konferensi pers di Plasa Mandiri, Jakarta Selatan, Senin (7/1/2019).
Optimisme bahwa likuiditas bakal membaik, kata Kartika, muncul lantaran di hari pertama perdagangan bursa efek rupiah mengalami tren penguatan dan dana valas mulai masuk.
"2019 kami yakini portfolio inflows terjadi. Hari ini penguatan rupiah, inflow di ekuitas 2-3 hari pertama perdagangan saham, akan ada tren reversal (pembalikan dana) dari DPK valas," kata Kartika.
Meski demikian, Direktur Keuangan Bank Mandiri Pandji Irawan menyampaikan, tetap mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito serta pendanaan non-konvensional.
"Kita masuk untuk dapat terbitkan dolar AS funding, obligasi NCD, bilateral loan 1 miliar sampai 2 miliar dolar AS. Itu sudah masuk business plan untuk dukung ekspansi kami kalau nantinya kredit valuta asing besar," sebut Panji.
Selain itu, dalam denominasi rupiah, kata Panji, Bank Mandiri masih punya ruang untuk pendanaan non-konvensional seperti MTN, bilateral loan, atau repo sejumlah Rp10 triliun.
"Jadi kombinasi ini total keluarkan Rp40 triliun untuk 2019 saja. Tahun ini pertumbuhan DPK 10 persen," imbuhnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali