tirto.id - Lapor COVID menerima sejumlah laporan pasien COVID-19 yang meninggal dunia karena tidak dapat pertolongan medis yang memadai lantaran rumah sakit (RS) penuh.
"Kami mendapatkan laporan banyak sekali pasien yang meninggal di perjalanan dengan ambulans. Saya mendapatkan (laporan) enam pasien yang meninggal di IGD karena tidak mendapatkan ICU dan sudah penuh di seluruh Jabodetabek," kata dokter Tri Maharini dari Lapor COVID, Selasa (5/1/2021).
Dalam paparannya saat webinar bertajuk '(Menghindari) Robohnya Layanan Kesehatan Kita' , Tri menyebut sejumlah laporan lain misalnya pada 2 Januari 2021 seorang warga Tangerang masih belum mendapatkan ruang rawat di RS sehingga harus isolasi mandiri di rumah bersama anggota keluarga lain yang positif COVID-19. Kondisinya membaik tetapi masih sesak nafas.
Kemudian 3 Januari 2021, seorang warga Jakarta melaporkan, berdasarkan situs Dinkes Jakarta ruang ICU masih tersedia, tetapi kenyataanya setelah menghubungi RS terkait pelapor harus menunggu 15 antrian. Pada tanggal yang sama ada laporan warga meninggal di taksi daring setelah ditolak 10 RS di Depok Jawa Barat.
Tak hanya pasien yang membludak, kata Tri, para tenaga kesehatan juga kewalahan. "Ternyata nakes yang masuk ke ICU dan juga isoman sangat banyak," ujarnya.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi dalam kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa okupansi rumah sakit di daerah-daerah episentrum sudah penuh.
Salah satu daerah yang dicontohkannya adalah di Surabaya. Selain kondisinya penuh, masih banyak pasien yang mengantri di IGD kata Adib.
"Data BOR (bed occupancy rate) ICU RS rujukan COVID di Surabaya 100 persen. Artinya full semuanya. Ini benar berdasarkan laporan teman-teman IDI di sana," ujarnya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Restu Diantina Putri