Menuju konten utama

Larangan Penjualan Kopi di Sekolah dan Plus Minus Kafein

Melihat dua sisi efek yang ditimbulkan kafein

Larangan Penjualan Kopi di Sekolah dan Plus Minus Kafein
Ilustrasi minum kopi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Pemerintah Korea Selatan akan menetapkan larangan penjualan kopi di seluruh sekolah dasar dan menengah guna mempromosikan gaya hidup sehat di kalangan siswa serta para pengajar. Rencananya larangan ini mulai berlaku pada 14 September 2018 mendatang.

Kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari berbagai laporan media yang menyebutkan beberapa siswa menderita palpitasi jantung setelah minum kopi. Menurut catatan pihak berwenang, kondisi tersebut memicu pusing, peningkatan detak jantung, gangguan tidur, serta rasa gugup berlebih.

"Revisi ini bertujuan untuk menciptakan kebiasaan makan yang sehat di kalangan anak-anak dan remaja. Kami akan memastikan kopi dilarang di sekolah," demikian keterangan resmi dari pihak Kementerian Pangan dan Obat-Obatan yang dilansir Korea Times, Kamis (30/08/2018).

Berdasarkan undang-undang kesehatan yang ada di Korea saat ini, sebelumnya segala produk yang mengandung kalori, kafein tinggi, atau rendah nutrisi telah dibatasi dan dilarang di sekolah, termasuk produk kopi susu. Hanya saja, karena kopi telah diklasifikasikan sebagai produk untuk orang dewasa, maka diperbolehkan dijual di sekolah untuk dikonsumsi para guru.

Dalam penelitian tahun 2015, seperti tetap dilansir Korea Times, Kementerian Pangan dan Obat-Obatan Korea menyebutkan konsentrasi kafein dalam produk kopi merupakan yang tertinggi yakni mencapai 449,1 miligram. Produk kedua ialah produk susu coklat yang memiliki kandungan kafein 277,5 miligram. Atas hal tersebut, batas konsumsi harian kafein untuk orang dewasa di Korea wajib di bawah 400 miligram, sementara 300 miligram dalam masa hamil, lalu 2,5 miligram untuk anak-anak.

Kopi memang menjadi minuman paling favorit di Korea, terutama di berbagai kota besar. Menurut The Korean Economic Daily, di Seoul saja ada lebih dari 18.000 kedai kopi hingga akhir tahun 2016, melebihi jumlah toserba. Dengan jumlah sebanyak itu, orang Korsel disebut meminum rata-rata 348 cangkir per hari.

Salah satu efek buruk dari kebiasaan mengonsumsi kopi instan adalah meningkatnya obesitas di kalangan siswa. Sekitar 17% siswa sekolah dasar dan menengah di Korea mengalami obesitas pada tahun 2016. Jumlah tersebut, menurut angka pemerintah, naik sekitar 12% dari satu dekade sebelumnya.

Efek Terburuk Mengonsumsi Kafein Berlebihan: Kematian

Pada 2014, untuk melawan keletihan yang melandanya, seorang laki-laki Jepang berusia 20 meminum minuman kafein setiap hari dalam waktu yang lama. Akibatnya, suatu hari ia ditemukan meninggal karena overdosis kafein.

Menurut Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, kasus tersebut baru pertama kali terjadi di Jepang. “Kami belum pernah mendengar tentang keracunan kafein yang fatal,” kata kementerian tersebut seperti dikutip dari Japan Times.

Pada Mei 2017, di Columbia, South Carolina, Amerika Serikat, seorang anak berusia 16 tahun bernama Allen Cripe meninggal di sekolahnya setelah mengonsumsi minuman berkafein tinggi dalam waktu dua jam. Sebagaimana dikutip dari The Guardian, korban diketahui telah mengonsumsi latte dari McDonald's, Mountain Dew, serta minuman energi yang diketahui berkafein tinggi.

Menurut pernyataan sumber dari kantor pemerintahan South Carolina, Richland Country Coroner, Gary Watts, Davis meninggal karena serangan jantung akibat kafein yang menyebabkan aritmia atau gangguan pada detak jantung, sebagaimana yang ia kutip dari dokter yang menangani si korban. Kendati demikian, ia tidak serta merta menganggap konsumsi kafein adalah sesuatu yang mesti dilarang.

"Kami tidak sedang berbicara tentang perlunya pelarangan penggunaan kafein," kata Watts. “Hanya saja, kami percaya orang-orang perlu memperhatikan asupan kafein mereka, seperti yang terhadap alkohol atau rokok.”

Kedua contoh di atas memperlihatkan bahwa kafein dapat menyebabkan kematian jika dikonsumsi intens dalam kurun waktu yang berdekatan. Ketika mengonsumsi kafein, zat tersebut akan diserap masuk ke darah dan jaringan lainnya dalam waktu 45 menit setelah dikonsumsi. Namun, efeknya akan bertahan hingga di atas lima jam.

Dalam kurun waktu (lebih dari) 5 jam tersebut, hanya baru sekitar 50 persen kafein yang dikeluarkan tubuh. Sehingga ketika dalam rentang waktu 1 jam atau 2 jam mengonsumsi beberapa minuman berkafein, maka jumlah kafein dalam tubuh tentu menjadi banyak. Jika jumlah kafein melewati ambang batas yang direkomendasikan, sistem kerja ritme jantung akan menyebabkan masalah, antara lain seperti takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel.

Takikardia merupakan detak jantung yang semakin cepat dan dapat mencapai 180 denyut per menit, padahal umumnya denyut jantung berkisar antara 60-100 denyut per menit. Sementara fibrilasi adalah denyut jantung yang cepat dan tidak beraturan. Terkadang, sebagaimana dikatakan Thomas Sweeney dari Christiana Care Health System yang dilansir Forbes, gangguan pada denyut jantung ini bisa menyebabkan kematian. Terutama setelah mengonsumsi beberapa minuman berkafein dalam rentan waktu yang berdekatan.

Kafein pada dasarnya merupakan senyawa kimia alkaloid yang terkandung secara alami di lebih dari 60 jenis tanaman. Dalam teh, misalnya, terdapat kandungan kafein sebesar 1- 4,8%, kopi sebesar 1-1,5 %, lalu biji kola 2,7-3,6 %. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pada industri minuman, seperti minuman kopi, soda, minuman berenergi, dan teh.

Untuk jenis kopi, minuman Biohazard Coffee menjadi salah satu dengan kadar kafein tertinggi yakni sebesar 928 mg per 345 ml. Adapun minuman bersoda memiliki kadar kafein yang jauh lebih rendah dan hampir semuanya berada di bawah 100 mg. Pepsi Cola, misalnya, mengandung kafein hanya sebesar 38 mg per 354 ml. Demikian pula mayoritas minuman teh yang kebanyakan mengandung kafein di bawah 100 mg.

Kendati demikian, jarang disadari bahwa kafein tak melulu hanya ada pada kopi atau minuman instan lain, namun juga terdapat dalam pil. Bebeberapa obat analgetik, seperti Bodrex Extra, Oskadon, hingga Saridonm, juga memiliki kandungan kafein. Kafein juga ada dalam pil-pil diet, dan jika dikonsumsi berlebih, akibatnya pun bisa berujung kematian. Seperti kasus Katie Goard, perempuan asal Inggris yang meninggal pada 2014.

Infografik Kafein Membunuh

Apa Saja Manfaat Kafein?

Tentu saja kafein tidak hanya memiliki efek buruk. Jika dikonsumsi dengan jumlah yang tepat, kafein dapat menghalangi adenosin di dalam otak yang merupakan hormon penyebab rasa lelah. Kafein juga dapat menstimulus glutamin dan dopamin yang dapat meningkatkan mood dan menghasilkan euforia, serta memperbaiki tingkat fokus.

Selain itu, berdasarkan riset Nature Medicine yang dilansir TIME pada 2017, para orang tua yang masih aktif meminum kopi memiliki tingkat peradangan rendah. Perlu diketahui, tingkat peradangan atau inflamasi tinggi dapat mendorong banyak penyakit-penyakit kronis, terutama dalam kalangan orang tua, seperti diabetes, hipertensi, masalah jantung, kanker, gangguan sendi, dan Alzheimer.

"Semakin banyak kafein yang dikonsumsi orang, semakin mereka terlindungi dari peradangan kronis. Tidak ada batasan (untuk minum kopi), rupanya,” demikian ungkap peneliti David Furman, salah seorang profesor di Institute for Imunity, Transplantation, and Infection di Stanford University.

Dalam studi tersebut, Furman dan tim risetnya menganalisis sampel darah dari 100 orang muda dan tua. Orang-orang yang lebih tua dilibatkan karena cenderung memiliki lebih banyak aktivitas gen yang terkait peradangan, dibandingkan dengan kaum muda. Orang-orang yang lebih tua dengan tekanan darah dan aterosklerosis rendah bahkan lebih terlindungi dari peradangan dikarenakan mengonsumsi kafein secara teratur.

Masih dalam laporan TIME, orang yang meminum lebih dari lima cangkir kopi dalam sehari menunjukkan tingkat yang sangat rendah aktivitas pada jalur gen pembawa inflamasi. Sebabnya, para peneliti menjelaskan, kafein mampu menghambat sirkuit ini dan mematikan jalur inflamasi.

Adapun efek positif lain dari kafein adalah zat tersebut dapat meningkatkan memori seseorang hingga 24 jam. Hal ini dijelaskan dalam penelitian tim riset dari Johns Hopkins University yang dilansir Nature Neuroscience. Para partisipan yang dilibatkan dalam penelitian itu diminta untuk membedakan dua set gambar yang diberikan selama dua hari berturut-turut. Hasilnya, mereka yang sering mengonsumsi kafein mampu membedakan gambar-gambar tersebut dengan lebih baik daripada yang caffeine-free.

Beberapa efek positif dari konsumsi kafein secara teratur antara lain: (1) Menurunkan risiko menderita Parkinson, (2) Mengurangi peradangan nyeri otot dan meningkatkan performa saat latihan fisik, (3) Mengurangi risiko menderita diabetes hingga 11%, (4) Meningkatkan nalar dan reaksi seseorang meski dalam kondisi kurang tidur, (5) Kombinasi antara 200mg Ibuprofen dan 100mg kafein adalah cara terbaik untuk meredakan sakit kepala, (6) Mengurangi risiko menderita kanker mulut dan tenggorokan.

Plus minus kafein, dengan demikian, tergantung dari seberapa banyak Anda mengonsumsinya.

Baca juga artikel terkait KOPI atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Eddward S Kennedy