Menuju konten utama
Emanuel, Pengusaha Israel:

"Lewat Indonesia, Kami Bisa Mengakses Negara Muslim Lain"

Di Israel, hubungan dagang dengan Indonesia dilakukan secara terbuka. Sebaliknya, Indonesia merahasiakan karena alasan-alasan politik.

Emanuel Shahaf

tirto.id - Hubungan bisnis antara Indonesia dan Israel dimula sejak 1970-an, dan diawali dengan pembelian pesawat tempur lewat sebuah operasi intelijen yang melibatkan Benny Moerdani, kepala intelijen militer Indonesia, dengan perantara Amerika Serikat. Pesawat-pesawat ini, berjumlah 16 unit Skyhawk, dipakai oleh TNI Angkatan Udara dan digunakan salah satunya dalam pendudukan Indonesia di Timor Timur (sekarang Timor Leste).

Hubungan dagang berlanjut tak cuma pada penjualan peralatan dan kendaraan militer, melainkan komoditas unggulan kedua negara. Nilainya, dalam taksiran Emanuel Shahaf, sekitar 500 juta dolar AS per tahun. "80 persennya adalah ekspor Indonesia ke Israel dan sisanya ekspor Israel ke Indonesia," tambahnya.

Hubungan dagang para pengusaha Indonesia-Israel ini berjalan diam-diam mengingat tiada hubungan diplomatik antara kedua negara, sekalipun larangan dagang dengan Israel oleh pemerintah Indonesia sudah dicabut pada 2000. Faktor politik jadi perkara utama di Indonesia.

Isu Israel kerap disandingkan dengan upaya kemerdekaan Palestina, dan relasinya dengan negara-negara Arab di kawasan, yang selalu jadi masalah sensitif bagi mayoritas warga muslim Indonesia. Sebaliknya, Israel bersikap terbuka dan bahkan pengin mendekati Indonesia lewat praktik lobi sejak era Sukarno.

Indonesia, di mata Israel, adalah pangsa pasar yang besar. Selain itu, bila bisa membuka hubungan perdagangan secara resmi dan terbuka, pemerintah Israel bisa mendapatkan jalan masuk ke pasar-pasar lain di negara muslim. Ia mendapatkan dua keuntungan: bisnis dan politik.

Adapun bagi Indonesia, seperti diungkapkan Emanuel, bakal memperoleh lebih banyak investasi dan teknologi, terutama di bidang agrikultur, teknologi ramah lingkungan, teknologi medis, energi, dan pendidikan.

Berikut petikan wawancara antara Arbi Sumandoyo dengan Emanuel Shahaf lewat surel, 10 Januari 2017.

Bagaimana hubungan dagang Israel dan Indonesia?

Hubungan dagang Indonesia dan Israel mencerminkan hubungan politik kedua negara, yang nyaris tidak ada—dibiarkan menganggur dan tidak tumbuh. Padahal, ekonomi dua negara ini bisa saling melengkapi. Israel mempunyai banyak barang yang diperlukan Indonesia dan Indonesia adalah pasar raksasa yang sudah siap menampung investasi. Namun, kurangnya hubungan diplomasi membikin segalanya sukar. Perusahaan-perusahaan dan para investor Israel akhirnya memilih pasar-pasar Asia yang lebih terbuka, antara lain Vietnam, Thailand, Filipina, dan, tentu, Cina. Tetapi terlepas dari banyak aral, Israel mengimpor sebagian besar komoditas dari Indonesia dan mengekspor alat-alat telekomunikasi dan produk-produk teknologi tinggi ke Indonesia.

Bagaimana komunikasi politik kedua negara?

Hubungan Israel dan Indonesia sudah ada sejak keduanya merdeka. Namun, selain pada masa kekuasaan Gus Dur, hubungan itu bersifat rahasia dan serba sementara. Komunikasi ada, tetapi karena kekurangan hubungan diplomasi, kadang terjadi insiden-insiden yang tidak menyenangkan seperti kunjungan terencana Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada Otoritas Palestina yang ditangani secara keliru dan berakhir dengan pembatalan. (Pada Maret 2016, otoritas Israel mengeluarkan larangan masuk kepada rombongan Menlu Retno yang berencana mengunjungi Ramallah di Tepi Barat.)

Dalam catatan Anda, berapa nilai ekspor dan impor kedua negara?

Kami memperkirakan jumlah keseluruhan dari dua arah, sekitar 500 juta dolar Amerika Serikat per tahun. 80 persennya adalah ekspor Indonesia ke Israel dan sisanya ekspor Israel ke Indonesia. Dari 100 juta dolar ekspor Israel ke Indonesia, sekitar 80 juta melewati negara-negara perantara. Yang langsung hanya 20 juta dolar.

Manfaat apa yang bisa didapatkan Indonesia dan Israel dari perdagangan?

Kedua negara akan banyak diuntungkan oleh hubungan dagang yang lebih baik. Indonesia bakal memperoleh lebih banyak investasi dan teknologi Israel, terutama di bidang agrikultur, teknologi ramah lingkungan, teknologi medis, energi, dan pendidikan. Sedangkan Israel akan mendapatkan jalan masuk ke sebuah pasar besar dan, lewat Indonesia, akses kepada pasar-pasar lain di dunia Islam.

Menurut Anda, apakah hubungan dagang ini bisa dilakukan secara terbuka?

Di Israel, hubungan dagang dengan Indonesia tidak dirahasiakan. Para pebisnis tidak mau membicarakan kesepakatan-kesepakatan mereka dengan Indonesia hanya karena mereka takut kesepakatan-kesepakatan itu bubrah begitu diketahui orang banyak di Indonesia. Hubungan dengan Israel dijalankan secara diam-diam supaya tidak menarik perhatian kelompok-kelompok Muslim radikal.

Komoditas apa yang paling diminati oleh Indonesia?

Indonesia meminati produk-produk teknologi komunikasi, teknologi tinggi, peralatan industri, dan sejumlah peralatan yang berhubungan dengan keamanan.

Apakah Indonesia mengimpor alat-alat perang dari Israel?

Setahu saya, belum ada lagi belanja besar alat-alat dan jasa keamanan dari Indonesia sejak rezim Soeharto, pada 1970-80an. Sekarang cuma bisnis kecil-kecilan. Jumlahnya tidak signifikan.

Apakah negara Anda mengetahui hubungan dagang ini?

Bagi Israel itu biasa saja, tetapi Indonesia merahasiakannya karena alasan-alasan politik.

Apa tawaran Israel seandainya Indonesia mau melakukan perdagangan terbuka?

Seandainya Indonesia mengizinkan Israel membuka kamar dagang dan mau berbisnis secara terbuka (seperti Taiwan, ada perdagangan tanpa hubungan diplomatik), pengaruh baiknya untuk ekonomi Indonesia akan cukup besar, terutama di bidang agrikultur. Juga dalam hal investasi dan lain-lain.

Apa yang Anda harapkan dari hubungan dagang Indonesia-Israel?

Sekalipun kedua pemerintahan tak banyak berperan untuk memperkuat hubungan dagang, perdagangan Indonesia dan Israel bakal terus tumbuh. Namun, tentu ia takkan mencapai keadaan terbaiknya (perdagangan bilateral dengan nilai 5 hingga 10 miliar dolar Amerika Serikat) selama hubungan politik kedua negara dibiarkan tidak berkembang.

Baca juga artikel terkait INDONESIA - ISRAEL atau tulisan lainnya dari Dea Anugrah & Arbi Sumandoyo

Reporter: Arbi Sumandoyo
Penulis: Dea Anugrah & Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam