Menuju konten utama

Likuiditas Bank Ketat, BI Suntik Dana Rp120 triliun

Otoritas Jasa Keuangan menilai kondisi likuidita perbankan yang ketat hanya berlangsung sementara. Hal ini akibat bank agresif, sementara minim penggalangan dana pihak ketiga.

Likuiditas Bank Ketat, BI Suntik Dana Rp120 triliun
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan./aww.

tirto.id - Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan, kondisi likuiditas perbankan saat ini masih cukup aman. Oleh karena itu, menurut dia, isu pengetatan likuiditas hanya bersifat temporer.

Memang, beberapa bank memiliki masalah terhadap likuiditas, namun hal tersebut jumlahnya sedikit. Sebab, OJK selalu mengukur dana perbankan yang masih tersimpan di Bank Indonesia (BI).

"(Bank berlikuiditas ketat) jumlahnya tidak banyak. Kalau struktur perbankannya salah, jangan salahkan likuiditas," ujar Wimboh di Hotel Westin, Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2019).

Menurut Wimboh, masalah likuiditas dialami perbankan lantaran kenaikan suku bunga yang tak diiringi tingginya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sebaliknya, penyaluran kredit tumbuh cukup agresif untuk membiayai sektor riil.

Terkait hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, Bank Indonesia telah menyuntikkan likuiditas ke pasar hingga Rp120 triliun.

Ia bahkan meminta agar perbankan menambahkan dana jika merasa likuiditas di pasar kembali mengetat.

"Perbankan tidak perlu menaikkan suku bunga. Itu konteks likuiditas kita jaga cukup, kalau kurang bilang saya. Kita pastikan likuiditas lebih dari cukup," ujar dia di Hotel Westin, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019).

Suntikan likuiditas tersebut dilakukan agar perbankan tak perlu menaikkan suku bunga instrumen funding hanya untuk menjaring likuiditas.

"Kami sampaikan pada Desember kemarin kita tambah, injeksi likuiditas Rp120 triliun dan Januari di tambah Rp75 triliun, bulan ini juga ditambah. Jadi kami ingin pastikan bahwa likuiditas lebih dari cukup," imbuh Perry.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali