tirto.id - Jelang alih kelola Blok Rokan ke Pertamina, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), sudah menghentikan pengeboran minyak sejak tahun 2019.
PT CPI menilai pengeboran sumur dinilai tak lagi menguntungkan lantaran kontrak mereka akan habis pada tahun 2021.
“Kami tidak melakukan pengeboran. Waktu pengembalian investasi tidak cukup,” ucap Presiden Direktur PT CPI Albert Simanjuntak dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi VII di DPR RI, Senin (20/1/2020).
Albert menjelaskan perusahaannya telah mengelola blok Rokan sekitar 50 tahun sampai hari ini.
Selama masa itu, sudah ada 100 lapangan minyak dan gas di Blok Rokan, dan CPI masih mengoperasikan sekitar 89 lapangan.
Absennya pengeboran diperkirakan akan menurunkan produksi siap jual (lifting) blok Rokan.
Pada tahun 2019 target dalam work plan and budget (WP&B) sebanyak 185.300 barel per hari (bph).
Per tahun 2020, target lifing yang dipatok sedikit lebih rendah yaitu di kisaran 161.000 bph.
Kendati demikian, Albert memastikan perusahaannya akan berupaya menahan laju penurunan itu. Saat ini PT CPI telah menerapkan teknologi untuk mengidentifikasi kandidat sumur yang layak diupayakan guna meminimalisir penurunan produksi.
Lalu ada juga upaya injeksi air terpola agar sampai ada kesepakatan transisi operasi rokan tak menurun tajam.
Di samping itu, ia juga menambahkan sudah ada penggantian pipa berusia 30-40 tahun oleh Pertamina untuk menjaga produksi.
Ia bilang saat ini produksi Rokan memang berangsur menurun tetapi masih dapat dijaga agar lebih tinggi dari WP&B.
Per 2019 saja realisasi menyentuh 190 ribu bph. Per 16 Januari 2020 saja, produksi mereka masih di angka 185 ribu bph yang masih diatas WP&B 2020.
“Sudah ada upaya-upaya agar produksi blok Rokan tidak menurun tajam
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana