tirto.id - Pertamina EP mencatat realisasi produksi siap jual (lifting) minyak selama tahun 2019 hanya tercapai 82.719 barel minyak per hari atau barrel oil per day (BOPD).
Capaian tersebut berada di bawah target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebanyak 82.500 BOPD dan target APBN 85.000 BOPD.
“Target untuk minyak 99,6 persen dari RKAP sedikit lagi. Saya sampaikan ada beberapa alasan,” ucap Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi VII di DPR RI, Senin (20/1/2020).
Selain minyak realisasi lifting gas Pertamina EP juga di bawah target.
Selama 2019 hanya menyentuh 752 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari. Nilai ini hanya 96 persen dari target RKAP dan 92,5 persen dari APBN.
Penyebabnya, kata Nanang, lantaran sumur-sumur yang dikelola Pertamina EP sudah berusia di atas 40-50 tahun. Rata-rata kandungan airnya bahkan di atas 90 persen, sementara minyaknya hanya 10 persen.
Dengan demikian, lifting menjadi tidak terlalu bisa dilakukan lantaran factor ekonomis. Bahkan ada beberapa sumur yang terpaksa ditutup.
“Bagi kami adalah production facility sudah banyak yang mature sehingga reliabilitasnya di bawah 100%. Kami struggle sepanjang 2019, beberapa unplanned shutdown menjadi isu kami,” ucap Nanang.
Di samping itu, reserve to production ratio (RTP) Pertamina EP juga menyentuh 9,7 tahun untuk minyak dan 7,8 tahun untuk gas. Menurutnya hal ini bukan angka yang menggembirakan bagi perusahaan.
“Di sini menunjukan nilianya terlalu pendek untuk ukuran perusahaan,” ucap Nanang.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana